21 Nov 2011

Hi Mom..


Kata ibu saya, sejak kecil saya sudah terkenal judes, dengan jarak yang hanya 1 tahun dan tepat 10 hari dengan umur si kakak, saya biasa mendominasi semua hal. Katanya pula, badanya saya sejak orok memang sudah lebih besar dari si kakak, jadi saya biasa mengalahkan si kakak dalam memperebutkan perangkat bayi,seperti selimut dan botol susu. Saya sepertinya tidak cukup ingat semuanya tapi kalau soal saya mendominasi ya ya ya sampai hari inipun saya selalu –merasa hanya saya yang bisa –atau karna mau kah??  menggerakan orang-orang serumah untuk membuat acara-acara formil. Saya tidak tau apakah kemudian ‘kepemimpinan’ saya ini diidentikan dengan sok ngatur bin dominator??..Only God Knows, karena selama ini yang saya tau, kebanyakan yang saya maksudkan adalah untuk urusan "bersama".

Karena berbadan lebih besar pula sejak kecil saya sudah diberikan pekerjaan rumah tangga inti, seperti mencuci, memasak dan menyetrika. Si kakak yang kecil tapi gesit biasanya pekerjaan ringan tapi membosankan, seperti memompa air dan mencuci piring, Kami sudah diajarkan perkerjaan RT diusia sekitar 10-tahunan (kelas 4 dan 5 SD, seingat saya sih). Walau paling cerewet dan galak, saya juga selalu mendominasi  pekerjaan RT, sambil terus merepet (biasanya lebih karena iri, karna dari dulu saya merasa selalu kebagian pekerjaan yang terberat) saya tetap dikenal sebagai orang yang rajin dan rapih.
Sejak kecil saya sudah menunjukan  sifat yang anti  dengan basa-basi, terkesan anti social –walau tidak samapai kapasitas destroyer jadi saya termasuk yang banyak disebut orang sebagai “anak tante yang paling judes” beda 180° dengan si kakak yang ramah dan penuh kehangatan.

Bertahun-tahun kemudia saya sadar dan semakin sadar, saya memang beda. Karna sampai hari ini saya –masih merasa diperlakukan beda oleh ibu saya. Apakah karena saya yang tidak 'selalu' bisa membuat ibu saya nyaman?  karena saya tidak bisa seperti si kakak yang hanya akan diam seribu bahasa jika ibu sedang marah-marah, atau si no. 3 yang jauh lebih manis lagi sikapnya, dia bahkan tidak mau tau, cuek bebek, masuk kamar dan segera lupa, karena semenit kemudian akan keluar kamar dan bersikap seperti tidak pernah terjadi apa-apa.. (what you call it??) sikap pembangkangku agak mirip dengan si no. 4, rajin kami pun sama -tidak heran dimasa kecil sampai remaja dia merupakan salah satu musuh bebuyutanku yang seimbang-, ataukah karena saya tidak bisa bergaul seperti si kakak??
Seperti uap semua nilai positip yang saya miliki, 'hanya' karena saya “tidak bisa diam” dalam setiap argument, seakan tak ada nilai baik saya dimata ibu.. hiks hiks
  
Entahlah, bagaimanapun saya selalu bangga dengan keperdulian saya terhadap semua orang terlebih saudari-saudari, sikap rajin saya yang (juga) dipuji banyak orang, sikap ke-pemimpin-an saya yang banyak dikagumi rekan bahkan diakui orang-orang yang tidak melulu sejalan dengan saya. Tapi jarang  (di katakan tidak,, ini khan masalah persepsi,,hmm) saya merasakan kebanggaan ibu atas 'kebisaanku' didepan orang lain. Beda dengan kebanggaanya atas si kakak yang selalu dia bilang kesemua orang, "anak baik dan penurut",  “anak yang tidak pernah menyusahkan” padahal kehidupan Rumah Tangganya yang "ada sesuatu" membuat kami semua bersusah hati, “anak paling ramah, paling dikenal dan penuh keceriaan”… bahkan kerajinan saya pun rasanya tidak pernah cukup ‘rajin’ dimata ibu, teman-teman saya yang 'bermutu' pun rasanya tidak pernah cukup dihadapan ibu, “gimana mau punya teman kalau adatnya sebusuk hatinya” saya masih SMP kelas 3 atau SMA kelas 1 waktu  ibu dan bapak menyindir dengan kalimat itu karna mereka tidak juga melihat saya dikunjungi teman sekolah seperti si kakak yang teman-temannya terus berganti setiap hari –teman yang beberapa lama kemudian disebut bapak saya sebagai teman-teman yang menjerumuskan.

Bapak saya juga galak, tapi dalam banyak hal dia menujukan pada saya sisi lain dari segala kejudesanya. Entah hanya demi menenangkan saya atau sekedar basa-basi bapak masih sering mengakui kerajinan, kepintaran dan keberanian saya. Bahkan diakhir hayatnya, sayalah yang kemudian menjadi 'buddy' nya bapak. Tapi ibu saya, bahkan setelah saya sujud dikakinya pun  dan berlinang airmata disetiap tahun baru menyatakan permohonan maaf, she will always threat me the same, so fragile with my word, pokonya saya bukan  anak yang patut disandingkan sama sekali dengan sifat si kakak yang ‘selalu’ sempurna. Dan hebatnya lagi (buat saya sih sedihnya..) setelah punya 3 orang anakpun, saya masih sering 'merasa' diperlalukan seperti ‘anak yang tidak diinginkan’..

Saya tidak akan bilang ibu saya ‘tidak menyanyangi saya”..oh come on, saya punya 3 orang anak dengan 3 karakter yang berbeda. Saya punya cinta dan sayang besar buat mereka semua, saya juga memperlakukan mereka dengan cara yang berbeda, tapi saya tau.. I want them with all my heart.. hanya saja ibu saya sepertinya sudah sampai pada  titik kulminasi, titik dia lupa kalau dalam banyak hal saya –selalu– 'berusaha' membantunya, dia hanya selalu ingat ‘aku tidak pernah bisa mengamini 100% pemikiranya, dan dia membenci saya untuk itu’
 
Sering saya bermimpi buruk karena semuanya, mimpi yang sudah puluhan tahun saya alami. Mimpi dimana saya "ditolak" oleh ibu saya, mimpi yang bisa membuat saya terbangun ditengah tidur dan menangis jika mengingatnya. Yes, IBU SAYA PASTI MENCINTAI SAYA SEPENUH HATI, tapi perasaan terbuang ini masih sering membuat hari saya terasa sendu. Satu hal yang saya pinta hari ini “please say you want me mom..”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar