10 Agu 2011

1 Jam Bersama

Sore itu aku terganjal pengiriman e-mail yang bermasalah, alhasil pulanglah aku agak telat. Dikantor kami setelah kamu telat beberapa menit, ini akan menjadi beberapa jam kemudian. Kerena selisih antara bus pengantar  karyawan  jam kantor  resmi dengan  mobil  tambahan  pengantar  staff  berbeda  sampe 3 jam kemudian.

Seharusnya aku Cuma selisih 30 menit (bahkan kurang) dengan jam pulang utama, tapi apa daya.  Peraturan sudah menetukan demikian. Sembari menunggu mobil ke-2 dengan agak sebal aku menunggu di loby.

Sejam kemudian aku melihat Ibu sekretaris (tapi dikantor kami lebih disebut Personal assistant) akan beranjak keluar. “Mau pulang bu?”, tanyaku. Dia mengangguk ramah sejurus kemudian aku minta ijin menumpang dengan ibu PA ini dan diperbolehkan.

Perjalanan dari antara Cikarang - Bekasi ini kemudian menjadi begitu berbekas dibenak aku.
Ternyata si ibu PA yang umurnya 1-2 tahun lebih muda dari aku ini nyaris punya pemikiran yang sama denganku. Dari beberapa kali pertemuan dengan ibu ini, aku lebih menilainya cuek dan agak berkesan judes. Tapi  setelah bercakap-cakap hampir 1 jam kesan itu memang tidak menjadi hilang, tapi kemudian ada banyak hal yang aku salut dengan si ibu ini.

“Susu anak gue juga Danxxx, So what?”.
“Gue belum butuh BX Maw, henpon gue masih berfungsi kok”.
“Gue engga mau”, katanya berkali-kali.
“Belum mau kali ?”, bantah ku
“Emang gue engga mau. Ngapain mesti punya credit card kalau pake debit juga bisa”, katanya.
“Gak tuh, gak kepengen iseng selingkuh, gak mungkin juga kali ada yang mau sama ibu-ibu”, enteng dia berucap sambil senyum tulus.

Usianya belum lagi 30th, rumah ada, mobil ada, karir ada, suami juga bekerja, tinggi sekitar 165-an cm dengan berat sangat-sangat ideal.

“Gue gak kepengen satu NPWP sama suami, harus ada pembagian harta”.
“Maksudnya ?”, tanyaku rusuh. Karna menurut aku harta gono-gini identik dengan pengertian cerai... hohoho.
“Ya engga aja, semua harta harus atas nama gue... ya mobil, rumah, motor.”
“Karena emang lak-laki juga gak bakal mau ngurusin gituan khan ?”,  imbuhnya lagi
“Makanya elu yang bawa mobil tiap hari ?”, tanya aku lagi.
“Ya iyalah. Ayolah dia khan laki-laki biarin aja naik jemputan... kecuali penting banget baru dia bawa mobil deh”.
“Yah punya laki mah jangan terlalu manja kali, gue khan cewek masak gue ngalah naik  jemputan daripada laki gue”, tambahnya dengan semangat.

Aku terdiam, bukanya bingung bukanya gak setuju, tapi INI GUE BANGET pikirku!! Walau dalam beberapa hal ibu PA ini masih lebih extreme. Prinsipil mungkin lebih tepat ??.

“Semua harta atas nama gue. Yang nyicil, ya laki gue lah.. Gue mah urusan rumah tangga”, tawa kami sama-sama tergelak.
“Dasar nenek lampir”, canda ku dalam kekaguman.
“Ya war, emang harus gitu kali. Khan perempuan wajar dong dapat privilege lebih”.



I love it… absoloutly. Perempuan sudah SEWAJARNYA (aku tidak bilang 'seharusnya' lho disini ...) dapat privilage lebih. Kenapa, karna... emang harus begitu kali. Begitulah kata teman aku tapi kalau menurut aku karena perempuan punya tanggung jawab lebih.

Ini adalah ironi dari pada kebanyakan pemikiran perempuan lain yang kukenal.
“Lo tau gak sih, anak gue masak susunya SXX, padahal gue kenalin dengan susu Bexxx”
Aku sih mengartikan 'masak'-nya ini seolah-olah merk susu itu diciptakan bukan untuk kelas-nya dia.
“Sepatu gue kelihatan murahan ya? kemarin gue abis beliin dompet laki gue yang harga 300rb...”
Dan aku pernah menemaninya belanja. Dan OMG, aku nyaris  gak percaya dia bisa menghabiskan duit 300rb untuk sebuah dompet yang terselip dipantat. Sedangkan untuk yang menempel ditubuhnya... cara menawarnya… unspeakble, only God knows!!!

Dalam keadaan kesal seorang teman pernah bercerita…
“Kurang ajar khan, gue yang nyicil mobil selama ini.. dia tinggal pake, kok berani-beraninya dia tipu gue” kata teman perempuanku ini. Urusan dia siy, tapi waktu itu ceritanya benar-benar membuat aku patah hati… what you call it??? Aku masih gak ngerti sampai detik ini…

Dengan gaji cukup-buat pandangan aku mungkin lebih kesahajaan atau ke-cuek-an si ibu PA ini cukup menohok aku. 3 pasang sepatunya yang terhambur di mobil juga bukan merek yang “wah” banget, masih sama dengan kemampuan kantong aku. 

Jika dibanding dengan beberapa teman wanitaku yang gajinya... sekali lagi hanya Tuhan yang tau— dan penerima slip gaji pastinya... Tapi merk sepatunya “maksa”, menurut aku.. ow ow ow.

Selama ini aku merasa menjadi orang yang cukup bersahaja, walau gajiku belum sangat besar sebenarnya. Tapi jika dibanding dengan pendapatanku tahun lalu ini memang peningkatan. Seharusnya aku sudah mulai bisa mencicil  beberapa gadget kelas menengahan sekarang, tapi belum aku laksanakan. Bukanya belum mau tapi entah kenapa yaa.. belum terlaksana aja.

Sejujurnya ada 2 arus kuat dikepalaku (atau dihati kah?? ya gitu dey...) :p

Aku mengkalim diriku tetap sebagai orang sederhana yang gak mau maksa, aku MAU bukan karena latah/trend tapi karena BUTUH…titik.  Itulah Idealisme aku!!!
Tapi sisi yang lain, begitu kuat memaksaku untuk latah dengan trend... Ayolah, teman-teman tau standard ku sudah mulai naik. Seharusnya aku juga mulai menyesuaikanya, aku juga perlu dunk sedikit pamer dengan “keadaanku yang baru”… Aku benar-benar “sempat” merasa menjadi pribadi yang ingin maksa, pemer dan  sok-sok an... But thank God karena keadaan pula semua belum terlaksana. 

Tapi pada kenyataanya, terakhiran ini keingina maksa itu sempat mengacau pikiranku. Makanya sempat 2 kali aku mulai apply kartu kredit. Walau sebenarnya juga ini bukan buat latah-latahan tapi karna ada keperluan yang mendesak. Tapi lagi-lagi sempat  terlintas dipikiranku untuk  lebih maksa 'keinginan yang lain'  jika kartu kredit ada ditangan, hehehe…

So, sejam dengan ibu PA seperti memaksa aku untuk mereview siapa dan bagaimana aku sebenarnya. Why should bother dengan komentar ‘barang murahan’?  Ternyata juga aku bukan alien  kok walau tidak pakai hanpon model sekarang ?... mungkin ketika saatnya tiba aku baru akan beli, dan gak masalah juga ketika ‘masa’ itu akan tidak bersamaan dengan trend di masyarakat... gak penting juga khan? 
Juga bukan  merk susu mahal yang akan membuat  'kelas' otak  anakku naik. Dan yang paling aku selalu ingin bagikan dengan semua perempuan adalah SUAMI+ISTRI=SEDERAJAT. Sama-sama punya tanggung jawab yang sama dalam chasing yang berbeda. 

Maka WAJAR kalau perempuan menerima sedikit (atau sykur-syukur banyak seperti ibu PA ini) privilege dari setiap ‘kerjasam' keluarga. Kalimat ini sudah sering sekali berserakan tapi hanya sedikit orang yang benar-benar memaknainya,

“perempuan diciptakan bukan dari kaki laki-laki untuk bisa diinjak, bukan pula dari kepala laki-laki untuk selalu dijunjung.. tapi dari tulang rusuk laki-kali untuk dapat berjalan sepadanan dan  “berbagi jiwa” bersama”..

Aku suka menambahkan kata “berbagi jiwa” karena kebanyakan perempuan cukup bahagia karena bisa 'berbagi tubuh' dengan suami padahal  jiwanya belum benar-benar saling berbagi.

Cikarang, 8 Agustus 2011