Menurut suamiku aku
suka terlalu
berlebihan dalam menilai suatu kondisi, dan ini meliputi hal baik
maupun hal buruk, pada banyak hal suami bilang aku naïf, cengeng dan tidak
waspada. Makanya biasa jadi seksi sibuk yang gak jelas, sering ketipu dan
sering makan hati sendiri, tapi menurutku suamiku tidak tepat sama sekali.
Kemarin, ada yang
bilang aku picik.. agak kaget dan
tersentak dengan kalimatnya –terlebih karena siapa pengucapnya- dan belakangan kalimat ini memang sering jadi
“makananan pokok-ku” dari-nya setiap kali berkomunikasi. Jujur aku akui kalau
aku bukan manusia emas yang menyukai ‘kediaman’ sebagai tameng aman. Tapi dia
adalah teman maka aku masih bisa terima,, dan menurutku we know each other.. chill.
Prisipku teman is priceless, seperti aku menghormati
teman aku percaya apa yang ditunjukan teman juga adalah penghormatan kepadaku.
Ketika selama bertahun-tahun aku menyimpan penghinaan ini dengan lapang adalah
karena Friend is priceless itu,
selalu akan ada sejuta maaf buat teman, aku suka menulis dan menggambar
kemarahan pada teman di pasir, #kata pepatah sih begitu# berfikir seperti aku
melupakan kesalahan orang lain, pun jika aku melakukan kesalah “ku mohon dimaafkan”…
Hari itu aku tersentak,
bagai masuk kedalam palung Marina (katanya adalah palung terdalam didunia,
dimana kekuatan airnya bisa sampai 2 ton, artinya bisa mencabik-cabik tubuh
mahluk hidup yang masuk kedalamnya)… ternyata sepenggal kalimat salah yang
kuucapkan –pun bukan tanpa alasan-
ternyata telah menjadi pedang bermata dua buatku, Kesalahanku adalah dosa besar,
tak termaafkan, butuh perenungan diri, pelajaran untuk diri,, wah wah.. walau
mencoba untuk santai dan tak perduli, aku terhempas dengan “nasihat” bijaksana
yang luar biasa itu… bukan masalah terima atau tidak terima,, okey aku akui
dalam banyak hal aku mungkin suka bercanda terlalu kasar atau
berlebihan tapi –seingat aku- aku cukup tau siapa lawan yang pantas
diperlakukan sedemikian, tidak ujug-ujug semua
orang akan kuperlakukan sama, demikian juga dengan teman, berdasarkan
pegalaman dan intensitas aku merasa berhak menentukan siapa kawan baikku, siapa
kawan dekatku dan siapa yang bisa aku percaya.. bukan karena mengkotak-kotak..tapi
hati bicara,, ternyata,, kemudian hal ini malah menjerat aku, dengan kuatnya.
(Teman ini sering 'menasihati" yang berkesan menghina, malah suamiku sempat takut padanya karena satukali kalimat diucapkan tepat pada suamiku). Bertahun-tahun rasa
penghinaan itu kutelan bulat-bulat, bertahun-tahun kusimpan semua kesal
dan marah atas nasehat orang yang selalu mengatas namakan “kebaikan” dalam
bentuk yang merendahkan dan menghina, dan kemudian senoktah yang kulakukan
beberapa waktu yang lalu telah membuatku jadi orang paling sinis dan nyinyir, dan ternyata semua orang telah merasakan
kecewa ini… dan hebatnya lagi semua sudah ‘sabar’ dengan ku. Demikian kalimat
motivasi yang kuterima hari itu..
Wah, langit dan bumi
bertempik sorai rasanya, siang itu makan ku tidak bisa tertelan sama sekali, aku
tidak menangis ataupun hati merana, walau menyadari –memang mungkin– ada
kesalahan yang aku buat (sekali lagi, bukanya tanpa alasan semuanya..)... yang
membuat aku luarbiasa tercengang adalah
NASIHAT ITU 100% BUAT AKU _tok_, tidak ada kalimat KITA didalamnya, TIDAK ADA
KESALAHAN PADANYA, semua salahku.. dan dituliskan oleh “teman” ini (yang membuat aku kaget) adalah semua atas nama
“ketegasan”!! dan AKU SERING SALAH !!!
Kali ini harus aku
akui suami ku benar, aku berlebihan menilai kebaikan kecilnya bertahun-tahun
yang lalu, padahal kemudian “ketegasanya” tidak jarang lebih menjatuhkan dan
mematahkan semangat. (Aku tidak mau
ikut-ikutan latah bilang, kalau ada orangl ain juga terganggu dengan sikapnya,, mungkin
dia benar: hanya aku yang salah)
Tapi kembali atas nama “pertemanan” aku
menomor sekiankan komentar suami dan nasehat teman selalu lebih benar. Dan hari ini aku
menerima kritik yang sangat destruktif dari orang yang terkanal “paling baik
dan bersahabat????” … *let’s nature describe
it,, hmmm,,fuihhh
Esoknya setelah
berjam-jam dalam ketercengang’an dengan “kata-kata mutiaranya” aku mengangkat
kepala dan membuka mata, aku sudah dewasa dan pantas menentukan kepantasan buatku,
aku berhak menetukan siapa yang pantas menjadi contoh dan model bagi
karakterku, aku berhak menyaring (walau
dalam banyak hal sudah agak telat)
kalimat-kalimat yang pantas menemaniku menjalani hari-hari, dan itu harus dari orang yang paham dengan apa yang
diucapkan. Orang yang kalimat dan sikapnya berjalan selaras, orang yang
jalur hidupnya pantas menjadi contoh. Memang hidup tak semudah itu, semua orang
boleh salah, minimal dia sadar seperti orang lain salah dipun mengakui
kesalahannya, bukan orang yang hanya
bisa menghakimi tanpa menyadari kekuranganya secuil-pun.
Aku harus mulai
menata hidup dengan kurangi “berbagi”
dengan teman, karena kemudian ini sering menjadi boomerang buatku, aku harus
berani berkata TIDAK pada ketegasan yang menghina keluargaku
–sekalipun datangnya dari seorang teman baik-. Dan aku harus menelaah ulang kalimat Friend is priceless, karna ada harga
hati yang sesungguhnya telah dibayar dalam perjalanan ini.
Buat Eks-teman baik: thanks for all you’ve done before,,
heheheheheheh, sobat ku ... mungkin ini akan menjadi sebuah perenungan bagi kita semua ...
BalasHapusTHE FORGIVENESS
1. Memaafkan tidak harus memberitahukan kepada yang berbuat salah.
2. Memaafkan bukan berarti melupakan persoalan yang pernah terjadi.
3. Memaafkan Untuk Kenyamanan Diri Sendiri.
4. Memaafkan bukan berarti membiarkan kembali masalah yang sama terjadi lagi.