6 Okt 2011

My Fren is Rusmana

 

Pertemanan aku dengan seorang Rusmana bisa dibilang aneh, bisa dikata ajaib atau kalimat gila juga cocok, bahkan kalau sampai ada kometar yang mengatakan ‘ada sesuatu antara kami”, yach entahlah.. aku hanya akan menggeleng sedikit, dan akan mengangguk berkali-kali… so, what  the meaning ??  hehehe.. Aku secara pribadi memakai kata sinting sepertinya (agak) lebih tepat.. kalimat sinting ini (menurut aku lho) ada diantara kewarasan dan kegilaan yang 50-50, kondisi yang ambigu, berawarna abu-abu, the thin red line bahasa kerennya, taelaa… jujur, sering kali aku sendiri menyadari kesintingan itu ada diantara kami. Dari kekonyolan tingkah laku dia (yang pastinya aku juga punya andil menimpalinya, hehehe..) pertikaian kita yang sesungguhnya bukan masalah kami, tapi kebiasaan “ngurusin temen susah” ku nyaris membuatku membunuh seorang pria bodoh bernama Rusmana

Pertamakali kenal dengan Mas ini (waktu itu dia masih mas-mas lho…) sama sekali tidak ada yang istimewa, wajahnya tidak, style-nya pun tidak, Cuma yang  cukup eye catchy waktu  adalah gayanya yang feminim, yang kemudian ke feminiman nya inilah yang membuatku menjadi maskulin dan berusaha melindunginya..kyaaaaaa…

Pekerjaan tolol pertamanya adalah mengatur stationary, tidak ada yang salah dengan pekerjaan itu. Seharusnya, kecuali dia disuruh oleh bos-nya -seorang perempuan matang yang sama sekali kurang dewasa yang belum juga kunjung menikah saat itu- yang lalu membuat perintah  membuat penyimpanan dengan alas sejenis styrofoam dan agar diatur  semua stationary tersebut berdiri. Dia bingung tapi aku masih menimpalinya wajar, (toh dulu juga aku pernah mengurusi stationary-pikirku) sampai kemudian dia membuat lubang2 kecil itu untuk ukuran pinsil/pulpen, penghapus, cutter dll agar semua posisnya berdiri.. are you kidding me pikirku, ini mulai aneh.  Tidak sampai situ pekerjaan tololnya, membantu melayani teman-teman baik si ibu ini menjadi bagian dari Job desk bapak Rusmana… 

Yang paling membuat aku gemas adalah bagaimana dia curhat dengan segala ‘kekejaman dan kekasaran” si Ibu Bos wannabe ini, dan sebenarnya walaupun tidak curhat dengan mata telanjangpun sehari-hari kami semua bisa melihat, bagaimana seorang laki-laki diperlakukan dengan sangat bodohnya. Angkat telephonelah salah, simpan file salah, tulisan salah, fotocopy salah dan entah kesalahan-kesalahan apa saja yang selalu semua pekerjaan Rusamana salah. That’s for sure.. sampai kemudian ada anekdot diantara akami mengenai ‘nasibnya’..
“schedule hari ini apa ya?? Hmmm, pagi diomelin, siang diomelin, sore diomelin…” 

Sering kali dengan amat sedih hati dia bercerita bagaimana ketakutanya dia dengan  pagi. Rasanya berangkat kerja menjadi suatu momok yang menakutkan, terus berpikir ketololan apa lagi yang akan diterimanaya, hinaan apalagi yang akan diguyonkan si Ibu dengan tak berperasaannya, dan bagaimana teman-teman baik si Ibu akan ikut mempermalukanya. Berbulan-bulan aku hidup dalam keluh kesahnya, dan aku secara Pribadi memang sudah muak dengan kelakuansi Ibu GA ini… OMG, jangankan dengan orang selemah Rusmana (paling tidak begitu aku menilainya) dengan alasan dia orang lama  dari pada teman-teman lain di kantor, dia memang  memegang  kuasa penuh atas semua aturan dan UU perusahaan. Tentunya teman-teman baiknya juga boleh mendapat privilege khusus, itulah selalu jadi tamengnya bahw dia fair play. Aku dulu menyebutnya  senioritas “model plonco SMA”

Akhirnya aku (dan sebenarnya sebagian teman-teman lain juga) menyarankan Rusmana untuk resign.. setauku sesungguhnya seorang Rusmana bukan orang susah yang tak makan tanpa bekerja, Bapaknya toke beras didaerah Karawang, kakak-kakaknya punya usaha sendiri.. mungkin karna kemanjaanya inilah dia bangga dengan pekerjaan yang didapatnya, tempat dimana dia “berharap” bisa beraktualisasi diri tapi kenyataanya???....    

Disinilah aku mulai kecewa dengan Rusmana, setelah resign 2 hari, seperti kami duga sebelumnya  Ibu GA ini kelimpungan dengan pekerjaanya, lalu mencari tau soal Rusmana… berharap dia kembali lagi (walau kami tau kebodohan si Ibu ini, dia tetap dengan sikap arogan-nya)… kemudian bagian paling aku benci, Rusmana tau dia dicari, kemudian dengan (entah apa orang lain mengartikan  ini,..) - aku menyebutnya tolol- dia menelpon si Ibu dan besoknya dia bekerja lagi. Tidak ada pemintaan maaf  disini!! Not to me tapi ke Rusmananya…
 

Demi tau aku akan protes dengan keputusan ini, Rusmana dan si Ibu Nampak mulai berkolaborasi, tidak lama kok tepat seperti yang aku selalu tebak. Tingkah si ibu makin rusuh karena sekarang bukan hanya dia yang  ‘memerintah’ Rusmana dengan konyol tapi ada seorang teman baik si Ibu ini yang juga diberi kuasa untuk menekan teman –bodoh-ku ini.
Jadilah aku ada ditengah-tengah, mendapat keuntungan dengan “kesalahan-kesalahan” yang ada diantara si Ibu dan Rusamana. So sesaat aku memegang falsafah “musuh dari musuhku adalah teman ku.”  fuiihh…walau banyak mengutuk kebodohan Rusmana dan sering “bermain mata” dengan si Ibu, pada dasarnya heart never  lie, aku tetep menempatkan Rusmana sebagai my real block.

Tapi kondisinya terlanjur basi, dengar sadar aku tau dia punya hak memilih jalan hidupnya, dia berhak menikmati pembodohan-pembodohan si Ibu, bukan urusanku pula kalau dia jadi sering memuja si Ibu dan menyelahkan dirinya yang memang teledor,.. tapi kenyataanya aku tetap sakit hati tiap kali melihat pembodohan itu terjadi, kemudian aku akan tetap mendengarkan curhatnya kalau dia ada masalah dan  kemudian kegeraman ku akan timbul lagi saat dia luluh dengan ‘kebohongan’ si Ibu ini… demikianlah bertahun-tahun kami lalui pertemanan ini persis dengan penggalan lagu BBB “putus nyambung, putus nyambung..”.. dan sesungguhnya ini adalah 2 orang dengan kebodohan yang sama… hmmmm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar