24 Okt 2011

Perusahaan Keluarga ( Akhir )



Tapi disini entah kenapa, dengan penuh kesadaran aku mengakui banyak sekali kelalaian kecil yang kulakukan. Pembulatan harga adalah yang paling sering. Bingung menghitung persentasi 10%, margin 20%… bagaimana bisa? aku juga tidak paham makanya aku cukup legowo menerima omelan si ibu Bos I, atasan baruku. Sebulan bekerja aku ditawarkan menjadi PA si ibu, Bos Manager I aku menyebutnya.


Terbiasa bekerja dengan keheningan, system, tehnologi yang maju dan pribadi-pribadi yang hangat sepertinya menjadikan aku gamang dalam segala tindakan disini. Pernah suatu kali, seperti biasa kami akan morning briefing. Tiba-tiba ada telepon dari customer yang cerewet dan banyak tanya, sesi sudah dimulai semua sales menatapku tajam, rekan-rekan yang melihat kejadian juga resah. Tapi pikirku, ini kan yang telepon customer… Ternyata, ketika aku masuk ruangan si bos membanting mejanya sambil terus memaki. 

Ada lagi satu kejadian dimana si Bos besar berdebat dengan si Bos I. Jadilah aku lampiasan kesalahan yang sumpah mati aku gak paham, –karna ini kelihatanya lanjutan projek sebelum aku join-. Masih kuingat makian si bos besar, “model lo tololnya mah Mawar,  gampang dicari dimana-mana, lo dulu kerja apa sih, lo bisa apa sih.. gua mah dikasih elo gratis juga malas”... waw, 

Setiap kali menerima makian dari keluarga Bos, pada saat itu, tidak pernah membuat aku menagis atau sedih. Rasanya hanya hampa dan kosong, lagi-lagi terjebak oleh kebutuhan ekonomi.

Titik nadir akhirnya tiba. Menurut aku, apa yang aku kerjakan selama ini adalah sesuai dengan apa yang dilakukan orang lama. Dan aku berani pastikan itu dengan seksama. Walaupun aku akui, kesalahan yang sering aku lakukan adalah pembuatan harga dan menghitung margin -yang memang tidak ada standard dan rumusnya-. And still don’t get it till now. :p

Syukurnya aku sudah sempat mengucapkanya dengan suami. Walau terus mencoba menahan aku sudah sampai pada keadaan menyerah, –yaps, sempat ciut dengan pemikiran jobless-. Tapi aku sudah menyerah pada semua tekanan pekerjaan dan kata-kata yang ada. Ideku, "habis gajian kabuuur…", kataku pada suami.

Pagi itu semua karyawan heboh. Karena barang kiriman ke sebuah toko besar belum juga jalan, dengan alasan belum ada kesepakatan harga. Jadilah si Bos I mengamuk luar biasa, dan aku adalah orang pertama yang diserbu beliau. 

Yang aku ingat, aku sudah memberitahu harga itu pada sales, juga pada pembuat PO. Hanya saja dan memang, aku tidak memberi hardcopynya pada mereka. Jadilah semua bedalih…. 

Matilah aku saat itu, si Bos I mengamuk bak banteng luka. Mendadak dia mengungkit absen yang ku-tandatangani di pagi hari,  padahal begitu aku biasa melihat orang lama melakukanya. Juga lembaran absent/kunjungan yang diprint, seharusnya difotocopy. Dia juga dicecarnya dengan garang. Padahal seperti biasa sales dan orang lama juga lebih banyak memprint data daripada meng copy… I suer it.

Maka tidak ada jalan lagi, dia berteriak, melempar ordner, dan melempar kertas kearah aku dari kaca -dinding kami semua dari kaca-. Situasi tegang, dari lantai 1 sampai lantai 4. Ruangan seberang ruanganku juga ikutan senyap. Jadilah aku seumpama tontonan, dan semua sales bungkam. Bahkan orang lama yang ada diantara sales mengklaim bahwa dia sudah mengajarkan semua yang benar kepadaku... Aku diam.


Diakui atau tidak aku tipikal pekerja perfectionist. Jika aku melakukan 1 kesalahan, maka aku menganggap kalau aku layak dihukum. Dan ketika pekerjaan yang seharusnya sempurna, agak-agak kurang sedikit. Aku merasa terbuka untuk menerima semua omelan... dan itu yang aku rasakan hari itu. 

Sepenuh hati aku menerima kesalahan karena tidak memberi hardcopy harga baru ke pembuat PO. Tapi aku juga menyesali sangat sales yang tidak memfollop up project ini. Disana biasa begitu orang kerja, menunggu dan saling lempar tanggung jawab. Juga bagaimana bisa si orang lama mengklaim, bahwa dia sudah mengajarkan sesuai prosedur. Padahal Tuhan tau, aku hanya mengkopy pekerjaanya… again, I suer it!! 

Walau ada rasa malu tapi perasaanku enteng waktu itu, tidak ada bantahan, tidak pula mencoba membela diri.. (fuihhh,  ini Mawar githu loh si Juara ngeset dan pembangkang). This is the end, this is the final destination batinku saat itu…  


Setelah cape memaki dan berteriak si Bos I, yang jujur, sampai hari ini aku masih bingung apa yang sebenarnya bisa dia lakukan selain tandatangan, (kalau mengomel sepertinya itu sudah bakat keluarga sih..) pergilah dia keluar kantor. 

Semua nafas seperti baru terhela saat sosoknya menghilang dibalik tangga. Semua ikutan lega, padahal aku yang jadi 'terdakwa'nya. Tidak lama kemudian, ibu HRD mendekatiku dengan gamang. Dia tau pasti track record CV aku, dia juga menyayangkan semua kejadian ini. Tapi –she still Indonesian 100%- she won’t fight for me, aku sadari itu. Lalu dia hanya berucap, “kok bisa, kenapa, bagaimana...”

Lalu aku menjawab, “sudah lah mba gak usah dibahas lagi, gue engga kuat kalau begini caranya... abis gajian gue resign, nyerah mba”.  Dia diam tapi kemudian jawabanya seolah menampar ku kembali dengan kuat, “ibu juga gak mau pake lo lagi War”… Lalu kami hening. 

Aku juga tidak yakin dengan apa yang berputar dikepalaku saat itu, sampai ibu HRD bilang, “War ibu gak mau gaji loe sebagai PA dia mau gaji loe dengan gaji awal”. Waks, disini baru jantung-ku berdegup, segala marah, kesal, malu, terhina berbaur jadi satu. Sambung ibu HRD lagi, “ibu bilang loe gak bisa kerja, gak pantes digaji kaya orang lama”…


Jam kerja adalah jam 8-5, tanpa makan siang, tanpa transportasi. Tapi buat aku apa yang paling masalah disini selain ‘adat keluarga Bos’, selain technologi yang mandek. Semua kantor cabang hanya dibekali dengan mesin fax yang sama dengan kantor pusat, gabungan fax dan telephon buatan tahun awal mesin fax dunia. 

Disana tidak ada internet, semua info turun dikertas, jadilah mem-fax adalah Job Desk yang makan waktu lama. Si bos I yang gaptek tidak mau membuka e-mail lama-lama, so semua info dan laporan kembali..back to papper. Percaya atau tidak, mem-print menjadi kerjaan khusus buat aku.. (how they deal with it previously..????). Dari beberapa ruangan hanya 1-2 mesin print yang bagus, so mem-print bisa jadi pekerjaan tour of company.



Aku joint di kantor ini bulan April 2010, usia bayiku 6 bulan. Bukan jarang aku pulang kerja jam 10-11 malam. Dan jalan pagi jam 6, kejar kereta  arah Kota jam 6.20. Bukan karangan kalau aku bilang bayiku sempat tidak mengenali aku sama sekali. Setiap malam hari terbangun dia akan mencari si Oppung, menyusui pun jadi pekerjaan ribet, ketika melek bayiku harus melihat wajah neneknya dulu baru kemudian perlahan-lahan aku masuk dan memeberinya ASI...  aku ada diposisi ini selama bekerja di Perusahaan Keluarga ini. 

Menunggu angkot di ¼ an Mangga Besar jam 9 malam, atau berjalan dari terminal Senen sampai ¼ an Bioskop by pass hujan-hujanan, demi angkutan terakhir yang akan membawa aku pulang. Berdesak-desakan di kereta. Tidak jarang pula kubawa pulang folder-folder aneh yang berantakan itu ke rumah, sekedar merecheck semua pekerjaan yang sudah aku lakukan dikantor. Karena waktu memang terasa tidak pernah cukup sejak aku bekerja disini.  Semuanya yang aku lakukan hanya cuma-cuma, tanpa ada perhitungan tambahan sama sekali…

Aku memang  100% niat ingin resign, tapi seandainya semua kejadian diatas itu tidak terjadi bisa saja ada kesempatan 1% untuk aku menahan diri. Kembai dengan alasan standard, “kebutuhan ekonomi”. 

Tapi kenyataanya, ditolak tanpa punya kesempatan menunjukan dan membuktikan apa-apa, padahal awalnya aku sangat yakin 110% dengan kemampuanku. Jelas semuanya ini meningggalkan luka yang kemudian cukup membekas dalam perjalanan ku bersosial. Ditambah lagi tidak adanya penjelasan apa-apa dari HRD soal penggajian yang ‘mangkir’, orang lama yang cuci tangan dan para sales yang pura-pura tidak tau apa-apa.

July 2010, aku hengkang karena terusir dari Perusahaan Keluarga itu… 3 bulan pengalaman mental yang buat aku seperti  Fenomena Gunung Es.

Perusahaan Keluarga (Awal)

Sewaktu memutuskan keluar dari perusahaan Jepang, dimana aku sudah 5 tahun bekerja sebenarnya bukan semata-mata sebuah keputusan yang emosional. Salah satu alasan pasti, tidak adanya peningkatan karir dan gaji yang mencukupi. Kemudian, sebagian lagi adalah kepercayaan diri yang sesungguhnya kudongrak paksa. Karena tawaran yang baru inipun sebenarnya bukan yang from zero to hero… ini Cuma 11 ke 13… hahaha, istilahnya ngarang nih. 

Beda gaji tidak sedasyat yang dipikir orang, yang aku highlight waktu itu adalah jabatan sebagai secretary... nampaknya ini akan menjadi batu loncatan yang bagus pikirku saat itu.

Setelah masuk aku baru sadar ini perusahaan keluarga, dan suamiku langsung berprasangka buruk. Tapi aku masih mencoba berfikir maju. Mana aku tau batas kemampuanku, sampai aku coba bertahan semampu aku, begitu pikirku waktu itu. 

Setelah 5 tahun lebih 4 bulan aku bekerja dengan ada jemputan dekat rumah. Hari ini adalah awalnya dan seterusnya aku akan naik kereta ekonomi yang padat, sumpek, bau, panas.. fuihh. Ini 1 hal lagi yang amat disesalkan suamiku.

Tidak sampai beberapa jam sejak aku duduk dibangku yang ternyata –katanya-, bukan meja kerjaku. Kegaduhan kantor baru ini sudah menggoda keyakinan, ibu yang kemarin menyebut diri HRD nampak sibuk melakukan pekerjaan yang lain, –jelas bukan job desknya-. Terlihat si bos yang menginterview ku kemarin, besikap seperti dipasar Glodok. Dia memanggil dengan suara keras, membanting kertas dengan dan berseru dengan panggilan: elo-gue!! Upss... ada yang salah pikirku. 

Ternyata, walau terus berusaha tenang ketakutanku terjawab. Tapi apa daya, terlanjur basah, aku harus mandi sekalian. Dikantor baruku tidak ada sapaan pak atau bu dalam pemanggilan. Bahkan  mbak, mas, tante apapun jenisnya tidak ada… Hanya segelintir orang lama yang super tua akan dipanggil Koh dan Enci. Kalu sekedar beda usia 3-5 tahun tak ada jembatan pemanggilan disini.

Okey kalau itu masih bisa diterima. Mungkin, lain ladang lain ilalang. Tapi rasa galau mulai menyelip..

Setelah ribut dan dioper berkali-kali, ternyata aku tidak menjadi sekretaris. Aku hanya akan menjadi penghitung omset sales. Yang ruanganya digedung sebelah, yang tanpa AC dilantai 4. Dan kami kesana dengan menyebrang sebuah loteng kecil. 

Tak ada satupun wajah hangat yang kujumpai, semuanya kaku dan masam terkesan sinis… Asli ini berbeda 180°  dengan perusahaanku sebelumnya. Dimana anak-anak baru akan segera disambut dengan uluran tangan, senyum dan kehangatan persahabatan. 

Jam 10 kurang, seorang datang lagi, sumpah sempat kupikir dia pembantu. Ternyata eh ternyata, –disebut auditor disini- dialah staff senior yang akan jadi mentorku. Ternyata, memang biasa begitu pakaianya dalam bekerja sehari-hari: celana kolor selutut dan kaos butut... Persis gaya rumahan. 

Ooo, galau part II… Jiaaahh. 

Pribadi-pribadi unik itu sebenarnya belum menjadi momok berat waktu itu. Aku harus memaksa diri realistis. Ini khan dunia baru, adat baru dan kebiasaan baru... aku hanya perlu menyesuaikan diri, batinku lagi.

Sebagai anak baru, adalah biasa jika kita bercerita mengenai pengalaman dan serba-serbi sebelum bekerja disini. Entah bagaimana, tapi aku tau siapa sumbernya. 2 minggu setelah bekerja si nyonya besar (istri pemilik perusahaan) memanggilku. 

Dia lalu memarahi-ku dengan lantang, “kamu jangan suka jelek2in perusahaan ini, kamu jangan suka banding2in, kamu silahkan angkat kaki kalu gak suka disini”. 

Sebabnya adalah, karena aku bercerita pengalaman perusahaan lama. Bagaiamana nilai positif dan juga negatifnya. Ternyata kemudian diadukan, ini sebagai tindakan provokatif aku dalam membandingkan, dan memperkeruh suasana kerja. $!!(*&^%$# 

Bekerja tanpa server, mesin fotokopi tahun 80-an, printer model deskjet,1 mesin fax keluaran abad pertama untuk semua bagian, dari lantai 1 sampai 4. Dan yang lebih dasyatnya lagi, karena semua pembukuan dan transaksi akan direcheck oleh si nyonya besar, yang tidak familiar dengan computer, maka semua data akan turun ke buku tulis. 

Jadi disanalah aku melihat kantor dengan kebutuhan buku melebihi anak sekolah…. Yes I do!! FYI... Si sulung Marketing  Manager I, si tengah Marketing Manager II dan si bungsu Manager Exim. Bapaklah tokoh centralnya dan si Ibu adalah finance controller.

Banyak bagian-bagian yang aneh, tapi atas dasar kebutuhan ekonomi aku masih bertahan. Makian yang biasa terlontar dari semua member keluarga, kesombongan si tengah yang akhirnya sering jadi olok-olok kami. “Saya ini lulusan Amerika”, sesumbarnya berkali-kali. Tapi aneh, dia tidak kenal dengan Rahmat Gobel. Padahal mereka berjalan di bisnis yang sama. 

Perbedaan persepsi antara si anak dan bapak yang seringkali mejepit kami para pekerja… Tidak ada jatah cuti (bahkan sakit), bos-bos yang suka memprovocasi, dan job desk yang tumpang tindih…Semua tidak ada solusi!!! Belum lagi 20-an orang karyawan yang resign selama 2.5 bulan aku bekerja. Oh ya, hanya 2 yang resign resmi, selebihnya kabur setelah gajian, juga tidak sedikit yang mundur teratur setelah bekerja 1-2 hari. Ini kenyataan...

Perasaan aku berkata: orang mengenal Mawar sebagai seorang pekerja yang baik. Aku paling pantang menggampangkan cuti, tidak juga suka menunda pekerjaan. Aku juga terkenal  rajin membantu rekan. Dan penuh inisiatif... In short, aku tipikal orang yang tidak takut dengan  pekerjaan  tambahan. Aku orang yang selalu berfikir, pambalasan datangnya dari atas.. yach walaupun sering marah dan protes, tapi secara umum aku karyawan yang patut diperhitungkan… hmm, hmm .Air laut siapa yang ngasinin ya? hehehe.. :) :)

20 Okt 2011

Tattoo dan 25 tahun

Aku suka tattoo sejak SD, bahkan sebelum tattoo dianggap sebagai sebuah  seni mengambar ditubuh. Bahkan sejak tattoo masih dianggap sebagi stiker orang jahat, bahkan waktu tattoo masih di cap sebagai identitas preman atau orang yang pernah masuk penjara. 

Justru aku suka karena kesan ‘garang’nya itu, dulu sering aku membayangkan bagaimana kalu aku punya tattoo tapi kemudian orang melihatku sebagai just a good guy, isn’t it cool…

Orang pertama yang kukenal baik bertattoo adalah bapak. Ada gambar lambang burung garuda menghadap kanan full dipunggungnya dan gambar tengkorak dipaha kanannya. Kami bukan tipikal keluarga Cemara yang akan berkisah mengenai asal-usul si tattoo kenapa bisa menempel ditubuh bapak, no we are not... So sampai hari ini kami tidak tau pasti, karena apakah gerangan bapak kami bisa bertatoo. 

Walau pernah juga dengar isunya  -upah kenakalan masa mudanya-.. katanya. Tapi bapak bukan tipe orang yang akan sok jeger dengan tattoonya. Biasanya orang lebih takut sama bapak karena suaranya. Juga bapak tidak pernah besikap seolah-olah tattoonya itu tameng untuk menakuti atau bahkan pamer. 

Kami sudah semakin besar ketika sadar kalau ada tattoo tambahan di paha kanan bapak.. Dan anak-anak muda wilayah kami sampai mengelari bapak dengan panggilan “pak Garuda”, karena kecuekan bapak dengan tattoonya (hobby topless cuy….) hehehe…  

Dalam setiap percakapan sering kusisipkan keinginan tentang tattoo. Yaps, ada yang memandang dengan sinis, aneh, norak, sok-sokan sampai ugal-ugalan. Tapi, sedikitpun ini tidak menciutkan keinginanku soal tattoo. Sempat terucap dihati kecil ku, Tuhan aku mau punya suami yang bertatto, entah waktu itu maksud dan muasalnya apa, aku hanya sadar kalau aku suka tattoo, dan pria bertatoo nampak meyeramkan –nah lho… hehehe—

Tiffany adalah artis perempuan pertama yang kukagumi tattonya. Tatoo bergambar mawar kecil di pergelangan tangan dan bintang (atau apa ya,,agak-agak lupa) ditengkuk lehernya. Dan gaya seperti itu yang aku inginkan, no need to show up. Karena walau bagaimanapun juga yang namanya tattoo cepat atau lambat akan kelihatan orang kok. 

Aku masih SMP waktu aku tau seorang teman bertattoo mawar bertangkai di payudara kanan dan di pahanya, waw.. Kekagumanku terus menghadirkan keusilan. Iya setiap kali dia datang setiap itu pula ku paksa dia memperlihatkan kedua tattoo ‘cantik’ itu, hohoho… Kisah tattoo temanku ini berakhir tragis, menikah dengan pria yang levelnya jauh diatasnya memaksanya untuk mengahapus tattoo itu dengan api, karena sang mertua marah sangat sekali…

Tattoo yang aku inginkan juga bukan yang dibuat diatas bokong, lalu dengan sengaja mengenakan celana pinggul dan baju mengantung agar “tanpa sengaja” terlihatlah tattoo itu. Atau dibuat di atas leher lalau memakai pakaian yang berleher rendah lalu memepertontonkan tato nya "tanpa sengaja". Sorry, tanpa bermaksud menjadi sinis dengan pemilik, -khususnya wanita- tattoo yang demikian. 

Karena buat aku tattoo adalah ekspresi diri, gambar diri dari sisi diri yang lain. Nyeni tapi bukan buat tontonan orang. Dan prinsip aku... kalaupun harus terlihat orang biarlah itu sebuah pemandangan yang meragukan, bikin penasaran, pengen diintip dan dipertanyakan langsung.

Satu hal lagi yang kupelajari soal tattoo, it’s an addict. Tattoo hampir sama dengan candu, ketika kamu punya 1 kamu akan menginkan 1 lagi ditempat yang lain, dan kemudian kami akan menginginkan gambar yang lain,, tapi semuanya tentang ‘menambah dan menambah lagi’… 

Bukan hal yang istimewa kalau kemudian suamiku orang bertatoo.Buat aku secara pribadi, menyenangkan saja melihat orang lain akan melihat dia seorang bapak imut dengan tubuh kecil tapi tattoonya setengah badan, dan keistimewaan suamiku lagi dia permisif dengan tattoo padahal dia anti istrinya dijamah orang. Hohoho...

2008 October. Jam 7 malam suamiku membawaku ke Sunter. Ternyata dia bermaksud menghadiahkan aku tattoo. Tahun 1999 memang kami pernah iseng merajah dengan tinta China, tidak ada gambar hanya saja corengan hurup C tebal yang sebesar kuku itu terlanjur melintang dipaha kananku. 

2004 dengan alat manual kami menoreh tulisan China (katanya siy artinya I love You) dipinggang kananku,,, dan tattoo mawar di tahun 2008 itu menutup coretan C dipaha kanan…

Buat aku, tattoo dan karakter adalah 2 hal yang berbeda. Kecuali sejak awal memang tattoo itu dmaksudkan untuk jadi tontonan. Tapi buat aku dan suami tattoo adalah seni keindahan, memory, kenangan, hadiah dan ekspresi kesukaan. 

Dan kami tidak menutup mata ketika anak-anak juga mulai latah mencoret-coret dengan pulpen, bahkan meminta dirajah.. Entah ini iseng atau karena mencontoh. Okey kataku dan suami. Seperti dulu aku terkagum-kagum dengan tattoo bapak  ini suatu hal yang wajar hanya tinggal bagaimana kami menyikapinya. 
Maka aku dan suami punya deal dengan anak-anak, banyak hal boleh dilakukan ketika usia 25 tahun. Dan salah satunya adalah tattoo.

19 Okt 2011

Danny The Dog

Film Dany the Dog dibintangin oleh Jet Li, engga penting juga untuk dipercaya atau tidak tapi I hate Jet Li. Aku gak suka acting maupun tampang dia yang jadi Jagoan disemua film-film Hong Kong, ku bête liat dia sok cool dan keren difilm Bodyguard from Beijing.. aku gak suka liat dia botak di film-film kolosal China, empet (bahasa betawinya kesel-hehehe) liat dia gondrong difilm apapun itu, gak mau liat dia di The One, aku sebel liat dia jadi musuh Jacky Chan di film.. apa ya?? Yach pokonya hampir semua film Jet Li yang made in China aku gak suka.

Tapi ada 2 film dia yang di Eropa Mr. Li yang aku suka sangad.. hehehe maksa dech bahasanya.

Kiss of the Dragon, dimana dia jadi polisi Hongkong yang dikerjain abis sama oknum polisi Prancis,,, dan tentunya tarararm..Danny the Dog with my beloved old actor Morgan Freeman…2 atau 3 kali nonton ini, rada bosen juga sih tapi tetep aja nafsu liat si uncle Bart, sang penjahat yang botak en necis dengan pakaian ala Godfather itu tapi most of all aku suka sekali dengan pesannya  sangat jelas dan ekplisit..

Cinta kan membawamu, kembali disini menuai rindu membasuh perih..kata Dewa yang waktu itu masih 19 atau, Love will lead you back, someday I just know that..love will lead you back in my arms.. penggalan lagunya Taylor Diane, yang ngetop awal 90an dulu… intinya: Love, love. Love melulu --ngikutin gaya sarah Sechan di MTV-Love jaman dulu—hehehe..

Disetel untuk menjadi mesin pembunuh, tidak membuat Danny kehilangan alarm kecil yang ditinggalkan ibunya puluhan tahun silam. Hanya saja semuanya kelihatan begitu bias,  butuh cinta yang tulus dan tidak bersyarat  serta waktu untuk menjangkau kedalaman hati Danny yang sudah kaku. 

Adalah Sam dan Victotory yang kehidupnya penuh dengan kesemuanya itu dan lama kelamaan kebersamaan mereka itu mengalirkan kembali kasih dalam kehidupanya Danny, maka alarm kecil yang tersembunyi jauh didalam rongga hati Danny akhirnya kembali bendenting,, Love will lead you back…. pribadi yang penuh cinta, pribadi yang mengasihi dan pribadi yang mencintai music itu akhirnya lahir kembali setelah melalui banyak tantangan dan pertempuran fisik yang berat… tapi agaim most of all  menurut aku, inti dari semuanya adalah : Danny diubahkan oleh Cinta, Cinta yang Tidak Bersyarat, Cinta yang Tulus dan hanya Cinta mampu mengubah sebuah Pribadi… 

Tidakkah ini menarik, film yang dibumbui banyak darah dan pertempuran fisik seperti ini sebenarnya membawa pesan yang sangat manis : Just Love Me..Teach Me About  Love then Love Me Tender….hmmm…    

Too Famous To Like it...

Norak, sok idealis, tengil atau sombong...., susah juga menilainya. Tapi kalau aku menyebut ini “tidak latah”, ya walaupun sebenarnya  kelatahan bukan melulu sebuah hal yang buruk kok kalau aku telaah lagi.. Ayolah walaupun geli mendengar nama Justin Bieber, tetap aku mau tau siapa sih si JB itu,, selama ini khan yang aku tau dan aku singkat JB adalah Jati Bening, tempat titik jemputan mobil kantor, hihihihi *maksa abies* 

Maka aku akan surfing di internet mencari tau siapa manusia yang sedang heboh diomongin sekarang ini, manusia yang katanya ketenaranya hampir 11-12 sama si SinJo. Siapa pula Sinjo itu??.. lagi-lagi ini pengetahuan karena kelatahan yang sebenarnya aku hindari. But, tapi apa iya ketika semua orang ngomongin keong racun trus aku cuma bisa bilang  “siapa tuh, apa tuh, makanan jenis apa tuh.." Hehehe khan malu-maluin juga, yes sometimes atau bahkan manytimes aku latah juga dengan info-info yang sama sekali gak penting dan tengah booming dimasyarakat.  #simpen muka dikardus sebentar#..kwkwkw

Tapi banyak hal yang saking trendnya, aku jadi sama sekali enggan mencari taunya, ya iyalah gak dicari aja semua orang ngomongin malah bikin bosan dan too much buat aku.

Sebagai ABG pertengahan 90-an (not that old lah..hehehe). Nama Tom Cruise super duper yummy ditelinga, icon kegantengan sepanjang masa. Ayo coba yang merasa angkatan aku tunjuk tangan,, inget gak siy jaman-jamannya ngisi biodata di buku agenda? Ada yang wangi, ada yang berkunci, pake bulu ayam segala..hihihi, sweet banget siy remaja 90an... Harap maklum jaman dulu belum ada ajang media social seperti sekarang ini, so kita biasa ngumpulin data dengan sebuah buku tebal manis yang biasa kita sebuat agenda. Dan, yang gak jarang atau malah kebanyakan –maklum masih ABG—biasanya alamat malah gak jadi penting, karena kalau kita mau bertamu kita akan tanya denah rumah yang dikunjungi dengan lengkap, komplit dan detail! Lalu biodata yang ditulis di buku yang setebel kitab RPUL itu  buat apa??? Ya itu tadi, buat nulis idola, kata Mutiara, pesan dan kesan.. yang semuanya standard abiess…. Setuju khan, la wong kita juga gak paham arti dan maknanya waktu itu, sekedar sok-sokan..

“hidup harus berpegang pada prinsip”
be your self”
friendship forever, don’t forget me”..de el es be…
Coba sekarang, boro-boro prinsip, pegangan aja kagak ada apa, lalu apa yang mau di prinsipin??
Dan kata-kata yang paling basi menurut aku adalah “be yourself” apa siy loe?? Entah kenapa dari dulu menurut aku kalimat ini NORAX abiez, maksa karena biasanya ditulis oleh anak-anak yang strata-nya middle to top, karena berbau bahasa inggris kali ya?? Kenyataanya orang-orang model ginian lah yang sekarang ini lagi pada heboh pengen berpenampilan seperti artis ngetop yang ada ‘sesuatunya” itu, belum lagi yang pada ‘maksa’ pengen berbody model Hollywood atau bekulit porselen model artis Korea… lalu diri sendirinya kemana?? Thank God, dari masih bodoh pun aku dah benci dengan kalimat ini dan golongan-golongan yang biasa memakainya, selalu terlihat munafik bin basi ah, my perception!!!

Trus yang biasa ditulis lagi dibuku ajaib itu adalah idola..huuuu, siapa ABG 90an yang tidak menulis nama Tom Cruise? Anak turki tuch kalau sampe gak  nulis  -Turunan Kidul- maksudnya, hehehe
Mulai kenal nama Tom Cruise dan lihat gambarnya, gak perlau waktu lama buat aku kemudian bosan bahkan eneg tingkat tinggi. Ada poster, pin, kartu dan semua yang berbau cowok ganteng itu, umumnya perempuan normal mesti nyari, kecuali aku kali.. Nggg, gak normal dunk? hehe. 

Jaman-jaman SMP sempet juga pajang posternya tapi honestly, never so in love with him (kaya dia cinta aja ma gue…hahaha), because of: Tom Cruise udah amat sangat terkenal, ternama, terberita maka aku gak terlalu minat lagi buat cari atau denger infonya, makanya sudah 20 tahun sejak film TOP GUN keluar, belum sekalipun aku pernah liat film itu. Atau film MI nya..entah kenapa aku Cuma merasa ‘gak banget ajah”. Say No to Tom Cruise,, :p

Adalagi jamannya Keanu Revees, si ganteng di Speed dan Matrix… sampai hari ini aku ogah liat film-film itu. Bukan berarti sama sekali tidak nonton sih. Walau semuanya belum pernah lihat dari awal sampai selesainya juga, aku hanya tau, lihat sedikit di tipi tapi no interesting sama sekali. Keanu too stars for me to see!! Hmmm,,


Britney spears, Justin Timbelake.. ini satu yang aku juga tak suka. Aku suka sama N’Sync tapi waktu nama JT ini mencuat sendirian, kok ya kesanya gimana gitu. So, JT termasuk orang yang kelewat famous buat  kusukai. Westlife.. kok aku ngerasa kaya ABG soalnya mereka muncul diawal tahun 2000an...hehehe -salah siapa niy??-. Jet Lie dan semua kecanggihan dia di film-film Hongkong-nya, engga banget…. tapi kemudian aku mencintainya di film Kiss of the Dragon dan Danny the Dog.. Asia Vs Eropa cyinn, my heart beating for him, hehehe.

Titanic, salah satu film terbosan sedunia buatku, aku 100% suka sama Leonardo DiCaprio waktu pertama kali dia muncul di sitkom Amerika Growing Pains, semakin besar dan semakin tenar, semakin dihebohkan dengan Titanic,, aku  malah malas dan semakin bosan dengan semua info tetang si Luke Bower  ini (kalau gak salah namanya di sitcom GP..duluuu,,,

Brad Pitt, segitu banyak film dia yang Box Office tidak satupun yang bikin aku penasaran, dia sudah terlalu digandrungi bahkan sebelum filnya keluar. Film Tomb Rider yang mengangkat tinggi nama istrinya.. rasanya aku gak perlu nonton karena kehebohanya style Lara Croff udah sangat familiar. Ricky Martin dan segala keseksianya, membosankan.. Semua orang membicarakanya, aku malah lebih tertarik ketika dia duet dengan Madona dan lagunya tidak sesukses permunculan pertamanya… yes I do.
Si tolol Paris Hilton, si Idol Kelly Clarkson, si aneh Lady Gaga, film The Twilight, Start trek, Transformer, Harry Potter dan banyak nama dan judul lagi yang –menurut aku—telah terlalu digandrungi semua orang, khususnya penyuka-penyuka yang fanatic dan tanpa aku ikut suka pun aku sudah pasti menemukan berita mereka berhamparan disemua entertainment news.. huh, membosankan. :p

12 Okt 2011

World is a Small Place



World is a small place, secara umum mungkin gue orang yang sangat tidak setuju dengan ungkapan itu. Bagaimana engga, gue ini khan gak hoby banget jalan-jalan, lagi juga gue ini orang yang bisa dibilang hampir gak pernah kemana-mana. Serius boo, paling tidak sampai di bulan April 2011 ini gue belum ngerasain namanya naik pesawat..hiks hiks.. lalu bagaimana bisa dunia ini kecil, dunia ini terlalu luas buat gue!! makanya belum ada 1 tempat pun yang sempat gue singahin…hahaha 
self defence, nge-set bahasa gaulnya cin..

Dan gue tidak menganggap itu sebagai masalah, sama sekali tidak, but honestly I also have a  wish.. if I had a change to go around, I hope it will be spectacular, luar biasa, amazing..yah  pokoknya perjalanan hebat lah, misalnya keliling Eropa, jalan-jalan ke Amrik, wisata ke Afrika.. dan sekarang ini siy gue lagi MEMPE BANGET soal Dubai.. Gila ya, ada Negara Arab yang “kelihatanya” te op pe bangeted. Mimpi gue pengen tour en senang-senang ke Dubai, penasaran dengan kemasyuran kampong Palem yang ada di internet itu, atau naik ke pucak-puncak gedung yang katanya –lagi, dan lagi-lagi kata internet lho- gedung-gedung di Dubai itu sekarang ter ter ter di Dunia.. fuiihhhh. KEREN..

But dunia kecil yang mau gue curhatin hari ini sebenarnya bukan itu sih..hehehe..

Ditahun 2000an awal, setelah lama menganggur dan jauh dari sosialita gue,.. taelaa (Seleb kali sosialita, hehehe..) adalah saudara gue yang nawarin kerja. Cuma buat operator telepon katanya waktu itu, secara dia sendiri staff senior so cumaa… Tapi dasar gue pengen banget kerja..itupun buat gue waktu itu udah lebih dari jadi sekretaris cabinet..hahaha, lebay.. tapi ini serius.

Ikutlah gue dengan-nya naik jemputan di UKI dan sampailah dikantor si tante ini, gak lama kemudian  interview lah dengan orang HRD. Oh ya, gini-gini dari dulu kata orang bahasa inggris gue bagus, -untuk ukuran orang yang tidak pernah officially kursus lho-, makanya dari beberapa sodara si tante menunjuk gue. Ternyata eh ternyata, gue lupa-lupa ingat juga dengan kejadian hari itu, entah apa yang ditanya-tanya si ibu HRD hari itu. Cuman yang pasti gue inget, I speak nothing. Bahasa inggris gue hancur, bahkan gue engga sanggup menatap balik mata si ibu interviewer itu. Parno kali, karena lama gak ketemu ‘orang kantoran’, dan jadwal gue sekarang sibuk dengan cucian, anak dan misua. Padahal dalam hati udah bangga, bakal kerja di perusahaan Prancis… sempet ngayal ngobrol ama bulenya lagi. Walah, ternyata inggris gue aja hancur cur cur.  

Yeah, paling tidak waktu si tante tidak memberi kabar lagi, gue menganggap semua memang kesalahan gue pribadi. So gue appreciated  aja pertolongan dia waktu  itu,   hik hiks hiks…

Tahun berjalan, walau gatot tapi tawaran pernah “hampir” kerja di perusahaan Eropa selalu masuk dalam daftar cerita gue soal track record bekerja… maksadotkom. hahaha 

2010 bulan October, setelah 3 bulan menganggur. Gue ada panggilan kerja di sebuah perusahaan Amerika, sudah beberapa kali interview bahkan sampai psikotest segala tapi setelah 2 bulan dan belum juga ada kabar. Kesan Amerika itu masih melekat kuat dihati gue, walau tetap berharap gue beruntung karna kemudian dapat panggilan disebuat perusahaan Eropa lainya, yang kemudian berjodoh.  Masa probation gue baru habis disini, dan gue baru menikmati ‘menguasai’ pekerjaan sampai 99%, bersenang-senang dengan jam kerja yang padat, mengenal teman-teman dengan lebih baik dan ‘hampir’ ngetop sebagai orang paling ngocol ditempat makan siang..????  ckckckc… hahaha

“kamu masih minat engga dengan perusahaan kami” begitu awal mula suara diujung hape gue sore itu.

Suami gue kecewa berat waktu gue bilang mau keluar, mama, adik, mertua, temen pada komplen setengah mati. Mereka semua tau kalau perusahaan Eropa yang gue kerja ini kasih benefit  di‘luar’ kebiasaan perusahaan Jepang yang gue pernah kerja. Jaohhh….

I love manufacturing company, I wish for increasing career, I hope I can bring others to my new job, I wish I can bless others by higher salary..   itu semua adalah dasar alasan  gue mau pindah, walau alasan dan tetek bengek kecil lainya juga  banyak. Dan kembali American addict gue bilang, seharusnya disana semua lebih menjanjikan. Fuiihh..

Now I am here, yang menarik buat gue adalah bukan cuma karena finally gue ngerasain kerja di sebuah perusahaan Amerika, tapi kemudian gue seperti baru sadar... kayanya gue pernah lihat lorong ini, gue pernah lihat loby, ini gue pernah lewatin jalan kecil ini, gue pernah dengar perintah ini.. waktu di bus jemputan  -seat-belt wajib hukumnya-.

Ternyata It was Schlumberger which is now turn to Itron, 10 tahun yang lalu gue interview buat jadi operator telepon dan melewati tangga yang sama dan hari ini gue masuk sebagai staff. Dan setelah menunggu selama 6 bulan dan sempat berfikir ‘ya sudahlah’,, bahkan berkomitmen pada diri sendiri kalau my Europian Company will be my last career forever atau paling tidak sempat berencana untuk menapaki tangga karir disini, di perusahaan Eropa ini saja, ternyata oh ternyata…   
   
What a small world isn’t it??

Notes:
Schlumberger adalah perusahaan Prancis yang memproduksi meteran Kwh dan sekarang diambil alih kepemilikan sahamnya oleh Itron, yang bermarkas utama di Wasington, AS.
 

6 Okt 2011

My Fren is Rusmana

 

Pertemanan aku dengan seorang Rusmana bisa dibilang aneh, bisa dikata ajaib atau kalimat gila juga cocok, bahkan kalau sampai ada kometar yang mengatakan ‘ada sesuatu antara kami”, yach entahlah.. aku hanya akan menggeleng sedikit, dan akan mengangguk berkali-kali… so, what  the meaning ??  hehehe.. Aku secara pribadi memakai kata sinting sepertinya (agak) lebih tepat.. kalimat sinting ini (menurut aku lho) ada diantara kewarasan dan kegilaan yang 50-50, kondisi yang ambigu, berawarna abu-abu, the thin red line bahasa kerennya, taelaa… jujur, sering kali aku sendiri menyadari kesintingan itu ada diantara kami. Dari kekonyolan tingkah laku dia (yang pastinya aku juga punya andil menimpalinya, hehehe..) pertikaian kita yang sesungguhnya bukan masalah kami, tapi kebiasaan “ngurusin temen susah” ku nyaris membuatku membunuh seorang pria bodoh bernama Rusmana

Pertamakali kenal dengan Mas ini (waktu itu dia masih mas-mas lho…) sama sekali tidak ada yang istimewa, wajahnya tidak, style-nya pun tidak, Cuma yang  cukup eye catchy waktu  adalah gayanya yang feminim, yang kemudian ke feminiman nya inilah yang membuatku menjadi maskulin dan berusaha melindunginya..kyaaaaaa…

Pekerjaan tolol pertamanya adalah mengatur stationary, tidak ada yang salah dengan pekerjaan itu. Seharusnya, kecuali dia disuruh oleh bos-nya -seorang perempuan matang yang sama sekali kurang dewasa yang belum juga kunjung menikah saat itu- yang lalu membuat perintah  membuat penyimpanan dengan alas sejenis styrofoam dan agar diatur  semua stationary tersebut berdiri. Dia bingung tapi aku masih menimpalinya wajar, (toh dulu juga aku pernah mengurusi stationary-pikirku) sampai kemudian dia membuat lubang2 kecil itu untuk ukuran pinsil/pulpen, penghapus, cutter dll agar semua posisnya berdiri.. are you kidding me pikirku, ini mulai aneh.  Tidak sampai situ pekerjaan tololnya, membantu melayani teman-teman baik si ibu ini menjadi bagian dari Job desk bapak Rusmana… 

Yang paling membuat aku gemas adalah bagaimana dia curhat dengan segala ‘kekejaman dan kekasaran” si Ibu Bos wannabe ini, dan sebenarnya walaupun tidak curhat dengan mata telanjangpun sehari-hari kami semua bisa melihat, bagaimana seorang laki-laki diperlakukan dengan sangat bodohnya. Angkat telephonelah salah, simpan file salah, tulisan salah, fotocopy salah dan entah kesalahan-kesalahan apa saja yang selalu semua pekerjaan Rusamana salah. That’s for sure.. sampai kemudian ada anekdot diantara akami mengenai ‘nasibnya’..
“schedule hari ini apa ya?? Hmmm, pagi diomelin, siang diomelin, sore diomelin…” 

Sering kali dengan amat sedih hati dia bercerita bagaimana ketakutanya dia dengan  pagi. Rasanya berangkat kerja menjadi suatu momok yang menakutkan, terus berpikir ketololan apa lagi yang akan diterimanaya, hinaan apalagi yang akan diguyonkan si Ibu dengan tak berperasaannya, dan bagaimana teman-teman baik si Ibu akan ikut mempermalukanya. Berbulan-bulan aku hidup dalam keluh kesahnya, dan aku secara Pribadi memang sudah muak dengan kelakuansi Ibu GA ini… OMG, jangankan dengan orang selemah Rusmana (paling tidak begitu aku menilainya) dengan alasan dia orang lama  dari pada teman-teman lain di kantor, dia memang  memegang  kuasa penuh atas semua aturan dan UU perusahaan. Tentunya teman-teman baiknya juga boleh mendapat privilege khusus, itulah selalu jadi tamengnya bahw dia fair play. Aku dulu menyebutnya  senioritas “model plonco SMA”

Akhirnya aku (dan sebenarnya sebagian teman-teman lain juga) menyarankan Rusmana untuk resign.. setauku sesungguhnya seorang Rusmana bukan orang susah yang tak makan tanpa bekerja, Bapaknya toke beras didaerah Karawang, kakak-kakaknya punya usaha sendiri.. mungkin karna kemanjaanya inilah dia bangga dengan pekerjaan yang didapatnya, tempat dimana dia “berharap” bisa beraktualisasi diri tapi kenyataanya???....    

Disinilah aku mulai kecewa dengan Rusmana, setelah resign 2 hari, seperti kami duga sebelumnya  Ibu GA ini kelimpungan dengan pekerjaanya, lalu mencari tau soal Rusmana… berharap dia kembali lagi (walau kami tau kebodohan si Ibu ini, dia tetap dengan sikap arogan-nya)… kemudian bagian paling aku benci, Rusmana tau dia dicari, kemudian dengan (entah apa orang lain mengartikan  ini,..) - aku menyebutnya tolol- dia menelpon si Ibu dan besoknya dia bekerja lagi. Tidak ada pemintaan maaf  disini!! Not to me tapi ke Rusmananya…
 

Demi tau aku akan protes dengan keputusan ini, Rusmana dan si Ibu Nampak mulai berkolaborasi, tidak lama kok tepat seperti yang aku selalu tebak. Tingkah si ibu makin rusuh karena sekarang bukan hanya dia yang  ‘memerintah’ Rusmana dengan konyol tapi ada seorang teman baik si Ibu ini yang juga diberi kuasa untuk menekan teman –bodoh-ku ini.
Jadilah aku ada ditengah-tengah, mendapat keuntungan dengan “kesalahan-kesalahan” yang ada diantara si Ibu dan Rusamana. So sesaat aku memegang falsafah “musuh dari musuhku adalah teman ku.”  fuiihh…walau banyak mengutuk kebodohan Rusmana dan sering “bermain mata” dengan si Ibu, pada dasarnya heart never  lie, aku tetep menempatkan Rusmana sebagai my real block.

Tapi kondisinya terlanjur basi, dengar sadar aku tau dia punya hak memilih jalan hidupnya, dia berhak menikmati pembodohan-pembodohan si Ibu, bukan urusanku pula kalau dia jadi sering memuja si Ibu dan menyelahkan dirinya yang memang teledor,.. tapi kenyataanya aku tetap sakit hati tiap kali melihat pembodohan itu terjadi, kemudian aku akan tetap mendengarkan curhatnya kalau dia ada masalah dan  kemudian kegeraman ku akan timbul lagi saat dia luluh dengan ‘kebohongan’ si Ibu ini… demikianlah bertahun-tahun kami lalui pertemanan ini persis dengan penggalan lagu BBB “putus nyambung, putus nyambung..”.. dan sesungguhnya ini adalah 2 orang dengan kebodohan yang sama… hmmmm

Oktober Oh Oktober

October 1979, bulan dan tahun aku lahir.

20 tahun kemudian.
December 1999, aku melahirkan bayi perempuan pertamaku yang kami namai Jane, terinsppirasi oleh nama Jean, tokoh dalam cerita yang diadopsi oleh srigala dan berjiwa ksatria.  Lahir diusia aku masih labil, penuh emosi dan gairah usia muda, sedikit pengalaman dan lebih banyak percaya pendapat orang.

10 tahun setelahnya,
October 2009, Baby Grace,  bebeb, princess.. begitu aku membiasakan memanggil anak ketiga kami,putri ke duaku. Lahir ditengah usia ku yang –menurutku- jauh lebih matang, kondisi ekonomi yang jau lebih baik daripada 10 tahun yang lalu. Lebih berpengalaman, dan sudah banyak baca Koran serta mengerti buka internet… huuu

Grace Mona Rachaellea, sejak awal kami (dan banyak orang lain juga) menduga bahwa bayi yang akan  lahir ini adalah laki-laki, katanya karena bentuk perutku yang bulat dan juga karena lamanya aku mengandung yaitu 42 minggu, meleset 3 minggu dari perhitungan kami juga bu bidan. –kata orang-orang siy bayi laki-laki suka lahir lewat dari 39 minggu--.

Benjamin Jala Lincoln, nama yang sudah aku matangkan dalam perumusan juga doa sekarang menjadi uap. Untuk sesaat aku dan suami kebingungan,  tapi entah bagaimana nama Grace mendadak begitu lekat dikepalaku. Suami sempat agak protes dan menginginkan namanya ada disisipan nama bayi kami.  (ini sih obsesinya sejak dulu..hadeh..)  Setelah merangkum ide ku dan pemikiranya, tercetuslah nama Grace Mona, (nama bapaknya Monang) Rachaellea (yang ku kutip dari nama Ibu bangsa Israel yang pertama Rahel dan Lea tapi dalam spelling Inggris).

Pertumbuhanya bisa dibilang lambat, bahkan dibanding si Abang (yang menurut kami juga agak lambat jika dibanding si Sulung) angkat kepala diusia hampir 6 bulan dan berjalan umur 1,5 tahun. Tapi dalam semuanya aku sangat bersyukur, emosiku jauh lebih terkendali, pengetahuanku tidak lagi “kata orang” makanya aku tidak terlalu memepersoalkan semuanya.

Sering aku sedih mengingat bagaimana aku membesarkan Jane 10 tahun yang lalu dibanding dengan Grace saat  ini, kasihan gadis kecilku yang sudah beranjak gadis itu. Banyak luka yang tanpa kusadari sudah aku torehkan dalam dihati dan fisiknya.. Momie loves you  Jane, so much..buah cinta mula-mulaku, kebanggaanku sebagai perempuan yang pertama, dan oabat luka hati  yang paling manis sepanjang masa..

October 2011
Setelah 2 tahun, kami mulai merasa ada yang salah dengan perkembangan baby Grace, dia sangat abai ketika dipanggil namanya, tapi  sering juga dia sigap dengan suara pesawat terbang atau suara motor si papa. Memang kalau  coba ingat-ingat lagi, dia lebih banyak cueknya ketimbang terganggunya walaupun banyak suara hingar binger disekelilingnya.

Walau berusaha sabar, ayolah aku harus bangun dan realistis.. 2 tahun adalah masa lucu-lucunya bayi dengan segala celoteh dan kecentilanya, dan itu hanya sedikiiit sekali kami rasakan dalam pertumbuhan Grace. Kelucuanya lebih kepada kebiasaanya meniru apa yang dia lihat, misalnya gaya tinju si kakak atau smackdown nya si abang atau rajinya si Oppung (gak bisa lihat sapu, piring, gelas atau barang apapun semua akan dibuang) hehehe… 
Sempat kami duga autis dan bawa ke dokter, sebenarnya jawaban si dokter tidak juga cukup memuaskan tapi belajar dari referensi internet dan penjelasan yang sedikiiiiit dari dokter, mata bayi kami berbicara dan matanya menangkap tatapan lawan. She is not autism..

So sekarang kami membawanya ke dokter THT saja, memastikan adakah yang salah dengan pendengaranya. Karna hanya kata “mama” yang belepotan dan bahasa planet lainya yang dia kuasai diusianya yang sudah 2 tahun ini.. .hmmm. Apa yang aku pelajari saat ini adalah, apapun adanya my Baby Grace… inilah aku yang mengaku sudah lebih dewasa dan matang secara emosional, lebih mengerti rencana Tuhan ketimbang 10 tahun yang lalu. Aku harus lebih siap dengan segala kondisi, tidak perlu ada malu, takut, tertuduh atau perasaan martir lainnya atas segala yang terjadi.. perasaan yang seharusnya sejak 10 tahun lalu aku sadari..atau (miliki lebih tepat)..

Love you all kids..
Dedicate for : My daughters..Jane and Grace Siregar