28 Des 2011

I Love Money but,,,


Bukan bohong apalagi sandiwara kalau aku sering bilang, aku bukan tipikal cewek matrealistis apalagi sampai matrealisme. I love money, pastinya… Toh aku bekerja untuk mencari uang.

Aku berpindah kerja dengan harapan ada peningkatan dalam keuangan, aku meneruskan kuliah dengan membuang uang karena berfikir uang tersebut  akan balik jika aku mendapatkan gaji yang lebih besar lagi dengan adanya peningkatan dalam karir. Dan aku juga punya cita-cita menjadi kaya. 

Akan tapi secara umum aku bukan orang yang melihat segala sesuatu dari ukuran uang. Buat aku, harga jiwa lebih mahal daripada uang, pertemanan juga tidak kalah penting dengan uang, nilai-nilai keluarga bahkan jauh lebih mahal dan tak terukur dengan uang. 

Tapi aku mengaminkan kalau dengan uang maka banyak hal yang bisa berjalan dengan lebih mudah, bahkan juga bisa lebih baik.

Aku masih SD dan kerdil dalam menilai segala sesuatunya. Tapi waktu itu, sering kulihat saudara-ku kami memanggilnya tante. Karena waktu pertama kali datang ke Jakarta dipertengahan 80'an, kami terlebih dahulu menumpang sampai berapa lama dirumah saudara ini. Si Tante sering sekali bertengkar dengan suaminya soal uang. Padahal ‘kata orang’ dengan pekerjaanya suami si tante ini bisa membawa uang ratusan ribu per-minggunya. Dan bukan sekali dua kali kulihat pertengkaran ini.

Menjelang pertengahan SD sampai SMP, kulihat kehidupan kami yang sangat sederhana ini juga dibumbui oleh pertikaian yang sama, ribut soal uang. Bapak-ku pekerja yang giat tapi tidak ngoyo, sedangkan mama tipikal pekerja keras dan banting tulang. Tidak jarang pertikaian ini sampai merambat ke kami anak-anak. 

Bapakku lelaki baik-baik yang setia, terampil pula dalam mengerjakan pekerjaan pertukangan. Menjaga anakpun tidak masalah baginya walaupun penampilanya arrogant . Maka  tidak ada masalah mengenai statusnya sebagai seorang bapak. Tapi kemudian satu hal ini yang sering menjadi perdebatan mereka, uang selalu tidak cukup!!.

Entah dari mana pemikiran itu datang. Yang jelas lahirlah suatu pengertian baru dihatiku yang masih lagi kanak-kanak. Ternyata uang bukan jawaban sama sekali... karena, BANYAK HABIS, SEDIKIT CUKUP. Seingat-ku itulah awal kisah dan lahirlah ide-ku untuk tidak mau mendewakan uang. 

Pernah suatu kali aku mensihatkan mama soal uang, "Ma... uang itu seumpama kumis, dipotong sehabis apapun pasti tumbuh lagi”.  Malah kemudian mama membentaku dengan geram,,, hehehe *salah kamar kayanya*

Kisah tambahan yang kemudian menambah inspirasiku soal uang. 

Sejak masih aku kecil  mamaku sempat menjalankan bisnis rentenir dan pegadaian barang. Jadi sering sekali aku lihat bagaimana para ibu-ibu kompleks, (seberang perkampungan kami) datang meminjam duit kepada mamaku. Dimana kemudian dan ternyata kebanyakan dari mereka bermasalah dalam pembayaran. 

Jadi bisnis penagihan (debt collector amatiran,,, hehehe) sudah kami lakoni sejak SD. Aku sih termasuk yang beruntung karena jarang menagih, ketimbang kakakku yang PASTI melakukan debt collection  ini TIAP MALAM.

Kenapa malam?? Karena menunggu si suami pulang kerja. Karena tidak sedikit hutang istri yang ternyata backstreet  dari para suami dan kemudan akan dipertanggung-jawabkan oleh suami. Bayangkan hutang 2-5jtan ditahun 90-an, akan dicicl dengan 15-25 rb per hari. Hmmm,,

Para peminjam itu umumnya orang-orang beruang. Penampilan mereka necis, rata-rata suami/istri-nya pegawai, rumah ada. Kebanyakan mereka juga mempunyai kendaraan, anak-anak merekapun menterang-mentereng. Secara kasat mata–dengan segala kemiskinan kami-mereka PASTI orang kaya. Demikian aku (atau kami semua jugakah??) memandangnya. Tetapi kenyataanya???

Maka, semua yang aku lihat sejak kecil, semua yang aku alami sendiri dalam masa tumbuh kembang itu memateraikan sebuat konsep tersendiri dikepalaku, dihatiku dan dicara aku hidup. 

Aku tidak melihat uang sebagai  dewa atas hidupku. Dan pertemuanku dengan seorang pendeta ajaib (pernah kuceritakan dalam salah satu episode lain blog terdahulu, hihihi..) menambah lengkap koleksi pemikiranku soal uang.  

Uang adalah bagaimana aku berdamai dengan keadaan, uang adalah bagaimana aku melihat kebutuhan orang lain sama pentingnya dengan keperluaanku, uang adalah  bagaiamana mengerti mengucap syukur sekalipun tidak semuanya bisa aku jangkau dengan kemampuan ke-uangku…


Kasihani aku,,,


Pernah merasa dikasihani?? I just been there tapi sumpah ajah gak paham dengan maksudnya. Seorang teman menasihatiku dengan “bijaksananya”.. kasihan elu dengan segala pemikiran elu, karena tidak semua orang bisa menerimanya”… hening, diotak banyak mikir dan dalih tapi apa daya.. I am the victim here, so berusaha menahan perasaan aja.. tidak boleh ada kemarahan, pelajaran terakhir aku selama ‘dalam masa keterasingan’ adalah just listen deh daripada pura-pura  didengar, nanti malah jadi boomerang sendiri. #fuiiihhh

Alicia Keys bilang gini :
Some people live for the fortune
Some people live just for the fame
Some people live for the power, yeah
Some people live just to play the game
Some people think that the physical things
Define what's within
And I've been there before
But that life's a bore
So full of the superficial

Maka menurut aku tidak ada yang salah dengan pemikiran orang tidak ada yang salah dengan konsep pandangan  orang, kalaupun –mungkin ada kesalahan- barangkali dicara penyampaianya. Tapi ketika aku suka berbicara dan membagikan ‘keterbukaan’ yang aku tau, aku tidak merasa ini kesalahan. Khan memang tidak ada niatan untuk memaksakan kehendak, prinsipku adalah sound your soul, teriakan apa maumu, serukan apa suara hatimu walau kenyataan tidak akan selalu berpihak padamu, dan aku sendiri sering kok merasakan diposisi ini, malah sangat-sangat sering menghadapi complain yang berakhir TANPA PENYELESAIAN. It’s doesn’t matter BUT I DON’T LIKE IT.. tapi paling tidak aku sudah menyampaikan apa yang mengganggu diotakku. Finish, done. Kalu ada macam manusia yang lebih suka bermain “belakang” demi kenyamanan aku juga gak bisa bilang dia salah, satu hal yang pasti IT’S NOT MY STYLE, dan tidak ada yang perlu dikasihani dengan ‘gayung tak bersambut’  malah yang sekarang ngetrend  ‘goyang gayung’,  hehehe…

Suatu kali karena acara di TV aku dan mama berdebat, dia benci ½ mati dengan segala aksi demo dan konfrontasi, dia tidak suka dengan komentar-komentar opposite kepada para penguasa Negara ini, menurut mamaku “hidup engga usah dibikin susah”… tapi pandangan kami berbeda 180° -aku memang tidak dibesarkan dengan karakter untuk menjadi oposisi, tapi entah kenapa it’s just in my blood- aku tidak suka posisi nyaman sendiri, aku tidak suka pura-pura tenang, aku tidak suka bentuk-bentuk ketidak adilan yang menjurus ke konyol dan pembodohan massal. 

Akan  tetapi pada dunia nyata aku sadar Hidup lebih sering tidak adil, hidup banyak mempertontonkan kebohongan dan aku bukan Tuhan atau -Bruce Almighty mungkin,hmmm- yang diberi kesempatan untuk ‘mengubah dunia sesuai selera’ untuk sesaat… I realize that so much, a lot. Aku sadari semuanya, tapi ini tidak akan menghentikan aku dari menyuarakan apa yang menurutku layak dibagikan.

Apa yang layak dibagikan: toleransi adalah hal paling utama yang aku sukai dalam statusku sebagai WNI, perbedaan agama, ras dan suku tidak seharusnya mengkotak-kotak manusia dalam zona nya sendiri. Peraturan adalah suatu ikatan yang sering menjadi jerat bagi pembuatnya, berlaku untuk anda tapi tidak untuk saya,halaah… beberapa hal gak penting tapi aku suka membagikanya pada banyak orang... life is about you not your look, persamaan hak dan kewajiban, manusia sebagai mahluk social. 

Beberapa orang yang kenal aku mungkin terbiasa dengan ‘pengaruh-pengaruh’ seperti ini, walau sebenarnya maksud hati bukan untuk mempengaruhi (tapi makna kata influence memang mempengaruhi, so anggaplah demikian) -maksudku mulanya lebih ke share my mind-.

Beberapa orang hidup dengan memikirkan penampilanya, beberapa orang pusing dengan merk-merk yang bertebaran demi gaya semata, berapa perduli hanya terhadap keluarganya, beberapa memikirkan orang lain tanpa tau alasanya, beberapa hidup untuk golonganya saja, beberapa hidup tanpa misi dan visi, dan banyak pemikiran-pemikiran lainnya. Aku akan  bilang model ginian kurang bagus, dan mulutku akan gatal untuk ‘mempengaruhi model ini” tapi apakah kemudian mereka berubah??? Engga juga lah,,, dan apakah perlu mengasihaniku untuk ‘penolakan’ itu,, engga perlu juga kaleee… Itu sudut pandang mereka, ini sudut pandang aku, engga ketemu ya wajar toh.. walau secara manusia aku pasti berharap ‘selalu diterima’,, tapi aku sadar INI BUKAN SITKOM, tik-tik-boom... dalam sekejap (karena takut) semua nurut... hadehhh

lalu apa gunanya berkomentar?? SHARE MY MINDS,,, berbagi otak, hehehe!! Toh aku bukan tipe polisi moral yang “menasehati” sambil mengancam dengan mengayun-ayunkan parang, atau sembari menarik kerah baju lawan atau kemudian mengintimidasi atau mengancam dengan bentuk lainnya. 

Kalau kemudian ada kekecewaan dan kemarahan diantara ‘gap perbedaan’ itu aku cukup maklum kok, semua orang boleh kesal, seperti aku kesal aku tau orang lain juga bisa kesal. Karena hidup bukan aturan aku, hidup bukan hanya milik aku,, sebagai manusia hidup aku hanya suka menyuarakan suara yang datang dari pikiran aku... hanya itu sebenarnya!!

But most of all, si teman tetap mengajarkan aku banyak hal, ada pepatah yang bilang: belang hidup dengan belang, totol hidup dengan totol, garis hidup dengan garis (lihat film George of the jungle) atau malah di acara Ricky Lake show kalimatnya lebih ekstrim lagi: anjing hidup dengan anjing, babi hidup dengan babi… 

Aku terlalu sering terperangkap dalam kalimat  “teman  tidak mungkin berdusta”, aku terlalu sering enjoy dengan lingkungan  karena aku merasa ‘sudah tinggal dengan sejenis’, ketika kita memberikan kejujuran maka yang datang adalah kebenaran, ternyata aku salah. Kenyataannya dunia lebih banyak mempertontokan kebohongan, dunia lebih menikmati kenyamanan daripada perasaan. Dan kejujuran lebih sering membuahkan kebohongan yang lainnya.

Dan aku baru sadar, ternyata aku jenis yang berbeda, aku adalah kuda yang tersesat diantara para zebra, aku lebih mirip macan sakit diantara wilderbeast yang lapar. Bukan penolakan yang aku sesali tapi kebohongan yang lebih menyakitkan.  Kemudian aku mengasihani diriku sendiri, bukan karena pemikiran dan sudut pandangku tapi lebih ke kebodohan yang tidak menyadari bahwa “aku spesies yang bebeda” dari mereka, dan bertahun-tahun aku hidup dalam kebanggaan “menjadi bagian dari mereka”... berbulan-bulan dalam pencaharian “keinginan mereka”…


22 Des 2011

Aku Perempuan, Aku Ibu

Maybe it will sound rough, but I think there’s nothing special with mother’s day. Ya terkesan sinis tapi perasaan aku bilang tidak ada yang istimewa dengan ‘kebaikan’ seorang ibu. Orang boleh bilang itu karena aku gak punya hubungan yang amat sangat baik dan dekat dengan ibuku, okey lah aku gak perlu menyanggah itu.  

But  bagaimanapun, apapun dan kapanpun aku sayang sama mama-ku, begitu kami memanggil nya tanpa ada tekanan hurup H dipenghujung kalimat,, aku sayang sama ibuku, walau dalam banyak hal kami tidak selalu sepaham, akan selalu ku ingat nilai-nilai moral yang banyak beliau tanamkan kepada kami, nilai kejujuran adalah yang paling utama kemudian kesederhanaan, tolong menolong  dan rendah hati. Itu semua adalah karakteristik  “mama kami banget”.

Tapi kalau kemudian kebaikan seorang ibu seolah disanjung-sanjung bagaikan suatu aliran air yang tiada berkesudahan dan indah seumpama taman bunga surgawi I don’t think it’s quite fair,, lalu bagaimana perasaan bapak??. Ketika seorang ibu mengandung 9 bulan –aku malah mengandung anak ketigaku sampai 42 minggu, ini sama dengan 10 bulan lebih-, tidak perlu didramatisir seolah-olah seorang ibu telah menciptakan manusia dari perutnya sendiri, semua hanya karena anugrah Tuhan, Tuhan menciptakan manusia dan kemudian Tuhan menciptakan manusia berkelamin perempuan untuk mengandungnya yang terjadinya pun adalah setelah ada pertemuan antara sel laki-laki dan perempuan. It’s a collide, bukan hanya usaha seorang ibu.

Ibu menyusui, yah tentu karena memang Tuhan ciptakan demikian, bukan karena “hanya ibu” yang sangat mencintai anak-anaknya… seandainya Tuhan berikan kasih karunia untuk laki-laki menyusui, aku percaya mereka juga pasti akan menyusui anaknya.

Ibu menjaga anak sakit,, ya bapak juga menjaga kok, Cuma karena memang perempuan Tuhan ciptakan dengan hormon dan sensitifitas yang jauh lebih tinggi dari laki-laki, kita perempuan lebih ‘banyak ketakutanya’. Maka terbukalah terus mata kita ditengah keadaan-keadaan yang tidak membuat nyaman.

Merawat, mendidik dan membesarkan.. apa benar hanya ibu yang melakukanya dalam hidup??

Aku ibu dari 3 anak dengan karakter yang sama sekali berbeda. Aku tidak mencoba menanamkan bahwa aku adalah “pahlawan bagi mereka” sekalipun aku perempuan bekerja yang bergaji sedangkan suamiku hanya pekerja lepas harian. 

Aku lebih berharap, kelak anak-anaku tumbuh dalam pengertian bahwa kedua orang tua harus dihormati dan disayangi  dengan kapasitas yang seimbang. 

Ayah adalah kepala keluarga tapi kehidupan dalam berumah tangga semuanya digerakkan oleh perempuan yaitu ibu, ayah dan ibu punya tanggung jawab yang sama dan berimbang dalam mengasuh dan membesarkan anak-anak. Tidak kurasakan aku sebagai tokoh sentral dalam pertumbuhan anak-anakku. Dan ini bukan karena alasan aku perempuan bekerja.

Ibu adalah perempuan yang selalu ingin menjadi teman bagi anaknya, yang selalu ingin menjaga, selalu ingin melindungi dan selalu ingin ada disisi anaknya, dan ini hanyalah sebuat impartasi alami sebuah perasaan, naluri alami seorang perempuan. Karena ketika anak-anak nanti menjadi ibu dia pun akan merasakan hal yang sama, dan selanjutnya dan selanjutnya. Dan aku percaya "perasaan ibu" inipun dirasakan dengan sangat sama oleh para bapak.

Maka menurut aku perayaan hari ibu sebaiknya lebih cocok kebentuk nyata penghormatan kepada seluruh perempuan dengan sikap, jangan dengan menghitung-hitung apa yang memang sudah seharusnya terjadi dalam siklus hidup manusia dengan jenis kelamin perempuan dengan mendayu-dayu, bukan dengan membuat seolah-olah seorang ibu telah menjadi “martir” karena kodrat perempuannya. 

Mari hormati PEREMPUAN sekalipun dia bukan seorang ibu, mari sayangi IBU karena dia PEREMPUAN bukan karena semua daftar kebaikanya, bukan pula karena ada imbal balik didalamnya. Tapi KASIHI perempuan, karena memang TUHAN CIPTAKAN perempuan sebagai pendamping hidup. perempuanlah pendamping anak-anak, perempuanlah pendamping laki-laki, perempuanlah pelengkap kehidupan ini. Aku perempuan, aku ibu dan aku (juga seorang) anak,,  Dan aku ingin dicintai sebagai perempuan!!!    


21 Des 2011

My Soundtrack



Gue sedang mencoba menganalogikan jalan hidup gue dengan lagu-lagu yang biasa gue dengar, dan lagu pertama yang begitu saja meluncur dari kepala gue adalah “you know me so well dari Sm*sh lagu ini mau gue persembahkan buat seorang eks HR gue yang selalu sok tau kalu menilai ‘kesalahan’ gue,, yeah pertemuan kita emang bisa dibilang buruk, dia mengawali perkenalan kami dengan sejuta ‘bekal buruk’ dari HR terdahulu, so sepanjang perjalanan kami –gue merasa- beliau banyak memposisikan diri sebagai opposite gue dan sombongnya gue “loe jual gue beli” hehehe,, Honestly! some case yes (secara dia itu khan belajar Psychology) beberapa kasus harus gue akuin dia ada benarnya koq tapi engga sedikit juga yang sesungguhnya kurang tepat,, senang akhirnya diujung perpisahan kami, gue menawarkan ‘genjatan senjata’ then glad he took it so positive,, Kemudian pertemuan didunia maya malah sering membuat gue senang dengan komen-komen ‘sok taunya’.. now I take it as “you know me so well” pak ,,  hehehe

Lagu putus-nyambung, putus-nyambung’nya BBB adalah lagu gue buat seorang teman cowok, anak buah si bapak HR yang diatas tuh (gue pernah tulis di satu bagian blog lho, hahaha) Love you guys!!!

Bentari (Benci Tapi Rindu), kau datang dan pergi sesuka hatimu,,, bencinya hati ini, tapi aku rindu,,, dalam perspective pertemanan gue dengan seorang "teman lain", lagu ini buat beliau!! Dialah ‘perempuan baik hati’ yang selalu menawarkan perencanaan indah dan skejuling yang bagus, mensetting akan adanya pertemuan pertemanan,  ‘berandai-andai’ dengan acara bersama teman dalam kebersamaan. Tapi entah kenapa dan bagaimana, yang gue tau dia akan jalan sendirian, lupa ngundang gue, dengan PD’nya tag foto di jejaring social, pamer dan diam… dari ibu satu inilah gue belajar “teman sering lupa teman”.. ya ya ya jauh lebih baik dari pada ‘temen makan teman” siy.. tapi melihat bagaimana ‘anggunnya’ dia dalam bersikap dan berbicara, I don’t think this things could be happened,, you know what,, it’s not just once or twivce happened.. kejadian pertama membuat tanduk iblisku menyeringai. Kedua, hati terasa disayat sembilu (jiaah, lagu lama beud..hehe) selanjutnya.. owh, habbit,, then I just can say it: You make me cry for you / You make me cry for you / I hate you / Then I love you,, as Luciana Pavaroti and Celine Dion duet. Then  sleep much  better.

I wanna touch the sky down from the sky,, all the impossible I want to do,,waktu gue artikan lagu itu dengan mantap suami gue bilang “ini dari aku buat kamu”,, waw, and I do believe it so, juga lagunya Sania Twain yang bilang They said, "I bet they'll never make it"/ But just look at us holding on/ We're still together still going strong,,,I'm glad we didn't listen/Look at what we would be missin',, satu komentar lagi dari suami waktu gue jelasin artinya “kita niy kayanya” dan gue mengaminkan karena memang perjalanan pernikahan kami diusia muda ini lebih banyak menerima cibiran daripada dukungan,,

Tidak lama setelah gue meresapi lagu If Tomorrow never comes, bapak meninggal dan kemudian lagu ini menjadi Warning banget buat gue, karena semua pengertian yang gue dapat setelah merenung-renungi lagu ini tidak pernah gua aplikasikan, gue gak pernah bilang ke bapak “how much I love him, how much he mean to me” dan kemudian gue malah stuck di bait ini And avoid that circumstance/ Where there's no second chance to tell him how I feel”,, gue sadar dan Cuma bisa menyesali kalau kesempatan kedua itu gak pernah datang. Dan penggalan lagu Aqua ini juga sering membuat gue menangisi kebodohan gue, “if only I can turn back the time, if only I can run for to tonight”…tapi gue ngga akan pernah bisa.





    

16 Des 2011

Understanding



Keterbatasan Grace memberikan pengertian baru bagiku. Yang kami tau selama ini Grace itu galak dan mudah frustasi, tapi dia tidak akan mudah menyerah. 

Saat keadaan terlihat 'tidak adil' buatnya, maka bayi kecilku akan menjambak rambutnya sampai rontok beberapa. Atau bahkan kemudian menghempaskan jidatnya ke lantai.

Walau bukan kebiasaan juga sebenarnya. Tapi jika aku membandingkan dengan 2 saudara sebelumnya, maka menurut kami ini ‘luar biasa’... Dari apa  yang pernah aku baca; para ahli mengistilahkan ini dengan, tantrum.

Sebagian orang akan meledek, “ya buah gak jauh dari pohonnya”.  Hehehe, mengingat bagaimana temperamennya aku dulu. Tapi kemudian, tanpa bermaksud memebela diri, walaupun ini berisi pembelaan juga. “I don’t think I am gonna hurt my self that way…”. Menyakiti diri bukan cara aku. Hohoho... 

Anak sekecil itu suka menggeram dan mengancam dengan gaya menyentil, menyatukan jari-jari kecilnya untuk membentuk lingkaran kecil. Lalu bola matanya akan dibulatkan untuk menambah seram ‘kemarahannya'. Yang kenyataanya, malah menambah kegemasan kami untuk menggodanya lebih lagi dan terus demi segala actingnya itu.

Grace mengalamai gangguan pendengaran, tuli bahasa singkatnya. Akhirnya kami tersadar, keterbatasanya itulah yang memebuatnya bermasalah dengan komunikasi (selama ini). Ternyata dia tidak pernah paham dengan ‘maksud’ kami, dan kami-pun menanggapi lain ‘maksud’nya selama ini. 

Sekarang, setiap kali memakai alat bantu dengar (ABD)-nya.  Dia akan bersembunyi dibalik tubuh siapapun yang ada didekatnya, seperti malu, tersipu-sipu tapi senang. Padahal kami belum lagi memulai komunikasi… dia hanya merasa seperti akan connected dengan sekelilingnya. Dan itu membuatnya sumrigah.

Aku mencoba menganalogikan kondisi Grace pada kehidupanku, kehidupan keras yang aku lihat dan aku kenali. Setiap orang hanya ingin dimengerti, hanya ingin didengar, hanya ingin menyampaikan kata-katanya. Dan ketika  semuanya selalu dibatasi, maka akan ada gejolak-gejolak emosi yang lahir. 

Itu pasti, bedanya hanyalah…  sebagian orang memilih untuk menerimanya sambil “makan hati” dan sebagaian lain menyuarakanya dengan aksi dan suara… (orang yang kenal aku dengan baik, tau pilihanku)… hahaha,,

Lalu kenapa ekspresi sebuah perasaan selalu diartikan negative, kenapa tidak lebih dahulu mencari tau akar masalahnya?? Karena (rasanya) tidak mungkin akan  ada asap kalau tidak ada api. Karena dimana ada aksi maka disitu akan muncul reaksi.  

Bukankah pelangi akan muncul setelah hujan reda??  Maka, akan selalu ada alasan atas setiap kejadian.. Kenapa begitu sulit untuk saling memahami??


15 Des 2011

Sahabat Pantry-ku,,


Beberapa kali pindah kerja, aku mengalami beberapa kali beradaptasi dengan lingkungan. Ada sudut kecil yang terlihat sepele namun menurutku adalah bagian penting yang paling pertama harus aku sahabati. Pantry dan Officeboy. Menurutku jauh lebih membanggakan ketika kita membuat orang kecil merasa ‘menjadi orang’ dari pada menjilat orang yang lebih tinggi hanya sekedar menunjukan bahwa ‘saya adalah orang’. Buatku lebih menyenangkan tersenyun dan tertawa bebas bersama orang kecil dari pada sekedar mengulum senyum tipis dengan para petinggi,, walau jauh lebih hebat lagi jika bisa melakukan semuanya dengan semua orang,,, hmmm

Adalah Chanim namanya, OB pertama kami di perusahaan Jepang, karena sebelumnya kami tidak diberikan OB oleh managemen entah karena alasan apa, jadi selama itu aku biasa merangkap sebagai OB dadakan (kebanyakan kawan-kawan ku adalah anak-anak mami yang tidak tau cara membuat kopi/tea jadi banyak yang suka minta pertolonganku atau… mungkin mereka suka membodohiku, karena dalam segala kejudesanku, mereka tau aku tidak pernah menolak dimintai tolong,, hehehe. Just Kidding). Perawakanya legam, hitam dan gagah –menyeramkan lebih cocok- hahaha, but it’s true, tapi ketika kita berbicara dengannya you won’t believe it, he has a smooth voice, kalau tersenyum manis sekali, pembawaanya hangat dan bersahabat. Dia adalah seorang untuk melayani kami semua, belum terkadang-kadang membantu departemen lain yang punya masalah dengan kekurangan tenaga, belum lagi ‘kami’ para perempuan yang menitip membelikan makanan.

Fuiihh, pokonya dialah seorang diri mulai dari mengepel lantai atas, ruang engineering bawah, kamar madi atas, kamar mandi bawah, membuat minuman buat para staf, membuat kopi/teh buat tamu, membelikan sarapan kami, menjadi kurir ku..(hehehe, ada sebuah kisah lain terselip diantara ini..), membongkar store room jika departemen Finance mencari document atau mengangkat perkakas dan keperluan lainya yang tersimpan di store room… all, all, all just done by Chanim alone,, waw!!!

Diperusahaan China dengan pengalaman 3 bulan ini, 11-12 dengan keanehan pemilik perusahaan yang sesungguhnya punya label lumayan ternama ini, OB nya pun tidak kalah aneh bin ajaib. Datang hanya untuk mengepel lantai 1 sampai 4 dengan seadanya pagi hari (bukan bohong jika aku bilang seadanya, karena sampah ataupun kotoran lengket dilantai tidak akan lekang sama sekali) tidak ada cerita staff minta tolong sama OB, jam 16.30 teng dengan sigap laki-laki yang berusia sekitar 28an itu akan pulang dengan tenangnya ke haribaan keluarganya. Bahkan hanya sekedar minta tolong geser meja saja dengan cepat dia menolak, membantu mengepel lantai yang ketumpahan air minum di jam kerja, dia juga menolaknya bahkan cepat ngeloyor pergi. Pengalamanku dengan OB ini –apakah sesungguhnya keanehan tempat itu yang membuatnya demikian?? Entahlah- yang jelas 3 bulan yang aneh itu tidak akan kulupakan. OB yang tak tersentuh ‘permintaan’ apapun…OB paling berkelas yang pernah ku lihat.

Diperusahaan Eropa, mereka nampak terbiasa dengan ‘pengelompokan’ memandang staf baru sepertiku dengan gamang, mereka baik dan mudah dimintai tolong tapi aku perlu banyak-banyak berkelakar dan bergaul dengan mereka sampai akhirnya, kami berteman..  mereka bekerja dengan sytem yang jelas, sepertinya yayasannya telah berhasil menciptakan pekerja-pekerja yang baik dan cekatan.

Perusahaan Amerika, hmmm…little bit wondering apakah pengkotakan merupakan sebuah system baru di dunia kerja? aku miris. Disini OB terlihat seperti kaku dan sama sekali tidak bersahabat, tidak ada senyum sekalipun kita menyapanya dengan senyum, tidak ada gairah, tidak ada persahabatan dengan staff. Mereka rajin, mereka sigap tapi terlihat semua dikerjakan tanpa gairah dan buat aku hal seperti ini tidak mengenakan sama sekali. Semua karyawan dilayani sama  disini, semua OB boleh dimintai tolong, semua seharusnya bisa dimintai tolong, kapanpun dan dimanapun. Tapi dengan idealism kemanusiaanku aku merasa mereka bekerja seperti system, hanya melakukanya karena digaji dan bukan dari hati.

Anyway, -seperti suamiku sering bilang- lain ladang lain ilalang, lain tempat lain pula kebiasaanya.Yups,, that’s what I saw actually, but somehow, somewhere and always Chanim sudah menjadi OB paling aku sukai, dialah OB paling  baik yang pernah aku kenal, the one and only OB yang bisa diajak curhat masalah pribadi, OB yang berani mengkomplen jika aku minta tambah kopi instant (karena dia tau aku gak kuat kopi, tapi maksa,,hihihi..), OB dan kurir picking list-ku.. 
OB yang standarnya kemudian membuat aku melihat OB-OB lainya  terlihat  dibawah standard,, hehehe   *maaf ya buat yang lain…

14 Des 2011

Tuhan dan aku


Bicara tentang Tuhan dan aku, mungkin bagi sebagain orang yang pernah kenal aku akan mencibir dan bilang munafik. Yeah I can’t deny it. Tapi perjalana hidup telah membuat aku mengenal Tuhan secara Pribadi. Membuat aku bisa bilang Tuhan itu baik, aku tau rencana Tuhan indah pada waktunya. Aku tau Tuhan ijinkan banyak hal terjadi untuk membuat aku menjadi lebih dewasa dalam iman.

Tapi ada satu hal pasti yang membuat aku menjadi teman baik Tuhan, adalah karena suamiku. Dialah yang menjadi mentor dan pembimbingku untuk mengenal Tuhan lebih dekat.

1997, selepas retreat disebuah teen ranch aku dibaptise selam. Sesudahnya selama beberapa waktu aku mengalami kebangunan rohani, sukacita dan cinta mula-mula. Every day is a bless.

Tapi ini tidak langsung membuat aku menjadi sahabat Tuhan. Sikap bapak yang keras dan kacamata perfectionist ku membuat dunia tidak terlihat menyenangkan untuk disahabati.

1999 aku menikah, dan suami menanamkan nilai agar kami selalu berharap pada Tuhan. Titik ini-pun tidak simsalabin membuat aku mencintai Tuhan dan suamiku.

Karena tidak lama setelah menikah suamiku dirumahkan dari pekerjaanya, juga lingkungan baru yang mengejutkan. Maka semua keteraturanku  mulai berantakan.

2001-2002, kejatuhan imanku pada dasar yang terrendah. Aku kecewa dengan situasi, kecewa dengan gereja, marah besar pada Tuhan. Aku benci pada semua pekerja gereja!. Di masa ini, aku merasa semua yang berbau Tuhan adalah munafik, kebohongan dan sandiwara belaka. Tidak ada satupun orang yang bisa diandalkan. Mereka hanya akan perduli ketika kamu cukup berduit, cukup berpendidikan dan cukup patuh dengan semua aturan mereka (buka aturan Tuhan) yang subjective. Pandangan dan cara hidup orang yang mengaku kenal dengan Tuhan ini ternyata tidak seindah yang mereka kotbahkan.

Tahun berjalan, musim juga berganti. Sekitar tahun 2003 aku dibangunkan oleh ketulusan doa suamiku dari marah besar pada Tuhan.

Suamiku yang terus berdoa malam setiap hari dan menumpangkan tangan diatas kepalaku... itu yang aku ingat. Masa ini tidak langsung membuat hubunganku pulih 100% dengan Tuhan. Yeah, paling tidak aku sudah mulai dengan sukarela melangkahkan kaki ke gereja. Aku juga  mulai membaca alkitab dan aku sudah mulai menerima masukan dari orang-orang ‘ber-Tuhan’.

Perjalanan-lah yang akhirnya membangunkan aku dari ‘kepicikan’ sudut pandangku yang marah pada Tuhan. Kusadari perlahan kalau anak-anakku tidak pernah secara khusus mendapat penanganan dokter sedari kecil. Kami tidak pernah kekurangan makan dan minum, walaupun suamiku cuma kuli harian.

Malahan, entah bagaimana yang pasti bukan hanya 1-2 orang yang sering datang kerumah mungilku untuk meminjam uang –sampai hari inipun. Bahkan sampai meminjam sembako.  Begitu banyak orang yang mengira kami ini golongan ‘mampu’-.

Di setiap natal kami mampu berpakaian baru dan menikmati makanan enak. Aku juga tidak pernah berhutang (justru ketika pendapatan naik aku mulai berhutang, hehehe... Tapi aku pastikan aku harus membayarnya). Aku diberkati dengan tetangga-tetangga yang banyak membantuku soal anak-anak.

Ternyata disekelilingku adalah berkat dan berkat dan berkat... dan semua bisa menjadi berkat atau kutuk adalah bagaimana aku memandangnya.
   
Sekarang aku berdiri disebuah gereja kecil yang sudah kukenal sejak aku mulai duduk dibangku SMP.  22 tahun sudah kukenal wajah-wajah ini, dan bukan tanpa terpaan badai perjalanan kami.

Karena sekalipun kita berdiri atas nama Tuhan, kami biasa beradu argument, kami saling mengkritik, kami saling menegur kami sering bersinggungan dan sering kali kami larut dalam emosi.

Aku pun sudah beberapa kali menjauhkan diri dari komunitas ini, tapi cinta mula-mula ku pada Tuhan membawa aku kembali ke tempat ini. Kemudian pengenalan pribadi akan Tuhan membuat kami kembali pada pengertian manusia ber-Tuhan.

Kami mengasihi satu sama lain walau sadar kami tidak sepenuhmya bisa saling menerima kekurangan orang lain, karena kami tau Tuhan tetap mengasihi kami. Memaafkan dan memahami satu sama lain adalah formula terberat dalam persinggungan. Dan perjalanan hidupku mengajarkan, ini adalah obat kecewa.

Gereja Kristus Apostolik, setelah 3 kali berganti nama akhirnya kami mendirikan sinode sendiri. Aliran gereja kharismatik yang telah mengajarkan aku menjadi manusia tangguh, pribadi yang mandiri, manusia yang bersyukur dan manusia yang mengerti mengandalkan Tuhan...

Komunitasku ini mengenalku lebih dekat dan jujur, mereka tau kemarahanku, mereka tau aku cerewet dan bawel, mereka tau karakterku, mereka mengerti jiwaku, they just know me so well... dan aku tau mereka mengasihiku dan mereka adalah supporter doaku yang pasti.

Persepuluhan

Persepuluhan adalah menyisihkan 10% dari setiap pendapatan kita untuk Tuhan, logikanya tangan Tuhan memang tidak akan turun langsung untuk menerima uang 10% tersebut. Biasanya yang 10% ini akan diserahkan pada kantong-kantong persembahan khusus di gereja. Sebagai seorang Christian konsep perpuluhan sudah lama aku pahami, bahkan sebelum aku bekerja, makanya ketika aku bekerja hal ini adalah satu hal yang langsung aku lakukan bagi Tuhan.

Konsep perpuluhan cukup riskan bin sensitif bila dibahas orang per orang, setiap orang akan merasa kebutuhanya tidak bisa ditunda,, that’s for real actually… Indonesia cyin, semua pake duit.. belum lagi kultur dan adat sebagaian orang yang merasa penghasilan adalah urusan Pribadi, dan gereja absolute tidak perlu intervensi.

 
Kalau dipelajari lagi perpuluhan pada hakikinya adalah mengembalikan apa yang menjadi milik Tuhan. Jadi 10% itu bukanlah MEMBERIKAN seperti pemikiran banyak orang sekarang ini, 10% itu adalah MENGEMBALIKAN yang MEMANG SUDAH menjadi “bagian” Tuhan dalam setiap pendapatan kita.

Aku bekerja bergaji baru sekitar 8-9 tahun belakangan ini, dan sebelumnya segala macam pekerjaan buruh harian sudah kami lakoni. Tapi kami tidak pernah lupa membayar perpuluhan, agak sedih makanya ketika banyak orang yang bekerja diladang Tuhan sebagai pembicara dan pengkotbah, tapi karena alasan pendapatan ‘tidak bergaji’ sering melupakan menyisihkan perpuluhan.

Secara personal aku merasakan bagaimana tangan Tuhan melawat orang-orang yang setia, perjalanan financial kami merangkak naik, lambat, perlahan dan sangat lelet. Tapi harus aku akui ada tanjakan didalamnya, ada nilai naik ada skala yang sedikit meningkat dari pada dulu. Kaul-ku pertamakali sebelum bekerja adalah “korban sulung” untuk gaji pertama yang aku terima, yaitu menyerahkan 100% gajiku buat Tuhan,, walau tidak besar tapi ini bukan perjuangan kecil ditengah padatnya kebutuhan hidup dan bayi kecil yang butuh banyak uang,, bertahun-tahun kemudian aku baru mengerti. Memang Tuhan berikan aku pekerjaan dengan gaji kecil dulu agar aku bisa ‘cepat’ melupakan pemberian ini,,hehehe…

Masa sekolah aku bilang “wah enak dong yang gajinya gede, ngasih 10% gak berasa.. coba kalau kecil, susah lah”, kemudian kakakku menjawab “ya engga lah, rugian yang gajinya gede, kalu sedikit ngasihnya malah gampang”

Bertahun-tahun kemudian aku sadar persepuluhan adalah ‘korban’ buat Tuhan, bukan hal yang gampang dilakukan, baik besar baik kecil semuanya tetap berasa berat untuk dilakukan. Apalagi banyak saat dimana perpuluhan akan bertemu dengan  ‘musim bayaran’. Tapi bagaimanapun juga ini adalah bagian kecil dari kepatuhan pada perintah Tuhan, persepuluhan menghalaukan kita dari belalang pelahap, mengahalau kita dari berhutang tanpa membayar. (karena banyak anak-anak Tuhan yang terjebak dalam ketidak mampuan membayar hutang). Perpuluhan mengajarkan aku berbagi dengan yang Maha Kaya lalu apalagi dengan yang kelihatan didepan mata…

Maleakhi 3:10: bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu kedalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah KU dan ujilah AKU, firman TUHAN semesta alam, apakah AKU tidak membukakan bagimu  tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.



9 Des 2011

Game is Over


Menurut suamiku aku suka terlalu berlebihan dalam menilai suatu kondisi, dan ini meliputi hal baik maupun hal buruk, pada banyak hal suami bilang aku naïf, cengeng dan tidak waspada. Makanya biasa jadi seksi sibuk yang gak jelas, sering ketipu dan sering makan hati sendiri, tapi menurutku suamiku tidak tepat sama sekali.

Kemarin, ada yang bilang aku picik.. agak kaget dan tersentak dengan kalimatnya –terlebih karena siapa pengucapnya- dan belakangan kalimat ini memang sering jadi “makananan pokok-ku” dari-nya setiap kali berkomunikasi. Jujur aku akui kalau aku bukan manusia emas yang menyukai ‘kediaman’ sebagai tameng aman. Tapi dia adalah teman maka aku masih bisa terima,, dan menurutku we know each other.. chill.

Prisipku teman is priceless, seperti aku menghormati teman aku percaya apa yang ditunjukan teman juga adalah penghormatan kepadaku. Ketika selama bertahun-tahun aku menyimpan penghinaan ini dengan lapang adalah karena Friend is priceless itu, selalu akan ada sejuta maaf buat teman, aku suka menulis dan menggambar kemarahan pada teman di pasir, #kata pepatah sih begitu# berfikir seperti aku melupakan kesalahan orang lain, pun jika aku melakukan kesalah “ku mohon dimaafkan”…

Hari itu aku tersentak, bagai masuk kedalam palung Marina (katanya adalah palung terdalam didunia, dimana kekuatan airnya bisa sampai 2 ton, artinya bisa mencabik-cabik tubuh mahluk hidup yang masuk kedalamnya)… ternyata sepenggal kalimat salah yang kuucapkan –pun bukan tanpa alasan- ternyata telah menjadi pedang bermata dua buatku, Kesalahanku adalah dosa besar, tak termaafkan, butuh perenungan diri, pelajaran untuk diri,, wah wah.. walau mencoba untuk santai dan tak perduli, aku terhempas dengan “nasihat” bijaksana yang luar biasa itu… bukan masalah terima atau tidak terima,, okey aku akui dalam banyak hal aku  mungkin suka bercanda terlalu kasar atau berlebihan tapi –seingat aku- aku cukup tau siapa lawan yang pantas diperlakukan sedemikian, tidak ujug-ujug semua  orang akan kuperlakukan sama, demikian juga dengan teman, berdasarkan pegalaman dan intensitas aku merasa berhak menentukan siapa kawan baikku, siapa kawan dekatku dan siapa yang bisa aku percaya.. bukan karena mengkotak-kotak..tapi hati bicara,, ternyata,, kemudian hal ini malah menjerat aku, dengan kuatnya.

 (Teman ini sering 'menasihati" yang berkesan menghina, malah suamiku sempat takut padanya karena satukali kalimat diucapkan tepat pada suamiku). Bertahun-tahun rasa penghinaan itu kutelan bulat-bulat, bertahun-tahun  kusimpan semua kesal dan marah atas nasehat orang yang selalu mengatas namakan “kebaikan” dalam bentuk yang merendahkan dan menghina, dan kemudian senoktah yang kulakukan beberapa waktu yang lalu telah membuatku jadi orang paling sinis dan nyinyir, dan ternyata semua orang telah merasakan kecewa ini… dan hebatnya lagi semua sudah ‘sabar’ dengan ku. Demikian kalimat motivasi yang kuterima hari itu..

Wah, langit dan bumi bertempik sorai rasanya, siang itu makan ku tidak bisa tertelan sama sekali, aku tidak menangis ataupun hati merana, walau menyadari –memang mungkin ada kesalahan yang aku buat (sekali lagi, bukanya tanpa alasan semuanya..)... yang membuat aku luarbiasa  tercengang adalah NASIHAT ITU 100% BUAT AKU _tok_, tidak ada kalimat KITA didalamnya, TIDAK ADA KESALAHAN PADANYA, semua salahku.. dan dituliskan oleh “teman” ini (yang membuat aku kaget) adalah semua atas nama “ketegasan”!! dan AKU SERING  SALAH !!!

Kali ini harus aku akui suami ku benar, aku berlebihan menilai kebaikan kecilnya bertahun-tahun yang lalu, padahal kemudian “ketegasanya” tidak jarang lebih menjatuhkan dan mematahkan semangat. (Aku tidak mau ikut-ikutan latah bilang, kalau ada orangl ain juga terganggu dengan sikapnya,, mungkin dia benar: hanya aku yang salah)  Tapi kembali atas nama “pertemanan” aku menomor sekiankan komentar suami dan nasehat teman selalu lebih benar. Dan hari ini aku menerima kritik yang sangat destruktif dari orang yang terkanal “paling baik dan bersahabat????” …  *let’s nature describe it,, hmmm,,fuihhh

Esoknya setelah berjam-jam dalam ketercengang’an dengan “kata-kata mutiaranya” aku mengangkat kepala dan membuka mata, aku sudah dewasa dan pantas menentukan kepantasan   buatku, aku berhak menetukan siapa yang pantas menjadi contoh dan model bagi karakterku, aku berhak menyaring (walau dalam banyak hal sudah  agak telat) kalimat-kalimat yang pantas menemaniku menjalani hari-hari, dan itu harus dari orang yang paham dengan apa yang diucapkan. Orang yang kalimat dan sikapnya berjalan selaras, orang yang jalur hidupnya pantas menjadi contoh. Memang hidup tak semudah itu, semua orang boleh salah, minimal dia sadar seperti orang lain salah dipun mengakui kesalahannya, bukan orang yang hanya bisa menghakimi tanpa menyadari kekuranganya secuil-pun.

Aku harus mulai menata hidup dengan kurangi  “berbagi” dengan teman, karena kemudian ini sering menjadi boomerang buatku, aku harus berani berkata TIDAK pada ketegasan yang menghina keluargaku –sekalipun datangnya dari seorang teman baik-.  Dan aku harus menelaah ulang kalimat Friend is priceless, karna ada harga hati yang sesungguhnya telah dibayar dalam perjalanan ini.

Buat Eks-teman baik: thanks for all you’ve done before,,