30 Nov 2011

In moment like this


Sebenarnya gue engga bermaksud sombong apalagi berasa lebih pinter dari pada dia. Cuma sumpah mampus gue sebel moment  ini, gue sumpek dengan 2 jam ini. Seperti biasa pula kalau segala sesuatu dikerjakan dengan sangat terpaksa maka hasilnya gak bakal maksimal.

Ya iyalah boro-boro maksimal middle aja gak nyampe, yang ada otak gue berasa buntu, bantet, bloon. Gue suka heran –apa malu ya??- dengan jawaban-jawaban kecil temen-temen yang menurut gue seharusnya gue juga sudah tau. Tapi entah kenapa gue cuma bisa dongo melongo. Semuanya kaya muter diatas kepala, ya angka, ya hurup, ya suara... semuanya muter teratur kepala, tapi tak satupun ada yang nyangkut apalagi mampir ke otak. Kyaaaaaaaa...

Tahun 2001-2002 gue diajak kerja sebagai assistant-nya (ngebantuin maksudnya loh) seorang temen yang punya Ijin dan mampu mengajar bahasa Inggris secara professional. 

So, kami punya –awalnya- sekitar 100’an murid SD dari murid kelas 4 sampai kelas 6 untuk diajar sebagai Engglish Student’s for Beginner and Basic class. Gue lebih ke ngurusin adminnya sih... dan kadang-kadang dipercaya sebagai Replacement Teacher.

Tahun 2003. Setelah keluar dari tempat les kawan itu. Atas permintaan dan karena ketahuan beberapa anak wilayahku yang juga ikutan kursus bahasa Inggris. Maka  diperkampungan rumah gue, gue membuka lagi kelas untuk anak kelas 5 dan 6. Lumayanlah gue punya 6 orang siswa aktif yang datang ke kontarakan 3x4 meter itu, bahkan murid yang terakhir ini gue ajar masih ngefans... (jiahh maksa banged sih, hahaha) sama gue dan nyokabnya agak kesal waktu gue putus ngajarin dia.

16 tenses, passive voice, irregular verb, regular verb, introduction, model, adjective, personal preposition, possessive pronouns, verb, conjunction, etc...  were simple task I taught them previously.

November 2011, diperusahakan gue diadakan test untuk mengetahui kemapuan Bahasa Inggris. Karena menurut management banyak karyawan yang bahasa inggrisnya kurang mumpuni, padahal perusahaan kita sudah masuk category regional company (ehem ehem..). Lalu seminggu kemudian hasil dibagikan dan kelas ditentuan. 

Whats up dude? Now I am here sitting in the basic class studying Verb, adjective, etc in long long 2 hours with a blue feeling. 

Ada yang tau rasanya??? I felt humiliated tapi -kenyataanya- hasil memang tidak berdusta khan??? 

Huhuhuhu, hiks hiks hiks *crying a loud* with a noisy sound.

Possitive Thinking


Gue jadi suka rada rancu dengan kalimat “negative thinking”… kalimat ini kok kelihatanya jadi semacam penghakiman orang ke orang lain atas “pandangan yang tidak selaras”. As a pesonal gue emang bukan orang yang cukup familiar dengan kalimat positive. Karena sedari kecil bokap  en nyokab lebih banyak nanamin nilai-nilai kejujuran. 

So selama ini, dunia yang lebih gue kenal adalah: Bohong Vs Jujur dan diantara keduanya, yaitu abu-abu –yang gue lebih mengartikan ke munafik dan atau cuci tangan (cari ensiklopedi soal meaning of Pontius Pilatus)- this is my perseption only.

Then belakangan ini atas nama motivasi, kebangunan diri dan self improvement kalimat negative thinking menjadi seperti kata mutiara “be yours self” in the mid of tahun 90-an. 

Okey gue setujulah, memang some people understood it exactly, they know what they talked about this “positive thinking”. 

Yang gue secara pribadi lebih mendalaminya dan suka mengutipnya setelah baca buku The Secret, (gara-gara lihat di Oprah, then thank God gue dapat beli bajakanya..hehehe) karangan Ronda Whyne. Berkali-kali –gue baca berulang-ulang-, buat as Christian actually I’ve heard this word ever since I don’t understand the meaning actually.  

Nasihat Rasul Paulus buat jemaat di Philipi, those are awesome word dan belakangan banyak banget dikutip para motivator dengan bahasa yang sesuaikan dengan genre-nya (music kale pake genre... hihihi).

Adalah orang yang gue rasa  ‘tidak begitu dekat’ dengannya, dan kemudian gue berfikir berali-kali untuk meng-sms, bbm, e-mail atau cari info–kecuali ada suatu occasion khusus soal dia, misalnya Ultah, ngabarin anak sakit,atau apapun yang gue anggep pantas dibagi–ke doi.  Lalu apakah ini akan lu sebut Neg-Think?? 

Atau ketika seseorang yang gue anggap sebagai orang yang paling 'deket’ dengan gue, tiba-tiba kemudian mengeluarkan statement,  “kirain gue elo takut ngadepin gue, dan bla bla bla”... Hah, I don’t even say any single word actually, not even!!!  Whose the Neg-Thinker here actually...  *Doi berasumsi gue neg-think, tapi kalimat 'kecurigaan' pertama dikeluarkan oleh 'nya'.

Tapi kemudian statement Neg-Think ini malah jadi sering disematkan ke gue ketika kita berbincang-bincang… Suatu kali –seseorang yang gue pikir common with my hobby. I share her  something which is 'kita banget'. You know what the reply? None at all, padahal baru saja kita berbincang-bicang  dan sharing.

Yang ada kemudian besoknya dia suruh gue melihat hoby baru dia, lalu hoby gue yang kemarin apa kabar dunk?? Salah gak siy kalau kemudian gue 'takut' berbagi hoby dengan dia lagi. Negatifkah itu namanya?... Kesalahankah ketika gue merasa dia gak tertarik sama hoby gue?? Karna kemudian gue berpikir better not share anything anymore  

Ketika seorang teman yang gue anggep so indepthtidak mengikut sertakan nama gue dalam sebuah undangan. Apakah 'salah' ketika gue merasa terlupakan.. what should you hope me to think?? Be positive aja lah...  Mungkin lupa, belum ketulis, mungkin nanti kali –kalu acaranya udah bubaran kali yaa? Atau just say thanks (mengucap syukur-maksud gue). 

Kemudian, apakah ekspresi ketidak-nyamanan gue, perasaan sakit hati, kaget, takut, malas, menunggu dan menanti tanda-tanda  HARUS selalu diartikan dengan NEG-THINK???

 
Suatu hari anak gue bermain dengan anak yang (sorry berkesan neg-think sangad) terkenal nakal, dengan terus merepet suami gue (orang paling sok bijak didunia –menurut gue) ngomel dan teriakain anak gue untuk pulang. 

Gue malah ikutan ngomelin suami karena gue paling gak suka orang Neg-Think sama anak kecil (they just don’t understand what they did)... Tidak sampe sejam anak gue pulang dengan meraung-raung. Ter/aspal panas mental TEPAT dekat matanya. 

FYI, orangtuanya ngelihatin mereka main lho! God know it. Lalu nganterin anak gue pulang sambil cengngengesan.  “Ini anak-anak mainnya bahaya”, katanya dengan enteng dan datar, senyumnya masih sumringah.  

Si besar juga pernah, pulang main –dengan anak nakal lainya tanpa suara tanpa laporan apa-apa langsung memojok di dapur. 6 orang bocah-bocah ramai mengadukan sebuah kejadian  “Jen digebukin Kiki”, cerita mereka saling berebut bersuara duluan... positif dunk!  

Gue tidak mau mempermasalahkan anak tetangga karena menurut gue anak main bersama karena maunya sendiri. Lagi juga sejak awal kita sudah ngingetin... Maka, tak gue sentuh omongan itu anak tetangga, just ignore it

Sampai para bocah kecil itu cerita lagi,  “kakak sampe pingsan”… Hah, panic dunk gue, gue peganglah kepalanya... tepat seperti cerita anak-anak tadi. Ada bekas pukulan besi payung memanjang dari jidat sampai tengkorak kepala tengah, tangannya besut-besut karena diseret (walau petinju, kami me-mantangkan anak-anak untu membalas pukulan. Pukulan hanya ada di atas ring. Ini harga mati!!) pahanya merah dan lebam karena diinjak-injak. 

So masih disebut Neg-Think kah kalau sampai hari ini gue sangat-sangat bawelisme kalau anak-anak gue mendekati mereka???

Give me a break man!!! Orang hidup itu punya rasa, pandangan, etika , estetika dan harapan dan semuanya dalam sudut pandang masing-masing.  

Sometimes bahkan many times ketika semuanya tidak melulu berjalan sesuai irama hati, wajarlah jika ada ekspresi yang mengikutinya. Tapi ini engga melulu harus diartikan Neg-Think kali. (kecuali kamu orang yang sangat-sangat-sangat rendah hati dan belapang… and I don’t think I am that perfect). 

Selama manusia masih menjejak kan kakinya ditanah dan masih bersosialisasi dengan lingkunganya, maka macam-macam perasaan itu akan selalu ada. Selalu ada ekspresi atas sebuah kejadian, sebab karena sebuah akibat, hasil sebuah kejadian. 

Dan jika kadar perjumpaan –pun- hanya  setahun sekali,  apakah tidak terlalu “bijaksini” jika kita HOBBY melabeli orang dengan kalimat Neg-Thing. Karena alasan-alasan yang hanya diketahui hati orang dan pengalaman orang.

Hanya karena jiwa yang sangat ekspresif lalu kita ujug-ujug merasa “dia salah” dengan pemikiranya. Apakah kecerewetan, kewaspadaan, ketakutan. persepsi yang beda, kebiasaan/adat, gaya yang berbeda  HARUS (selalu) diartikan Pemikiran yang Salah. Please recheck the track record first baru cobalah menilai (lagi)...


Kalau buat gue segala sebab adalah karena akibat dan gue lagi belajar “put my feet on the other shoes”. Try to understand dulu baru judging #kebalik dari kebiasaan masa muda gue#. Dan ini adalah 1 pelajaran yang sekarang harus gue gali lagi lebih dalam, karna tahun 2000-an suami gue pernah kuliahin gue soal ini and then I said  “Iye,  I will choose the branded one shoes”. Hehehe..

@all the wise man dan atau –yang selalu merasa- positif person. Please give me an advise… and please be possitive  coz  it's a compliment  for a people like you.  

25 Nov 2011

Bung Karno



Semua orang pasti familiar dengan nama Bung Karno karena sejak SD sudah terbiasa membaca nama beliau, juga mengetahui track record perjalannaya dalam pelajaran sejarah. Di pertengangahan tahun 90-an sejak duduk di bangku SMEA aku aktif dikegiatan Pramuka, aku cukup merasa kalau kegiatan ini sedikit banyak lebih menumbuhkan rasa nasionalisku yang memang sudah ada. Pengertian aku antara nasionalisme dan setuju dengan pemerintahan adalah dua hal yang sama sekali berbeda, apapun itu aku cukup merasa menjadi anak muda yang cinta tanah air  #ayo Indonesia#.

Nama Bung Karno kemudian tidak hanya menjadi tokoh  yang aku baca dibuku pelajaran sekolah, dari beberapa kakak-kakak pramuka (pastinya yang sudah sangat senior) sering aku mendengar kisah tentang “charisma” seorang Soekarno. Inilah pertama kalinya aku mengerti konotasi lain dari “pribadi yang menarik perhatian” sama dengan charisma karna yang aku tau selama ini adalah gereja karismatik (bada banget khan maknanya..). Menurut cerita -karna mereka juga pasti dapat dari orangtua atau para eyang-, katanya: pada jaman itu setiap kali bung Karno berpidato semua rakyat akan segera menghentikan kegiatanya –yach, semua percakapan dan diskusi akan dibreak untuk sesaat, tepat seperti gambaran film-film-. Beliau juga memang tipikal down to earth, biasa bertegur sapa dengan semua lapisan masyarakat yang kebetulan dijumpainya, entah itu tukang becak, petani, politisikah... he just a humble person. Kurang lebih demikianlah cerita ini aku terima, dan kemudian aku terpikat dengan kalimat Bung Karno  adalah Pribadi yang memiliki charisma tinggi.

Kalau kemudian di era reformasi ini banyak berita-berita yang dipoles dan terbentuk menjadi sebuah opini akan kegagalan seorang Soekarno, kok ya I don’t really believe it actually, kisah bagaimana kharismatiknya seorang Seokarno terlanjur tersimpan manis di salah satu ruang hatiku…#hadeh bahasanya..hihihi#. Keberanianya dengan slogan “ganyang Malaysia”, idenya dengan bangunan-bangunan vital yang sampai sekarang masih akan dikenang bangsa ini sebagai warisan idenya Soekarno, pidatonya di PBB, idealismenya menentang Amerika (aku 100% pencinta Amerika lho..piss), keberaniannya keluar masuk PBB, berargument dan berorasi dihadapan banyak negara (yang jaman sekarang ini menurut aku bangsa kita seolah-olah dibawah derajat mereka) dengan dada yang membusung dan lengan yang teracung –melihat di file tivi siy begitu- padahal kita masih Negara baru merdeka, sekalipun aku tidak pernah secara Pribadi membaca biografi beliau. Aku lebih suka menilai beliau dengan cara yang sederhana, dari kisah yang kudengar dari senior –yang menurutku waktu itu -Pramuka tidak mungkin bohong- dan apa yang sejarah sudah buktikan melalui film documenter.

Menitik airmata ini melihat kegagahan beliau yang tidak umbar senyum tapi tidak jaim di kancah politik internasional, darah nasionalistku akan membuncah dan berkatai “oh God, sungguhkan bangsaku pernah segagah ini?”

Sampai hari ini dan detik ini, aku masih penasaran ke-kharismatkan- seorang bung Karno, masih terus mencari dimanakah, disiapakah dan bilamanakah charisma yang anggun itu bisa aku plagiat. Dan nama Soekarno -walaupun biografinya tidak aku pelajari secara mendalam- akan selalu menjadi salah satu tokoh besar yang menjadi kiblatku dalam pencarian "jiwa yang berkharisma".  

23 Nov 2011

Mimpi



·  Terapung-apung  ditengah lautan luas dengan sepotong kayu sebagai penyanggah tubuh, sendirian dan matahari sore mulai tenggelam.

·   Berlari tanpa arah seperti dikejar-kejar sesuatu, (entah mahluk entah apalah itu) lalu kemudian terdampar ditengah hutan gelap... yang mulai temaram dengan cahaya bulan malam menyelisip diantara pohon besar.

·   Terkurung disebuah rumah tanpa pintu, tanpa jendela dan satu-satunya jalan yang terlihat seperti pintu ternyata ditutup tembok. Kemudian terlihat tangga tapi sama seperti  pintu tadi, tangga itu tidak menunjukan ada arah untuk keluar.


·        Berlari secepat  kilat, walau degup jantung sesak dan  memburu tapi tidak menemukan cara untuk berhenti.

·        Pernah merasakan beridiri disamping kolam besar yang ada di puncak gunung tinggi, ketika melihat kebawah yang nampak hanyalah bumi yang jauuuuuh dan kosong.

·         Dihisap seekor laba-laba besar dipergelangan tangan dipinggir sumur, dan laba-laba lainya yang mulai merayap keluar... dan lagi, aku sendirian.

·   Tersetting dalam sebuah drama yang antah berantah dan setelah sadar orang-orang yang disekelilingku sama sekali bukan wajah yang kukenali.

·         Sudah lihat film horror “the Ring”. Bagaimana sumur yang gelap, pengap dan nampak tak berdasar itu tergambar. Aku sering terdampar didalamnya..

·         Terjebak dalam pertengakaran hebat, serasa ingin mengucapkan kalimat yg sudah ada di ujung lidah tapi tidak bisa terucap sama sekali, kemudian ditinggalkan sendirian.

Bertahun-tahun aku bergelut dengan mimpi buruk seperti itu. Terjebak dipuncak gunung, ditengah laut, ditengah hutan, dalam sumur yang gelap dan pengap dan  dalam sebuah rumah/gedung kosong.

Melihat binatang –yang namanya tidak pernah bisa kudapatkan didunia nyata- yang datang meyerbu seperti gerombolan tentara baik dari darat juga dari langit. Dikejar-kejar oleh sesuatu yang tidak bisa aku identifikasikan, tapi selalu membuatku berlari dan nyaris terbang untuk menghindar.

Terjebak dalam pertikaian dan aku tidak pernah punya kesempatan untuk bicara dan selalu berakhir dengan kesedihan yang membuatku terbangun.
Merasakan kehancuran yang memilukan hati, kekacauan, perpecahan, penolakan dan rasa malu.

Maka ketika kukatakan aku tau rasa sakit karena diabaikan aku memang tau, aku juga taunya rasanya terhimpit, rasaanya ketakutan... Aku tau semua rasanya kepahitan itu karena mimpi burukku telah menemaniku selama bertahun-tahun.

Harta atau Tubuh??



Menikah adalah mempertemukan dua orang yang  berbeda karakter dan –pastinya- jenis kelamin kedalam satu kehidupan yang baru. Maka dua pribadi itu akan menata kehidupan barunya dengan persepsi yang harus disamakan, yang artinya memang 2 menjadi 1. Maka sering kali aku bingung dengan kisah pernikahan yang setelah sekian tahun kemudian mengatakan,  “kami sudah tidak cocok”. Hmm,  from the beginning you should understand that you are difference both. So?? tapi kala pertama “cinta –memang- telah membiaskan semuanya’.

Buat aku menikah adalah 1 kali seumur hidup, and that for absolute. Kecuali dipisahkan oleh kematian. Jika ada Pribadi-pribadi yang mengatas namakan –kecocokan, keselasrasan, kesesuaian dan embel-embel kesamaan lainya sebagai dasar untuk menikah menurut aku itu kebodohan, why?? karena manusia pada hakekatnya berbeda rasa, berbeda mau, berbeda latar belakang dan semuanya berbeda.. 

So, semua hanya tinggal tunggu waktu. Jadi, aku termasuk orang yang tidak terlalu percaya, “cinta berdasarkan kecocokan”. Anyway, aku tidak mau membahas soal cinta disini, tapi aku mau sedikit  menuliskan pemikiranku mengenai bagaimana pernikahan itu sekarang ini seolah memiliki nilai yang tidak beda dengan bisnis pencaloan.

Bagaimana bisa tinggal serumah dalam ikatan ‘kebutuhan biologis barter materi’ dengan waktu tertentu, bisa ditafsirkan sebagai penikahan. Juga bagaimana dengan mudahnya 'ikatan' itu dibuat setelah salah satu pihak merasa dirugikan... Dan atas nama norma harus ada ikatan yang ‘menghahalkan’. Maka  menjadi ambigu-lah  nilai 'komitmen' yang seharusnya terpatri kuat dalam sumpah pernikahan itu. Buyar-lah makna ‘lembaga’ yang hakiki. 

Sebenarnya kisah perjalanku menuju pernikahan juga tidak sempurna, tapi jauh dalam lubuk hatiku, aku tau pernikahan hanya 1x seumur hidup. So, aku selalu pastikan langkah yang salah ini akan diperbaiki didepannya.

Tanpa bermaksud menghakimi, –kalaupun akhirnya terkesan demikian-. Coba bayangkan betapa banyakanya penikahan yang dilakukan karena tuntutan sikon, (umur, kehamilan, tugas, target, emosi, de el es be) kemudian ini hanya seumur jagung. 

Perlu diketahui dengan pasti, aku bukan golongan orang yang setuju dengan budaya Kumpul Kebo. Sama sekali TIDAK SETUJU. Tapi kemudian kenapa kita mesti memaki kebiasaaan barat yang, –katanya- punya hobby kumpul kebo. Bukankah menikah tanpa mengerti dasar dan tujuan dari penikahan yang sakral, adalah hampir sama pengertianya dengan kumpul kebo... Maka, pernikahan hanyalah alasan agar praktek hubungan badan terlihat “halal”.

Tradisi kawin kontak, kawin dibawah tangan, kawin karena tertangkap petugas (moral kah??), kawin dengan anak dibawah umur... Bukankah ini lebih mirip ke lelucon anak kecil yang menutupi kebohongan dengan sebuah bualan lain.  

Apalagi ketika dasar sebuah keyakinan coba di halalkan demi “sebuah penikahan” (baca: yang tambahan dan atau dadakan..). Bukanya ini naïf bin munafik plus tolol, menurut aku.

Apalagi meminjam istilah seseorang kenamaan, yang ketika ketangkap “just marriage”  untuk kesekian kalinya dengan BIJAKSINI-NYA bilang,  “lebih baik nikah sirih dari pada zinah”.. Sampai hari ini aku masih bingung, “dimana lebih baiknya ya??”. Bukanya itu 11-12/pada baen/sami mawon. Toh targetnya sama, (kalau aku bilang niat, nanti bisa dikembalikan= hanya Tuhan yang tau NIAT..hadeehh, kalimat indah hipokrit lainya..) hubungan sexual, Physical attraction dan kesempatan diselipan kelebaran akal yang bulus.

Opini aku, menikah adalah komitmen, sumpah dihadapan Tuhan dengan segenap jiwa dan hati. Pernikahan adalah membentuk suatu komunitas kecil baru yang berazaskan pengertian, kepercayaan,pemberian dan penerimaan yang –kenyataanya- memang tidak selalu adil. Tapi yang pasti, nilainya lebih dari sekedar harta dan tubuh..


22 Nov 2011

Pria Rese itu,,,


Seperti biasa dari Pancoran aku naik bus yang kearah UKI Cawang, dari perempatan  itu aku akan menyebrang untuk mengambil mobil yang kearah Bekasi, sebenarnya aku bisa naik kendaraan apa saja yang kearah Kali Malang tanpa menyebrang tapi sampai hari itu dan sekarang pun aku lebih suka naik mobil orange yang via tol, pastinya karena jarak tempuhnya yang jauh lebih cepat itu. Seperti biasa aku suka mengambil posisi di pojok –baik kanan atau kiri- lalu mulai pewe untuk tidur. Sampai Jati Bening perjalanan masih biasa dan tidak ada yang istimewa, aku sudah tidak berani tidur lagi karena beberapa menit lagi aku akan sampai. Tidak lama naiklah sepasang manusia, tidak perlu bertanyapun aku sudah bisa menebak ras si lelaki ini, tapi sumpah potongan perempuanya lebih ke ‘halak ion’ (*orang Jawa or Sunda, istilah orang Batak) dan yuhuuu, tidak sampe semenit aku mulai sangat terganggu denga celoteh si pria Batak ini. 


Tren basi diangkot, semua orang memilih untuk duduk dekat pintu (entah kenapa, padahal aku sangat yakin sekalipun kita duduk diujung pojok dan terdesak kita semua akan turun koq, lalu.. sampai hari ini aku masih suka tidak paham dengan kebiasaan sebagian orang yang ngotot –bukan karna naiknya terakhir lho- maunya duduk dibangku dekat pintu.

Tren terbaru diangkot dan juga bus (bahkan KA yang super sumpek), naik duduk -atau berdiripun- buka BB dan hening lalu cengar-cengir sendirian, itu gaya yang agak mudaan sampai yang –mungkin- umurnya seaku, sedangkan yang lebih tuaan (doileh..hehehe) gayanya buka-buka tas, buka dompet –entah apa yang dilihat- buka hape satu, masukan, buka hape dua masukan dan keluarkan hp ketiga (sumpah, aku sering liat yang model gini..)

Karena waktu itu aku belum punya smart phone, aku lebih sering memasang earphone dengan tingkat tinggi ditelingaku. Asli keheningan yang ‘individual’ seperti ini sesungguhnya membuatku agak begidik. Iyalah, bukakah jaman dulu kala orang akan mendapat teman baru di angkot, dikereta atau di jenis angkutan lainya tapi sekarang semua orang hidup dengan ‘gaya’nya sendiri. So gayaku naik angkot adalah, duduk  pasang radio atau mp3 terus tidur.
Hera na halak hita do itoan on”  (*kayanya orang Batak nih cewek, sambil menujuk aku) kata si pria tadi pada wanita disampingnya dengan suara seperti berbisik –padahal aku bisa dengar- hebatkan bisik-bisiknya orang Batak ini, hehehe..
Ah daong ah,  asing do bohina” (*ah engga kali, potonganya beda) jawab si cewek sambil kulhat mencuri pandang ke arahku. Oh Batak juga batinku.

Entah apa yang kemudian membuat si lelaki ini senewen sendiri, dia mulai ngotot dengan si cewek tadi untuk membuktikan bahwa aku Batak –di bangku belakang tinggal kami bertiga, dan seorang lagi disamping supir-. Sempat pengen nyeletuk juga sih “emang kenapa kalau Batak” pikirku, tapi melihat gaya si pria ini yang ngotot dan penuh kecibiran yang engga jelas aku lebih memilih diam, dan sok tak bergeming padahal earphone sudah mati.  

        “Unang pa sombong ku molo halak hita, lam songon dia pe bagak na tarida do molo bohini halak Batak” (*jangan sombonglah kalau orang Batak, mau cakep kaya apa kek muka Batak mah tetep ketauan) celotehnya lagi dengan sinis dan keras, si cewek mencoba menepuk-nepuk kakinya untuk mendiamkan. Aku masih pura-pura sibuk dengan HP dan mengoyang-goyang kepala, tapi muka rasanya panas, jantung berdegup keras, keki, malu, berasa bodoh. Pikirku, seandainya saja dia bertanya sopan, aku tidak mungkinlah akan mengingkari ke Batak-an ku.

Aku bingung menulis dengan bahasa Batak apa yang dia bicarakan, pokonya dia ngotot sama pacarnya kalau aku adalah perempuan Batak yang sok jual mahal, dia bilang aku pura-pura sibuk –padahal iya juga sih, hohoho- karena malu disebut orang Batak, orang yang datang dari kampung biasanya begitu cerocosnya, lalu dia juga  mulai bertindak konyol. Kelamaan –sepertinya dia juga mulai yakin tidak yakin dengan tidakannya- karena aku tidak juga geming ataupun mengarahkan mataku pada mereka.
molo hu dok bau untut, ikon hatop do dijawab ito an on, bukan saya-bukan saya.. songoni do lau menjebak halak Batak na sombong” (*bilang aja ku bilang bau kentut, pasti dia langsung jawab bukan saya-bukan saya, begitu cara menjebak orang sombong) si mahluk aneh ini makin berapi-api dan tatapanya bukan lagi mencuri-curi, jelas dia melototin aku dengan sinis. Mungkin –seandainya, misalkan- mobil aku tidak berhenti kemudian, kemungkinan aku bisa terpancing dengan gaya si pria bodoh tadi, dengan sok enteng dan tenang aku turun dari angkot tanpa sepicingpun melihat mereka kecuali dengan tatapan ‘sok aneh, sok tidak mengerti’.

“ih gila ya orang Batak ini suka aneh ya, kenapa siy mereka suka bawel engga karu-karuan, laki-laki mulutnya lemes, hadeh najis banget dey gua…” omelku sepanjang jalan kepada suamiku dimotor.
“ya itulah Batak” jawabnya seperti biasa, sok diplomatis dan gantung.
“maksudnya??” cecarku, masih dengan kekesalan dihati.
“ya kaya kamu lah kurang lebihnya, bawel apa aja dikometarin. Kadang-kadang namanya juga komentar ya ada nyebelinnya juga…”
Kyaaa, dengan kesal sambil –terus merenung kalimat pendeknya-- kulayangkan cubitan terpanas sore itu dipinggang suami, yach sekalian hitung-hitung membalas pria Batak bodoh tadi. Grrrr, tapi jalinan syaraf dikepalaku dan perasaanku memaksa untuk sedikit memerah otak, “apakah aku termasuk orang Batak yang  -menurutku- menyebalkan seperti itu, apakah aku termasuk golongan  komentator Batak??” apakah pria menyebalkan itu adalah sedikit daripada refleksiku… urghhh… Only nature can answer, hehehe...

21 Nov 2011

Hi Mom..


Kata ibu saya, sejak kecil saya sudah terkenal judes, dengan jarak yang hanya 1 tahun dan tepat 10 hari dengan umur si kakak, saya biasa mendominasi semua hal. Katanya pula, badanya saya sejak orok memang sudah lebih besar dari si kakak, jadi saya biasa mengalahkan si kakak dalam memperebutkan perangkat bayi,seperti selimut dan botol susu. Saya sepertinya tidak cukup ingat semuanya tapi kalau soal saya mendominasi ya ya ya sampai hari inipun saya selalu –merasa hanya saya yang bisa –atau karna mau kah??  menggerakan orang-orang serumah untuk membuat acara-acara formil. Saya tidak tau apakah kemudian ‘kepemimpinan’ saya ini diidentikan dengan sok ngatur bin dominator??..Only God Knows, karena selama ini yang saya tau, kebanyakan yang saya maksudkan adalah untuk urusan "bersama".

Karena berbadan lebih besar pula sejak kecil saya sudah diberikan pekerjaan rumah tangga inti, seperti mencuci, memasak dan menyetrika. Si kakak yang kecil tapi gesit biasanya pekerjaan ringan tapi membosankan, seperti memompa air dan mencuci piring, Kami sudah diajarkan perkerjaan RT diusia sekitar 10-tahunan (kelas 4 dan 5 SD, seingat saya sih). Walau paling cerewet dan galak, saya juga selalu mendominasi  pekerjaan RT, sambil terus merepet (biasanya lebih karena iri, karna dari dulu saya merasa selalu kebagian pekerjaan yang terberat) saya tetap dikenal sebagai orang yang rajin dan rapih.
Sejak kecil saya sudah menunjukan  sifat yang anti  dengan basa-basi, terkesan anti social –walau tidak samapai kapasitas destroyer jadi saya termasuk yang banyak disebut orang sebagai “anak tante yang paling judes” beda 180° dengan si kakak yang ramah dan penuh kehangatan.

Bertahun-tahun kemudia saya sadar dan semakin sadar, saya memang beda. Karna sampai hari ini saya –masih merasa diperlakukan beda oleh ibu saya. Apakah karena saya yang tidak 'selalu' bisa membuat ibu saya nyaman?  karena saya tidak bisa seperti si kakak yang hanya akan diam seribu bahasa jika ibu sedang marah-marah, atau si no. 3 yang jauh lebih manis lagi sikapnya, dia bahkan tidak mau tau, cuek bebek, masuk kamar dan segera lupa, karena semenit kemudian akan keluar kamar dan bersikap seperti tidak pernah terjadi apa-apa.. (what you call it??) sikap pembangkangku agak mirip dengan si no. 4, rajin kami pun sama -tidak heran dimasa kecil sampai remaja dia merupakan salah satu musuh bebuyutanku yang seimbang-, ataukah karena saya tidak bisa bergaul seperti si kakak??
Seperti uap semua nilai positip yang saya miliki, 'hanya' karena saya “tidak bisa diam” dalam setiap argument, seakan tak ada nilai baik saya dimata ibu.. hiks hiks
  
Entahlah, bagaimanapun saya selalu bangga dengan keperdulian saya terhadap semua orang terlebih saudari-saudari, sikap rajin saya yang (juga) dipuji banyak orang, sikap ke-pemimpin-an saya yang banyak dikagumi rekan bahkan diakui orang-orang yang tidak melulu sejalan dengan saya. Tapi jarang  (di katakan tidak,, ini khan masalah persepsi,,hmm) saya merasakan kebanggaan ibu atas 'kebisaanku' didepan orang lain. Beda dengan kebanggaanya atas si kakak yang selalu dia bilang kesemua orang, "anak baik dan penurut",  “anak yang tidak pernah menyusahkan” padahal kehidupan Rumah Tangganya yang "ada sesuatu" membuat kami semua bersusah hati, “anak paling ramah, paling dikenal dan penuh keceriaan”… bahkan kerajinan saya pun rasanya tidak pernah cukup ‘rajin’ dimata ibu, teman-teman saya yang 'bermutu' pun rasanya tidak pernah cukup dihadapan ibu, “gimana mau punya teman kalau adatnya sebusuk hatinya” saya masih SMP kelas 3 atau SMA kelas 1 waktu  ibu dan bapak menyindir dengan kalimat itu karna mereka tidak juga melihat saya dikunjungi teman sekolah seperti si kakak yang teman-temannya terus berganti setiap hari –teman yang beberapa lama kemudian disebut bapak saya sebagai teman-teman yang menjerumuskan.

Bapak saya juga galak, tapi dalam banyak hal dia menujukan pada saya sisi lain dari segala kejudesanya. Entah hanya demi menenangkan saya atau sekedar basa-basi bapak masih sering mengakui kerajinan, kepintaran dan keberanian saya. Bahkan diakhir hayatnya, sayalah yang kemudian menjadi 'buddy' nya bapak. Tapi ibu saya, bahkan setelah saya sujud dikakinya pun  dan berlinang airmata disetiap tahun baru menyatakan permohonan maaf, she will always threat me the same, so fragile with my word, pokonya saya bukan  anak yang patut disandingkan sama sekali dengan sifat si kakak yang ‘selalu’ sempurna. Dan hebatnya lagi (buat saya sih sedihnya..) setelah punya 3 orang anakpun, saya masih sering 'merasa' diperlalukan seperti ‘anak yang tidak diinginkan’..

Saya tidak akan bilang ibu saya ‘tidak menyanyangi saya”..oh come on, saya punya 3 orang anak dengan 3 karakter yang berbeda. Saya punya cinta dan sayang besar buat mereka semua, saya juga memperlakukan mereka dengan cara yang berbeda, tapi saya tau.. I want them with all my heart.. hanya saja ibu saya sepertinya sudah sampai pada  titik kulminasi, titik dia lupa kalau dalam banyak hal saya –selalu– 'berusaha' membantunya, dia hanya selalu ingat ‘aku tidak pernah bisa mengamini 100% pemikiranya, dan dia membenci saya untuk itu’
 
Sering saya bermimpi buruk karena semuanya, mimpi yang sudah puluhan tahun saya alami. Mimpi dimana saya "ditolak" oleh ibu saya, mimpi yang bisa membuat saya terbangun ditengah tidur dan menangis jika mengingatnya. Yes, IBU SAYA PASTI MENCINTAI SAYA SEPENUH HATI, tapi perasaan terbuang ini masih sering membuat hari saya terasa sendu. Satu hal yang saya pinta hari ini “please say you want me mom..”

17 Nov 2011

Thank You For Loving Me


Jane-ku  masih bayi waktu lagu ini mengiringi kemarahku dan berakhir dipelukan suamiku, rumahku dan rumah mamaku sebenarnya tidak perlu dibilang jauh. Tapi karena letak perkampungan semi kumuh kami ada dibelakang komplek, maka cara mencapai kerumah sering menjadi moment yang menjengkelkan, apalagi membawa bayi lincah seperti Jane beserta alat ‘perang bayi’ yang satu ransel itu jelas bisa membuat kesal. Waktu itu aku masih ibu rumah tangga full, kalau sedang senggang dengan pekerjaan rumah tangga aku sering bertandang kerumah mama -tidak jarang juga memang mama/bapak yang menyuruh datang untuk melihat bayi Jane-. 
 
Saat berangkat memang tak terlalu pusing karena sampai naik angkot didepan sana akan ada suamiku yang akan mengantar kami. Sekitar jam 5an sore aku akan pulang. Biasanya pula selalu ada salah satu adik atau kakakku yang akan mengantar –setidaknya- sampai depan komplek sana lagi. 

Tapi hari itu mendadak sore hari semua punya acara, satu-satunya adikku yang setia –kalau yang lain memang optional sekali- harus kembali ke mess-nya dengan kereta jam 6 sore. Jadilah saat pulang sore itu sungguh menyebalkan buat aku (naik bajaj waktu itu masih terlalu mahal buat aku, hehehe), yang menambah kesal lagi mamaku bukanya perduli malah memarahi balik aku yang menurutnya berlebihan, tidak semua orang harus jadi repot dan tertunda acaranya ‘hanya karena’  mengantar aku kesana.

Sempurnalah hariku sore itu, setelah berlelah dirumah mama dengan segala pekerjaan rumah tangga dan berharap bisa kumpul dengan saudara-saudara malah cuma berasa seperti pembantu yang disuruh pulang setelah pekerjaan selesai. Sepanjang jalan aku menangis, rasanya hati sakit, seperti in the middle of now where… kesedihan terasa semakin membiru melihat wajah Jane bayi yang begitu innocent dalam pelukanku, seperti mengerti perasaanku petang itu dia hanya tertidur manis didadaku.

Thank you for loving me,,, 
For being my eyes, 
When I couldn't see,,, 
 For parting my lips, 
When I couldn't breathe
Thank you for loving me

Didepan pintu kontrakan kami yang berukuran 3x4 sayup kudengar reffrein lagu itu berulang-ulang. Suamiku menyambut dengan senyumannya yang hangat.. kemudian tumpahlah semua kekesalanku beberapa jam yang lalu dipeluk-nya dan lagu ini  seperti menghantar aku dalam drama emosiku. Suamiku ku payah dalam  bahasa Inggris, sedang aku bersedih dia sempat menanyakan “lagu ini artinya apa sih dek, aku dari tadi dengerin kayanya bagus”.. sebagai pencinta Bon Jovi aku cepat menanggapinya, dan segera melupakan kekesalanku tadi. Kemudian dan sampai hari ini aku sadar lagu ini adalah suara hatiku untuk nya.

Terimakasih telah mencintaiku
Telah menjadi mataku, ketika aku tidak bisa melihat
Menjadi bagian dari bibirku, ketika aku tidak bisa bernafas
Terimakasih telah mencintaiku

Setiap kali mendengar lagu ini kami akan teringat moment itu, walau suami akan lupa ‘cerita awalnya’ (he just a man of ordinary… hmmm) tapi kami sama-sama menyadari ada nafas cinta kami dalam lagu ini..thank you for loving me dear..


THANKYOU FOR LOVING ME
It's hard for me to say the things
I want to say sometimes
There's no one here but you and me
And that broken old street light

Lock the doors
We'll leave the world outside
All I've got to give to you
Are these five words when I

Thank you for loving me
For being my eyes
When I couldn't see
For parting my lips
When I couldn't breathe
Thank you for loving me
Thank you for loving me

I never knew I had a dream
Until that dream was you
When I look into your eyes
The sky's a different blue
Cross my heart
I wear no disguise
If I tried, you'd make believe
That you believed my lies

You pick me up when I fall down
You ring the bell before they count me out
If I was drowning you would part the sea
And risk your own life to rescue me



16 Nov 2011

Jika Aku Menjadi

Jika aku menjadi (ini memang mencontek judul sebuah program di televisi, hehehe…)
Jika aku menjadi apapun, setelah apa yang sudah pernah aku alami, aku selalu berjanji pada diriku sendiri, dan kiranya Tuhan selalu mengingatkan aku jika ada hal yang aku lupakan dari janji ini.

   => Aku akan mengunjungi temanku yang sakit, sekalipun perasaanku  masih dipenuhi oleh kemarahan dan luka karena hinaanya. Karena aku tau sakit bukan pilihanya, sakit bukan pula karma yang harus dia terima karena dosa-dosanya.  Sakit bisa datang pada siapa saja dan –nampaknya- waktunya memang tidak pernah tepat, jadi mungkin juga akan  menghampiriku dan aku tidak bermimpi jika ada orang yang berbahagia diatas penderitaanku.

     => Aku dengan senang hati akan mengunjungi temanku yang baru saja melahirkan, sekalipun dia tidak membuat undangan, sekalipun dia tidak merasa perlu dikunjungi tapi aku akan tetap –berniat- datang karena aku tau ada manusia kecil yang tak berdosa yang perlu disambut kedatangannya dan ini adalah sukacita yang indah.

=> Aku akan mendahulukan mengunjungi teman yang sakit sekalipun agamanya berbeda dengan aku dari pada teman seimanku yang rumahnya lebih jauh lagi. Kenapa? Karena kasih yang nyata adalah mendahulukan orang yang terdekat daripada orang yang jauh.

=> Sekalipun aku tidak mampu membelikan seorang teman hadiah yang pantas apalagi mahal, minimal aku ikut bersukacita atas setiap perayaanya. Sepenggal ucapan selamat melalui sms dan email akan aku pastikan datang dari hati,  bahkan sekalipun egoku sedang bermain.

    => Tidak lupa meng-sms/bbm atau email teman jika ada hal yang berkenaan dengan ‘undangan’ dan pastikan sekali lagi “aku tidak lupa menulis nama teman ditempat yang sepantasnya” bukan hanya dalam hati… bukankah teman tidak semestinya melupakan nama teman baik??

     => Akan ada moment dimana aku terjebak diantara nilai pertemanan atau keuntungan pribadi, keuntungan yang bukan melulu mengenai nominal tapi bisa juga soal moral, dimana  aku seolah-olah terkondisikan menjadi lebih penting daripada yang lain, dimana ‘persepsi manusia yang terkotak’ sering –memaksa-  situasi menjadi tidak adil.  Aku tau aku bukan nabi dan keinginan daging pasti akan menarikku untuk lebih berfikir logika, yups.. it’s my time. Tapi yang mau aku lakukan kemudian adalah meyakinkan temanku bahwa aku mengasihi temanku sekalipun ada kotak tak terlihat antara kami, kotak yang sesungguhnya bukan kami yang membuatnya. Tapi jika kotak itu tidak kupindahkan, ini bisa menjadi benteng yang kuat dan kokoh yang lalu membiaskan arti pertemanan kami.

     => Point dari semuanya adalah, apapun jadinya aku, dan apapun aku telah ada sekarang aku selalu bangga dengan sudut pandangku akan manusia secara umum. Aku termasuk yang tidak suka membatasi manusia karena agama, suku, ras, status, fisik, gender dan komunitas dan kotak-kotak lainya buatan manusia. Walaupun secara manusia, termasuk kebanggaan besar jika bisa mengenal sosok, baik tokoh maupun kaum sosialita yang namanya kesohoran. Tapi buat aku, itu hanya bagian-bagian kecil dari keseluruhan ciptaan Tuhan yang pada hakekatnya adalah sama.

Jika aku menjadi miskin, semoga kemiskinan tidak membuat aku mengutuki Tuhan-ku.
Jika aku menjadi kaya, kiranya aku tetap mengingat dimana kakiku seharusnya berpijak dan kemana mataku tetap memandang.
Jika aku menjadi ‘yang terlupakan’ oleh orang-orang yang tidak pernah aku bayangkan, semoga aku tidak membalas melupakan karena aku tau sakitnya.
Jika aku menjadi yang dikasihi oleh siapapun, kiranya aku membalas dengan lebih lagi mengasihi lagi.
Jika aku menjadi lebih kuat, kiranya aku akan selalu ingat untuk membaginya.
Jika aku sedang lemah, semoga ada lengan yang membantuku untuk bangun.
Jika aku menjadi,,,
Jika aku menjadi apapun,,,


14 Nov 2011

My Favourite Artist,,,

Begitu banyak aktor dan artis keren made in Hollywood, tapi kalau ditanya siapa yang paling aku idolakan  biasanya untuk sesaat aku  malah akan bingung sendiri. Karena setelah  aku review biasanya aku akan  geleng gak paham sendiri kenapa juga aku suka sama bintang-bintang kenamaan itu.. Aku suka Collin Farel yang ganteng, Al-pacino yang aktingnya gila abis tapi kemudian aku  bingung film dia yang aku sukai banget yang mana ya..  hehe, doi termasuk artis yang kelewat famous buat aku, Dustin Hoffman, Charlie Sheen juga… Silverter Stalone aku suka, tapi film-film nya engga segitu kliknya dihati, walaupun aku sudah puluhan kali menonton Ramboo dan aneka film futuristik si gaek keren ini tapi buat aku cuma “okelah, you are stars”..

Aku cinta juga sama Arnold Swarhtzeneger, tapi aku sama sekali gak suka film Terminator, Comando dan semua film-film kepahlawannya yang nakutin walaupun aku suka juga film-film drama bapak Gubernur ini, tetapi aku lebih mengidolakanya sebagai Pribadi yang baik,, artis Hollywood cuuyy, istri Cuma 1 dan anak 4, hidup dalam  aturan yang konservatif (kata media siy gitu, aku pernah liat di Oprah dan kata sang istri Ms. Maria,  suaminya emang lumayan cerewet soal kebiasaan-kebiasaan kecil…ih kereeen) so I love Mr. Arnie karena dia –sepertinya—Pribadi yang baik dan jauh dari kesombongan, ya walaupun isu terakhir ini terdengar tidak baik –he’s just human- lagipula dia mengakui dan  minta maaf baik sama keluarga juga media, artinya dia sadar dunk kalau dia itu emang MiRa –Milik Rame-rame- hehehe…Loves his style a lot.

Sama dengan Mel Gibson walau kisah terbarunya lumayan mengesalkan, aku suka kebapakannya di The Patriot, kerennya di Lethal Weapon atau kesungguhanya membuat Film Passion of the Christ, tapi aku paling suka gayanya menjadi ayah tunggal buat 6 orang anak yang gagah dan pemberani di The Patriot.. hiks hiks

Matt Damon, si nomor 2 di film Batman. I love him now, so much.. aduh  lihat gak siy film Bourne sekuel, semuanya keren, terlihat masuk akal, sangat mendebarkan,   penasaran dan yang aku sukai dari seorang  artis Hollywood sekeren dia adalah..I don’t think he’s that handsome, he just so kind father and husband.. (tulis infotainment siy gitu..hihihi) Jason Statham, mantan atlit renang olimpiade dunia yang jadi Tranpotter, lalu ada my beloved one Samuel L Jackson… fuihhh, sumpah aku ngefans abis sama si hitam satu ini, suka juga dengan Morgan Freeman tapi menurut aku Samuel lebih ngetop, baik film-filnya, wajahnya juga lebih nyebelin.. ada yang setuju?? Hahaha

Salah satu film SLJ yang menoreh hatiku, --ceilee..-- dan aku secara Pribadi menganjurkan semua orang yang merasa pimpinan, atasan, bos, manajer apapun yang punya staff buat di atur, tengoklah film Rule Of  Engagement, satu kali aku pernah menjebak bos ku yang tidak mau bertanggung dan malah melempar balik kesalahan anakbuahnya yang jelas-jelas dia dan kami semua punya buktinya dengan kalimat ini “pak lihat film Rule Of Engagement dech”..hehehe.
Pernah lihat film-film tentang binatang kah?? Buat aku semuanya monoton dan kekanakan.. tapi di film Jaws II-Deep Blue Sea dimana SLJ menjadi salah satu dokter yang ditelan hiu bulat-bulat, semua menakutkan dan menegangkan..aku tidak merasa dibodohi.. hehehe #tendensi??#




Yang terbaru aku tonton adalah Unthinkable, adegan yang paling aku suka saat Mr. D (diperankan SLJ) kesal dan berbalik dengan tiba-tiba sambil mengorok leher Jehan.. Ought..

Passion of The Christ, film dengan tehnik yang luar biasa keren buat aku. Terlepas soal ini adalah kisah seorang Jesus, aku tersedu-sedu dengan penyampaian dan motionnya yang catchy. Tumpahan bilur-bilur darah Jesus waktu di cambuk besi berduri, ketika mahkota duri dipaksa masuk kepala atau gagahNya waktu bercanda dengan sang bunda.. waw waw dan waw,,keren!!!

Gothic juga film bagus,  Curse of  Sun Flower dimainkan oleh Cou Yun Fat, aku juga penggemar si Aman Chow ini sejak kemunculanya di Master Of Gambler yang suka coklat, The Big Hit satu lagi film bagus dan nge’gemesin dimainkan oleh Dhani Walberg, love him also,  hampir semua acting film Dhani selalu dia orang baik yang naif dan aku lebih suka film ini ketimbang Titanic yang di launch disaat yang bersamaan, Double Jeopardy oleh Ashley Judd, Con Air nya Nicolas Cage.. awesome dad..hmmm, kalau ku runut-runut hampir semua film yang aku suka bukan kelas-kelas box office..hahaha, okelah some box office juga tapi bukan yang digelar dispanduk 21..????

Masih ada beberapa film yang aku  masih rindu melihatnya lagi, 2000 Malibu Road, sebuah mini seri tahun 90an. Dymasti, Return to Eden, Till we meet again dibintangi Hugh Grant, The Killing Field, Tour of Duty, mini serinya Alfred Hitckock, mini serinya Twilight Zone … OMG, film-film yang banyak orang bakal melongo kalu membacanya kembali..
is that film or what??? Hahahaha... But that's all my taste.. not all yet!!! What about you??