8 Jul 2011

Just Kaleb, just him

Kaleb adalah pribadi yang unik. Dari sejak kelahiranya, masa bayinya, masa balitanya bahkan sampai masa kanak-kanaknya. 

Bagaimana bisa?  yach, ada yang bilang semua anak-anak adalah sama. Tapi my boy satu ini totally diference. Boleh percaya boleh tidak dari sejak lahir anak ini sudah punya karakter sendiri. For better or worse, walau tidak jarang aku lebih banyak kesalnya. Aku tau Kaleb punya karakter yang kuat. 

Aku orang yang sering kali menomor satukan pekerjaan rumah tangga dari pada mengurus anak. (lebih ke PRT dari pada baby sitter, istilahnya mungkin! Hahaha..). 

Sering karena tanggung dengan pekerjaan aku menahan diri sebentar dan sebentar lagi untuk menyusui Kaleb. Dengan tega aku biarkan dia menangis sebentar. (pikirku; biar cape sekalian nanti setelah disusui langsung tidur dech..) Kemudian karena tangisnya mulai mengencang dengan terpaksa aku mengangkat badan dari pekerjaan dan menyusuinya. Tapi –ini bukan sekali dua kali kejadian- bayiku tidak pernah benar-benar menyusu. Yang ada kemudian, dia akan tidur bahkan posisiku belum tepat disampingnya. Kebetulankah?? Aku bilang dia marah karena dicuekin kelamaan. 

Umur 3 bulan Kaleb baru mengankat kepala dengan tegap. Tengkurap usia 5 bulan dan duduk 7 bulan. Cukup lambat –menurutku-, kalau dibandingkan dengan kakanya yang sejak umur seminggu sudah rajin ‘angkat kepala’, dan duduk sejak umur 4 bulan (5 bulan lewat sedikit aku sudah berani menaruhnya di baby walker). 

Tapi dalam segala kelambatanya, pilihanya jelas. Dia tidak suka diperlakukan seperti bayi. Umur 7 bulan karpet dan diapers jadi musuh utamanya (rusuhlah kami kalau akan bepergian). Sejak usia 9 bulan dia ogah dengan celana kolor bayi –yg seperti kacamata itu-. Tidurnya –kata suamiku- pesis aku, tak tarbangunkan, hehehe... Tapi coba waktu ngompol malam pakaikan dia dengan celana bayi atau lapisi karpet/lampin dibawahnya... hmmm. Sontak sedetik kemudian dia akan bangun sambil meraung. Huh,, benar-benar menyebalkan.

Dari kecil kami sudah mengajarinya memangil ‘kakak’ pada si sulung. Tapi entah dapat pencerahan dari mana Kaleb seperti mengerti kalau ada ‘derajat’ dikalimat kakak itu. Dia ogah berat dengan panggilan kakak. Jadilah sampai hari ini dia memangil si sister hanya dengan Enjen. 

Papa-nya berkulit sawo matang nyaris hitam, hehehe :p. Maka dia paling marah kalau dicium sang papa. Terlihat kotor menurut Kaleb. Biasanya si papa Cuma dipantasi 5 menit saja setelah mandi, sesudahnya Kaleb akan mengamuk jika si papa memaksa mencium.

Hampir umur 2 tahun dia baru bisa bilang ama (untuk mama) dan papa. Tapi tidak serta merta dia mau memangil sang papa dengan ‘papa’. Dimulai dengan kebiasaan mertuaku dan tetangga memangil nama suami. Lama Kaleb ikutan memanggil sang papa dengan kata ‘Monang’. Bukanya tidak diajari, tapi pokoknya aku 'merasa' Kaleb memang punya gayanya sendiri. 

Adalah tetanggaku yg sering menggoda dengan memanggil suamiku "papa aku", karena tidak mau sama dengan orang lain Kaleb akan berteriak “Monang aku”. Kemudian tetangga ini terus menggodanya dengan panggilan "oh Monang aku". Dan terus dan terus, sampai Kaleb kesal. Seperti biasanya, karena tidak mau sama dengan orang lain Kaleb menjawab "papa aku". Demikianlah, sampai hari ini Kaleb memangil si papa dengan "papa".
Kaleb kecil begitu lembut, cenderung cengeng menurut aku. Dia tidak akan memanjat pagar, naik pohon atau naik kuda-kudaan dengan ayunan yang kencang. Dia selalu menjadi bulan-bulanan kawan sepermainannya, bahkan sepupunya. 

Tapi dia pintar berkomentar. Seperti, suatu hari bapak ku datang dengan cerita, “malu awak sama si Kaleb, masa katanya Opung kok gak pernah beliin mainan sih? terpaksalah aku beli ini...”. Lalu bapak memeperlihatkan tembak-tembakan dengan bunyi ‘fire fire fire’. Dan ini bukan komen 'sok' nya yang pertama kali.

Sampai hari akan masuk TK, Kaleb bahkan tidak bisa berhitung. Bahkan mertuaku sempat komentar, "bagaimanalah gurunya ngajarin dia, sombongnya begini".

 Oh ya... Kaleb itu hampir 80% pegangan mertuaku. Karena aku sudah mulai bekerja sejak dia berumur 2 tahun. Makanya karakternya agak manja. Kaleb pantang diajarin. Apalagi oleh si papa, karena si papa ini terlalu suka cercanda konyol dan membuat bersuara-suara bodoh. Makanya menurut Kaleb, "papa tidak akan mengerti". 

Sepulang dari sekolah hari pertama. Dengan suara lantang dia mengucapkan salam “SHALOOOMMM” dengan suara yang mengelegar. Dan ini kemudian jadi kebiasaanya yang men-trade mark. Karena kalimat shalom itu sudah dia ucapkan dari jarak masih 8M-an dari rumah kami, hahaha...

Sambil melempar tas, Kaleb langsung bercerita, “Pa, abang bisa ngitung”. Lalu berhitunglah dia dari 1 sampai 10, lalu 15. Small things actually, tapi aku menganggap ini sebagai karakter Kaleb. Sebenenarnya dia sudah mengerti, tapi dia tidak suka di tes dia tidak mau dicobai hanya untuk menakar kebisaannya. 

Begitu juga waktu diajari ayat hapalan untuk natal. Dia mendengarkan dengan malas-malasan,  berkesan meremehkan. Akan tapi ternyata waktu tampil dipanggung, kami semua terkejut. Dia tampil paling lantang, paling PD dan paling sempurna. Hah!!
         
       Ya, sampai hari ini kami memanggilnya abang Kaleb, bahkan sebelum dia punya adik. Berawal dari godaan-godaan tetangga. yang entah bagaimana awalnya jadilah aku ikutan memanggilnya abang. 

Begitu mudah membuat dia marah, panggil dia ‘adik’, goda denga kata ‘ngompol’, suruh dicium papa, tawarkan makan, ancam dengan diapers, tawarkan celana kolor bayi, lihat si papa memeluk aku, lihat aku mencium si kakak, pakaikan pakaian tidak sesuai seleranya,,, semuaaaa akan membuatnya marah dan kesal.

Satu kesalahan diawal paginya, akan menjadi whole bad day buat Kaleb. Tapi dialah pria sejati. Kaleb sangat sayang keluarga, walau berkesan sombong dia tau memaknai keluarga bahkan saudara. 

Dia tau menilai kehidupan disekelilingnya yang tentunya dengan cara dia sendiri. Cara yang menurut aku “just Kaleb character”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar