Kata ibu saya, sejak kecil saya sudah terkenal
judes, dengan jarak yang hanya 1 tahun dan tepat 10 hari dengan umur si kakak,
saya biasa mendominasi semua hal. Katanya pula, badanya saya sejak orok memang
sudah lebih besar dari si kakak, jadi saya biasa mengalahkan si kakak dalam
memperebutkan perangkat bayi,seperti selimut dan botol susu. Saya sepertinya
tidak cukup ingat semuanya tapi kalau soal saya mendominasi ya ya ya
sampai hari inipun saya selalu –merasa– hanya saya yang bisa –atau karna mau
kah??– menggerakan orang-orang serumah
untuk membuat acara-acara formil. Saya tidak tau apakah kemudian ‘kepemimpinan’
saya ini diidentikan dengan sok ngatur bin dominator??..Only
God Knows, karena selama ini yang saya tau, kebanyakan yang saya maksudkan
adalah untuk urusan "bersama".
Karena berbadan lebih besar pula sejak kecil saya
sudah diberikan pekerjaan rumah tangga inti, seperti mencuci, memasak dan
menyetrika. Si kakak yang kecil tapi gesit biasanya pekerjaan ringan tapi
membosankan, seperti memompa air dan mencuci piring, Kami sudah diajarkan perkerjaan
RT diusia sekitar 10-tahunan (kelas 4 dan 5 SD, seingat saya sih). Walau paling
cerewet dan galak, saya juga selalu mendominasi pekerjaan RT, sambil terus
merepet (biasanya lebih karena iri, karna dari dulu saya merasa selalu kebagian pekerjaan yang terberat) saya tetap dikenal sebagai orang yang rajin dan rapih.
Sejak kecil saya sudah menunjukan sifat yang anti dengan basa-basi, terkesan anti social –walau
tidak samapai kapasitas destroyer– jadi
saya termasuk yang banyak disebut orang sebagai “anak tante yang paling judes”
beda 180° dengan si kakak yang ramah dan penuh kehangatan.
Bertahun-tahun kemudia saya sadar dan semakin sadar,
saya memang beda. Karna sampai hari ini saya –masih– merasa diperlakukan beda
oleh ibu saya. Apakah karena saya yang tidak 'selalu' bisa membuat ibu saya nyaman?
karena saya tidak bisa seperti si kakak
yang hanya akan diam seribu bahasa jika ibu sedang marah-marah, atau si no. 3
yang jauh lebih manis lagi sikapnya, dia bahkan tidak mau tau, cuek bebek, masuk
kamar dan segera lupa, karena semenit kemudian akan keluar kamar dan bersikap seperti tidak
pernah terjadi apa-apa.. (what you call
it??) sikap pembangkangku agak mirip dengan si no. 4, rajin kami pun sama -tidak
heran dimasa kecil sampai remaja dia merupakan salah satu musuh bebuyutanku
yang seimbang-, ataukah karena saya tidak bisa bergaul seperti si kakak??
Seperti uap semua nilai positip yang saya miliki,
'hanya' karena saya “tidak bisa diam” dalam setiap argument, seakan tak ada nilai
baik saya dimata ibu.. hiks hiks
Entahlah, bagaimanapun saya selalu bangga dengan keperdulian saya
terhadap semua orang terlebih saudari-saudari, sikap rajin saya yang (juga) dipuji
banyak orang, sikap ke-pemimpin-an saya yang banyak dikagumi rekan bahkan diakui orang-orang
yang tidak melulu sejalan dengan saya. Tapi jarang (di katakan tidak,, ini khan masalah persepsi,,hmm) saya merasakan kebanggaan
ibu atas 'kebisaanku' didepan orang lain. Beda dengan kebanggaanya atas si kakak yang
selalu dia bilang kesemua orang, "anak baik dan penurut", “anak yang tidak pernah
menyusahkan” padahal kehidupan Rumah Tangganya yang "ada sesuatu" membuat kami
semua bersusah hati, “anak paling ramah,
paling dikenal dan penuh keceriaan”… bahkan kerajinan saya pun rasanya tidak pernah
cukup ‘rajin’ dimata ibu, teman-teman saya yang 'bermutu' pun rasanya tidak pernah
cukup dihadapan ibu, “gimana mau punya
teman kalau adatnya sebusuk hatinya” saya masih SMP kelas 3 atau SMA kelas 1
waktu ibu dan bapak menyindir dengan
kalimat itu karna mereka tidak juga melihat saya dikunjungi teman sekolah seperti si kakak yang teman-temannya terus berganti setiap hari –teman yang
beberapa lama kemudian disebut bapak saya sebagai teman-teman yang
menjerumuskan–.
Bapak saya juga galak, tapi dalam banyak hal dia
menujukan pada saya sisi lain dari segala kejudesanya. Entah hanya demi menenangkan
saya atau sekedar basa-basi bapak masih sering mengakui kerajinan,
kepintaran dan keberanian saya. Bahkan diakhir hayatnya, sayalah yang kemudian menjadi 'buddy' nya bapak. Tapi ibu saya, bahkan setelah saya sujud dikakinya
pun dan berlinang airmata disetiap tahun
baru menyatakan permohonan maaf, she will
always threat me the same, so fragile with my word, pokonya saya bukan anak yang patut disandingkan sama sekali dengan
sifat si kakak yang ‘selalu’ sempurna. Dan hebatnya lagi (buat saya sih
sedihnya..) setelah punya 3 orang anakpun, saya masih sering 'merasa' diperlalukan
seperti ‘anak yang tidak diinginkan’..
Saya tidak akan bilang ibu saya ‘tidak menyanyangi
saya”..oh come on, saya punya 3 orang
anak dengan 3 karakter yang berbeda. Saya punya cinta dan sayang besar buat
mereka semua, saya juga memperlakukan mereka dengan cara yang berbeda, tapi
saya tau.. I want them with all my heart..
hanya saja ibu saya sepertinya sudah sampai pada titik kulminasi, titik dia lupa kalau
dalam banyak hal saya –selalu– 'berusaha' membantunya, dia hanya selalu ingat ‘aku tidak pernah bisa mengamini 100%
pemikiranya, dan dia membenci saya untuk itu’…
Sering saya bermimpi buruk karena semuanya, mimpi
yang sudah puluhan tahun saya alami. Mimpi dimana saya "ditolak"
oleh ibu saya, mimpi yang bisa membuat saya terbangun ditengah tidur dan menangis
jika mengingatnya. Yes, IBU SAYA PASTI MENCINTAI SAYA SEPENUH HATI, tapi
perasaan terbuang ini masih sering membuat hari saya terasa sendu. Satu hal
yang saya pinta hari ini “please say you
want me mom..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar