2 Nov 2011

I can hear you...

I can hear you... gelegar suara Mr. Hook  di film Sponge Bob the square pants. Aku sangat suka mendengungkanya baik untuk lucu-lucuan ataupun keisengan belaka. I can hear you artinya (menurut aku) Mr. Hook bisa mendengar segala kejadian yang terjadi dibawah laut, dimana Sponge Bob dan kawan-kawan tinggal.

Mendadak kalimat itu menjadi lagu kecil ditelingaku.. I can hear you, aku bisa mendengar, aku bisa mendengar… seharusnya kalimat itu begitu mudah dicerna, mudah diucapkan dan mudah didengar tapi hari ini aku belajar. I can hear you, -tenyata- tidak melulu dimiliki oleh banyak orang. Ada orang-orang yang kehilangan fungsi pendengaranya. Walau terlihat tidak terlalu menyakitkan. Jujur hal ini sedikit melukai hatiku waktu dokter memvonis Grace tuli.

Ya..ya..ya bukan penyakit memalukan yang harus ditakuti. Pun seandainya penyakit memalukan dan menakutkan, aku tetap tidak punya alasan untuk menjauhi putri kecilku.

Okey, kecurigaan kami selama ini terjawab sudah. Bukan lagi saatnya larut dan bersedih. Pun tidak perlu merunut asal muasalnya, karena sesungguhnya kami  sudah –sempat- praduga-kan semuanya. Sekarang Kami hanya menanti sebuat kepastian dari seorang ahli yang berkompeten.

Diawali dengan pekenalan ku dengan Komnas KPGPK di internet dan tindak lanjut yang cepat dari pihak sana. Dan merujuk aku pada seorang dokter ahli THT di RSCM. Tidak sampai seminggu sejak dirujuk, aku membawa Grace ke RSCM. Setengah hari kemudian hasil ditentukan. 

Range pendengaran Grace lemah, jika manusia pada batas normal bisa mendengar dikisaran 20db maka putriku hanya bisa mendengar di kisaran 100db. Malah telinga kanannya dikisaran 110db (menurut dokter, itu adalah kisaran suara pesawat terbang).. jelas tidak normal dan butuh bantuan.

Cukuplan bicara soal kedokteran, akan butuh biaya dan perawatan serta tindak lanjut.. itu pasti. Tapi ada kesiapan mental yang luar biasa yang aku rasakan sejak mencurigai ada masalah dengan pendengaran Grace. Entah apa para ahli akan mengartikan ini, tapi aku sendiri merasakanya sebagai kesiapan mental dan kepribadian. Aku tidak merasa tuna rungu sebagai sebuah penyakit yang memalukan, aib apalagi kutuk.. 

Cukuplah berkat melimpah yang Tuhan sudah berikan padaku, ini seolah menjadi asahan bagi kemampuan emosionalku, bagaimana bersekutu dengan kelambanan –yang sesungguhnya sudah kami rasakan, tapi belum mengerti- disisi keaktifan seorang bayi Grace.

Kesukaanku berbicara juga seolah membuat sesuatunya menjadi lebih mudah. Menceritakan kondisi Grace semudah aku membahas lagu yang sedang booming. Atau isu yang sedang in sekarang ini, atau bahkan model sepatu yang sedang aku impikan. Demikian juga merancangkan  batas kemapuan kami akan alat bantu yang paling bagus buat Grace sepertinya bukan mimpi kosong. 

Aku percaya dengan mukjijat, aku percaya keajaiban tapi atas segalanya aku percaya Tuhan punya rencana. Dan kesukaanku bercerita, mengoceh, menulis seolah membuat segala sesuatunya kunikmati sebagai episode-episode kecil yang akan kutoreh dibagian kecil tulisanku, dibagian lain kisahku, dibagian lain sisi hidupku.

Tapi dengan gagah kuangat dadaku dan mengatakan, anakku tuna rungu dan aku diberkati. I can hear all the wishper...

1 komentar:

  1. Mawar....komen yaa....bacanya pengen nangis gue....peluk cium buat Grace dan you are very toughest Mom ever and you daughter so blessed to have you as her mother.

    BalasHapus