Ada beberapa kalimat yang membuat
saya menyunggingkan bibir sinis ketika mendengarnya, memang kebanyakan terucap
pada saat yang –biasanya- sangat terdesak atau posisi yang tidak menyenangkan
tapi kalau kalimat ini kembali direnungi, maka pengertianya akan menjadi ambigu.
Misalnya ketika hal buruk terjadi pada seorang anak, ada orang tua ataupun masyarakat akan mengucapkan “dia adalah anak satu-satunya”, hah.. lalu apakah jika dia memiliki 5 orang anak maka salah satunya “layak” terluka, ada lagi kalimat “mana anaknya baik, sopan, pintar kenapa dia ya yang mengalami musibah?”, kalimat seperti ini seperti menciptakan kesan bahwa anak-anak yang kurang baik ‘lebih pantas’ mengalai suatu hal buruk.
Pemikiran saya ini semakin kuat ketika menyakiskan acara Oprah Show, dimana Marry Osmond –penyanyi yang sudah memiliki panggungnya sendiri sejak usia sangat belia- dimana seorang anaknya meninggal dunia, dan dia memiliki 5 orang anak lagi. Saya terharu biru dengan kalimanya “ya aku tau, aku masih punya 5 anak lagi tapi anakku Michael tak akan tergantikan. Itu bukan alasan aku bisa dengan mudah melupakanya” yess, this is what I mean. Setiap anak seharusnya memiliki pos-pos tersendiri dihati orang tuanya, terlepas soal kelebihan dan kekuranganya.
Misalnya ketika hal buruk terjadi pada seorang anak, ada orang tua ataupun masyarakat akan mengucapkan “dia adalah anak satu-satunya”, hah.. lalu apakah jika dia memiliki 5 orang anak maka salah satunya “layak” terluka, ada lagi kalimat “mana anaknya baik, sopan, pintar kenapa dia ya yang mengalami musibah?”, kalimat seperti ini seperti menciptakan kesan bahwa anak-anak yang kurang baik ‘lebih pantas’ mengalai suatu hal buruk.
Pemikiran saya ini semakin kuat ketika menyakiskan acara Oprah Show, dimana Marry Osmond –penyanyi yang sudah memiliki panggungnya sendiri sejak usia sangat belia- dimana seorang anaknya meninggal dunia, dan dia memiliki 5 orang anak lagi. Saya terharu biru dengan kalimanya “ya aku tau, aku masih punya 5 anak lagi tapi anakku Michael tak akan tergantikan. Itu bukan alasan aku bisa dengan mudah melupakanya” yess, this is what I mean. Setiap anak seharusnya memiliki pos-pos tersendiri dihati orang tuanya, terlepas soal kelebihan dan kekuranganya.
M. Amanatullah, seorang pemuda
tanpa tangan dan kaki yang juga tidak sempurna (pertama saya melihat di acara
Kick Andy), saya sangat dikuatkan oleh kalimat si ibu yang selalu menjawab sama
ketika diwawancarai “apa tidak malu
dengan kondisi Aam?” -nama kecil M. Amanatullah-. “Ya tidaklah, wong sejak kecil sudah dikeluarkan, dan dibiasakan
berteman, tidak ada yang ditutup-tutupi jadi biasa aja”..yes mum, inilah
yang sebaiknya dilakukan para orangtua ketika menyadari ada kekurangan pada
buah hatinya. Biarkan dunia menerima dia apanya, biar alam menyeleksi siapa
yang memandangnya sebagai subject siapa yang menilainya hanya sebagai object,
dan biarkan anak dengan ‘nalurinya’ belajar hidup sebagaimana mestinya.

Yuhuuuu, ini yang mulai saya rasakan dengan status FB, walau tidak setuju dengan FB yang statusnya hanya berisi caci-maki, keluh-kesah, dan unjuk posisi. Tapi kenyataannya itu yang saya alami. kalau saya lebih suka memakai kalimat-kalimat parable, tapi intinya saya suka juga menuliskan kekesalan saya di FB. Demikian juga kebahagiaan saya, temuan baru saya, apa yang menginspirasi dan menguatkan saya.. tapi belakangan saya menyadari kalau saya juga mulai merasa munafik dengan status saya. Banyak berpesan yang kadang-kadang saya sendiri tidak yakin dengan maksud dan tujuanya hanya demi ngeksist –apalagi sejak pakai smartphone- maunya gatal aja jempol ini untuk terus mengetik, bahkan yang tidak penting sekalipun. So no meaning,,,
Masih banyak lagi hal-hal yang
menginspirasi dan mematri sudut pandang saya akan kehidupan yang keras dan
keseharian yang sederhana ini dengan pola yang –mungkin- jauh bebeda dari
kebanyakan wanita seusia saya. Apalagi dengan status saya bekerja, yang artinya –menurut
saya- gaya hidup, tren, merk, image dan juga kebiasaan yang umum (didunia bekerja) adalah budaya yang
harus saya ikuti. Tapi pembelajaran hidup, pengalaman ekstra ordinary,
kekurangan fisik maupun kehidupan orang lain yang dibarengi dengan kegagahannya
dalam menjalani hidup, berkat yang saya miliki dan kekurangan-kekurangan yang
masih saja saya alami baik secara moral dan material semuanya seolah berpadu dan
memberikan warna tersendiri dalam saya menyikapi hidup dan kondisi. Sudut
pandang yang –mungkin- banyak orang akan setuju, tapi tidak mudah untuk hidup
didalamnya –bahkan bagi saya sendiri-. But somehow ..Thank
God, for put that mind on me.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar