28 Sep 2011

Antara Getar dan Geram....

Drrrt..drrrttt, fuihhh.. iya walaupun sudah ku setting benda super hebat abad ini ke ‘tanpa suara’ tetap saja aku akan tetap bisa tau kalau ada pesan yang masuk, bahkan tidak jarang setelah sengaja ku tinggal dikamarpun suara bereppppbb nya itu akan mendesis disanubariku (kyaaaa…) dan kemudian memaksaku untuk menjamahnya.. sebenarnya ini kesalahan siapa pun patut direview ulang lagi, karna namanya juga handphone, alat komunikasi alat yang abad ini paling banyak membuat orang gatal untuk punya seri terbarunya. 

Ya memang guna utamanya adalah  untuk komunikasi, kalau kemudian fungsi ini menjadi dual.. misalnya ‘jembatan merah’ dengan selingkuhan, penantian atas sebuah ‘harapan’ yang saya maksud –panggilan interview lho—hehehe, dan lain lain yang kalau dirunut-runut memang akan berujung pada komunikasi juga sih tapi kemudian manfatnya lebih banyak  kepada urusan personal tendesius (syukur-syukur yang ditunggu diujung sana, atau yang diujung sana yang diharapkan kalu justru sebaliknya maka jadi lah handphone ini kehilangan visi utamanya) apaan  siyyy..

Untuk kesekian kalinya, dibilang ratusan berlebihan..memang pula gak sampai seratus tapi dalam tahap aku bukan banci handphone (klaim aku siy begitu) pusing bin kesal juga kalau sms yang kuterima dari orang yang sama ini sudah lebih dari 8X. Pesanya pun kurang lebih sama “jangan lupa ya,” “tolong gue dong”, “bisa sekarang gak loe hubungin”, “bisa kah, dapatkah, adakah…” bla bla bla..

Ini bukan kali pertama aku menghadapi hal-hal sedemikian, sisi kemanusiaanku selalu tergugah untuk menjadi ‘penolong siapapun’ selama aku bisa, aku pantang tidak membalas SMS dari kawan, aku berusaha ada terutama waktu teman susah bukan hanya pada masa keemasanya saja.
Tapi tidak jarang aku merasa tolol sendiri, aku merasa berlebihan dengan segala jiwa ‘pahlawan kesiangan’ ini. Pernah aku kerepotan sampai ribut sama adik ku soal pulsa telpon rumah yang membengkak waktu aku setengah mati mencarikan pendeta untuk teman yang MBA. Atau sampai melewatkan jam malam demi tidak mau ketinggalan mengucapkan HAPPY BIRTDAY pas di jam 12 malam buat teman, yang kemudian dia jawab “thanks ya bu, gue baru baca kemarin siang, HP gue mati”… mampus!! Batinku mencela diri sendiri. 

Sebenernya itu masih  tidak seberapa, pernah pada suatu  masa disekolah, aku, sebagai ketua kelompok heboh dengan “thema” upacara yang akan datang, yang ‘katanya’ biasanya dicanangkan sehari belum hari H-nya. Jadilah 2 hari itu, aku sok sibuk nonton acara berita yang sama sekali tidak aku mengerti demi “sang thema”, setelah dapat paginya aku tergopoh-gopoh kesekolah, dan Cuma heran waktu MC-nya sudah duduk ditempat, kemudian kata kakak senior bilang dengan enteng “udah dapat dari kepala sekolah”. Masih kental dalam ingatanku, scene pagi itu… what’s wrong apa who’s wrong actually.

Satu kali teman baikku berkisah, betapa sedihnya dia dengan masalah keluarganya.. terpikirlah olehku sepanjang  malam, sampai searching-an di internet bagaimana hal-hal sedmikian bisa terjadi.. agak mengejutkan ketika melihat  status “bahagia” dengan suami tercinta. Again I ask my self, what’s wrong, whos’ wrong.. did I take it too much. Did I have different brain di banding manusia normal lainya.

Kembali ke handphone diatas… taelaaa.. hahaha…

Sebulan yang lalu aku menawarkan pekerjaan “pembantu” di kantor ku yang (kembali menurut aku) lumayan elite. Lumayanlah, kerja kantoran, gaji cukup sama dengan SPG-SPG di Mall tapi tidak berdiri  tidak kepanasam, tidak pula kelaparan. Enough I guess when you are jobless. Mungkin I will loved to have it when I am in the same position. Dengan enteng si teman bilang “sorry War, gue maunya yang status jelas, lu bantu gue buat kerjaan yang lebih  pasti, lu masukin lamaran gue buat yang posisi bagus” dan semua sudah pula aku lakukan sebulan yang lalu. Tapi belum ada jawaban, sedangkan yang ini aku pastikan malam  ini  pun pasti langsung kerja. Kita menyebutkan  temporary helper.

Dengan sedikit kesal, ku oper penawaran ini ke saudara yang “ilmu kantoranya” jauh dibawah standard bahkan lebih mendekati tidak bisa. God save the Queen (artinya???? Hehehe) She’s  not so bad actually.
Sebulan kemudian si teman baik ini bertanya, bilakah ada perkerjaan  untuknya, apa saja, model apa saja.. sangat-sangat butuh. Terbersit kesal dihatiku mengingat kejadian yang lampau dengan kemudian berencana -cuekin aja-   tapi  kemudian aku baru sadar kalau ternyata aku sudah terlibat dalam usaha pencaharian kerja untuk si teman ini, sms harianku paling tidak lebih dari 15X berisi tanya jawab mengenai perkembangan lowongan yang ada…I hate it, I am  getingt suck, I am disturbing but I am still here, menjawab sms dengan sejuta ‘kemarahan’ di alam bawah sadar.. didunia HADES….urghhh

Padahal belum lekang diingatanku setahun lalu ketika keadaan masih terbalik, ½ mati aku sms dan telepon sekedar menanyakan lowongan yang dia tawarkan, balasannya  5 banding 100.. mau ketemuan pun sulitnya minta ampun... fuihhh, mau marah rasanya tapi hak dia khan?? 
What’s wrong with me.. aku tipikal orang sibuk dan senang menceritakan bahagiaku, dukaku, pengetahuanku  pada teman-teman baikku,, bukan tidak jarang dicela, dibalikin, diseloroh menjengkelkan. But I still love it, aku akan selalu senang bercerita seperti aku senang mendengarkan kisah mereka. I am in love with all my friend.

Padahal bukan 1 atau 2 kali teman baikku akan bertanya “anak lu kelas berapa?” padahal baru kemarin aku bercerita atau “eh, ini khan bagus” padahal itu yang  minggu kemarin kita perbincangkan. Atau memforward email yang 1-2 bulan  yang lalu aku kirim ke alamat “teman-teman special”.
Aku Ratu Repot kata suamiku, aku akan heboh merencanakan segala sesuatu dengan baik dan sempurna, aku berharap semua puas semua senang (Huuuu..nampak sombong but I suer it’s real!!), kurencanakan setiap detail dengan sempurna,, aku ratu kecele kataku. Yang ditungu juga gak ingat, yang diperhatiin  ya lupa, yang aku anggap teman juga no act, yang aku jaga-jaga melenggang tanpa ‘sadar’ (apa tidak mau sadar, I just don’t know ??)

Banyak kali, sering kali, kemudian aku sadar telah ditololi oleh kebodohan ku sendiri, aku dijatuhkan oleh sok pahlawan kesiangan ku sendiri. Dan sampai hari ini, suami ku masih menyayangkan over concerning-ku yang keseringanya sia-sia, dan sampai hari ini pun aku masih dengan kekesalan atas kebodohan ku itu.. but then I don't know how to ignore. Aku Cuma bisa berteriak marah pada bantal dikamar.. huh.. 

Drrrt..drrrttt… kesal ku tertahan, sms teman datang.. dengan kesal aku membalas.. suami ku geleng-geleng di pintu kamar,,