8 Jul 2011

13-May-2009


13 May 2009, jam pulang kerja sekitar jam 6-7 petang

Sedari tadi Kaleb terus bermain bola didalam rumah mama-ku, kebetulan kami bertetangga. Bukan sekali dua kali kami sudah mengingatkan, tapi dia terus mengabaikan. Bosan menemani aku pulang lalu bersantai dirumah. Masih jelas peringatanku juga mama “awas kena lampu”, dia terus menjawab dengan cepat dan melanjutkan bermain dengan sepupunya Oline.
Belum setengah jam aku beristirahat dirumah, Kaleb kemudian sudah pulang dengan wajah sumringah, merona, bukan takut tapi jelas menyembunyikan sesuatu.

“Diomelin opung khan main dirumah” kataku agak kesal dan membiarkan dia dengan senyum getirnya masuk kekamar. Aku tau Kaleb, dia kalau sudah bermain PANTANG udahan, mesti ada yang salah batinku. Baru akan beranjak kerumah mama, kulihat mama sudah tergopoh-gopoh menuju kerumahku.

“Mana si Kaleb, sudah pecah khan lampu ku” omelnya kepadaku.

Segeralah aku dan suami menuju rumah mama dan memperbaiki lampu yang pecah serta beling yang berantakan, sambil sama-sama mengomel (aku dan mama, hampir seperti dialog sebenarnya karna yang diomelin pun tak ada.. Kyaaa!!)

Segudang kemarahan sepertinya sudah mengintip dibalik mataku yang memerah, walau sebelumnya suamiku sudah berpesan dulu “jangan dimarahin lagi anaknya, kan kita sudah tanggung jawabin ini rumah Inang”.. enak bener ya!! batinku. 

Meski sudah mengangguk-angguk tetep saja tanduk sudah terlanjur keluar. Tak ada mertua pula, maka kemungkinan “kuhajar” Kaleb malam ini sudah 99% hanya 1% mukzizat Tuhan. Sombong dech, iyalah karena kenakalan sampai merusak property adalah category kejahatan bagiku.

Sampai dirumah sepi, didepan tidak ada yang tidur. Jane menunggu dengan diam, aku masuk kamardan kulihat Kaleb sudah tidur. Dasar dasar dasar, batinku terus masih keki. Entah kenapa dan bagaimana tiba-tibamataku tertuju pada kertas lecek yang ada dimeja belajar, posisinya pun tidak strategis tapi kemudian aku tau ‘mukzizat yang 1%’ menggiringku untuk melihatnya.

 
mama abang ngaku abang salah tapi mama tetep sayang abang kan dari kaleb
Maafin abang juga pa abang udah pecahin lampu opung waru (warung maksudnya, karna mama ku punya warung kecil dirumahnya) maafin abang abang engga kasih tau papa abang kaleb minta maap sama papa tapi papa tetep sayang abang dari kaleb
Abang akan pergi kemanasaja untuk melunaskan lampu opung yang pecah maapin juga ya sama jen

Ya Tuhan, dalam hitungan detik airmataku terus beruraian, hilang semua kesombonganku demi membaca tulisan cakar ayam Kaleb diatas kertas lecek itu. Sampai beberapa lama, aku seperti ditelanjangi oleh tulisanya “apakah kesalahan akan melunturkan cintaku padanya”   demikian aku meringkasnya…

Anak 7 yahun yang sombong, Kaleb Siregar. Mungkin dia tidak mengerti apa yang dia tulis tapi aku membacanya dengan cara yang mengerti. Aku harus tau bahwa dia berusaha menjadi baik tapi usianya memang belum mengajarkanya untuk mengerti sebab dari sebuah akibat.

Sampai hari ini, setiap kali membaca surat itu aku masih menangis…

1 komentar:

  1. Mengenai mendidik anak ini ada Blog dari teman-ku....ahli Psychology anak
    http://portofoliofanny.wordpress.com/

    BalasHapus