Maybe
it will sound rough, but I think there’s nothing special with mother’s day. Ya terkesan
sinis tapi perasaan aku bilang tidak ada yang istimewa dengan ‘kebaikan’ seorang ibu. Orang boleh
bilang itu karena aku gak punya hubungan yang amat sangat baik dan dekat dengan
ibuku, okey lah aku gak perlu menyanggah itu.
But bagaimanapun, apapun dan kapanpun aku sayang sama mama-ku, begitu kami memanggil nya tanpa ada tekanan hurup H dipenghujung kalimat,, aku sayang sama ibuku, walau dalam banyak hal kami tidak selalu sepaham, akan selalu ku ingat nilai-nilai moral yang banyak beliau tanamkan kepada kami, nilai kejujuran adalah yang paling utama kemudian kesederhanaan, tolong menolong dan rendah hati. Itu semua adalah karakteristik “mama kami banget”.
But bagaimanapun, apapun dan kapanpun aku sayang sama mama-ku, begitu kami memanggil nya tanpa ada tekanan hurup H dipenghujung kalimat,, aku sayang sama ibuku, walau dalam banyak hal kami tidak selalu sepaham, akan selalu ku ingat nilai-nilai moral yang banyak beliau tanamkan kepada kami, nilai kejujuran adalah yang paling utama kemudian kesederhanaan, tolong menolong dan rendah hati. Itu semua adalah karakteristik “mama kami banget”.
Tapi kalau kemudian
kebaikan seorang ibu seolah disanjung-sanjung bagaikan suatu aliran air yang
tiada berkesudahan dan indah seumpama taman bunga surgawi I don’t think it’s quite fair,, lalu bagaimana perasaan bapak??.
Ketika seorang ibu mengandung 9 bulan –aku malah mengandung anak ketigaku
sampai 42 minggu, ini sama dengan 10 bulan lebih-, tidak perlu didramatisir
seolah-olah seorang ibu telah menciptakan manusia dari perutnya sendiri, semua
hanya karena anugrah Tuhan, Tuhan menciptakan manusia dan kemudian Tuhan
menciptakan manusia berkelamin perempuan untuk mengandungnya yang terjadinya
pun adalah setelah ada pertemuan antara sel laki-laki dan perempuan. It’s a collide, bukan hanya usaha
seorang ibu.
Ibu menyusui, yah tentu
karena memang Tuhan ciptakan demikian, bukan karena “hanya ibu” yang sangat
mencintai anak-anaknya… seandainya Tuhan berikan kasih karunia untuk laki-laki
menyusui, aku percaya mereka juga pasti akan menyusui anaknya.
Ibu menjaga anak sakit,,
ya bapak juga menjaga kok, Cuma karena memang perempuan Tuhan ciptakan dengan
hormon dan sensitifitas yang jauh lebih tinggi dari laki-laki, kita perempuan
lebih ‘banyak ketakutanya’. Maka terbukalah terus mata kita ditengah
keadaan-keadaan yang tidak membuat nyaman.
Merawat, mendidik dan
membesarkan.. apa benar hanya ibu yang melakukanya dalam hidup??
Aku ibu dari 3 anak
dengan karakter yang sama sekali berbeda. Aku tidak mencoba menanamkan bahwa
aku adalah “pahlawan bagi mereka” sekalipun aku perempuan bekerja yang bergaji
sedangkan suamiku hanya pekerja lepas harian.
Aku lebih berharap, kelak anak-anaku tumbuh dalam pengertian bahwa kedua orang tua harus dihormati dan disayangi dengan kapasitas yang seimbang.
Ayah adalah kepala keluarga tapi kehidupan dalam berumah tangga semuanya digerakkan oleh perempuan yaitu ibu, ayah dan ibu punya tanggung jawab yang sama dan berimbang dalam mengasuh dan membesarkan anak-anak. Tidak kurasakan aku sebagai tokoh sentral dalam pertumbuhan anak-anakku. Dan ini bukan karena alasan aku perempuan bekerja.
Aku lebih berharap, kelak anak-anaku tumbuh dalam pengertian bahwa kedua orang tua harus dihormati dan disayangi dengan kapasitas yang seimbang.
Ayah adalah kepala keluarga tapi kehidupan dalam berumah tangga semuanya digerakkan oleh perempuan yaitu ibu, ayah dan ibu punya tanggung jawab yang sama dan berimbang dalam mengasuh dan membesarkan anak-anak. Tidak kurasakan aku sebagai tokoh sentral dalam pertumbuhan anak-anakku. Dan ini bukan karena alasan aku perempuan bekerja.
Ibu adalah perempuan yang selalu
ingin menjadi teman bagi anaknya, yang selalu ingin menjaga, selalu ingin
melindungi dan selalu ingin ada disisi anaknya, dan ini hanyalah sebuat impartasi
alami sebuah perasaan, naluri alami seorang perempuan. Karena ketika anak-anak
nanti menjadi ibu dia pun akan merasakan hal yang sama, dan selanjutnya dan
selanjutnya. Dan aku percaya "perasaan ibu" inipun dirasakan dengan sangat
sama oleh para bapak.
Maka menurut aku perayaan
hari ibu sebaiknya lebih cocok kebentuk nyata penghormatan kepada seluruh
perempuan dengan sikap, jangan dengan menghitung-hitung apa yang memang sudah
seharusnya terjadi dalam siklus hidup manusia dengan jenis kelamin perempuan
dengan mendayu-dayu, bukan dengan membuat seolah-olah seorang ibu telah menjadi
“martir” karena kodrat perempuannya.
Mari hormati PEREMPUAN
sekalipun dia bukan seorang ibu,
mari sayangi IBU karena dia PEREMPUAN bukan karena semua daftar kebaikanya,
bukan pula karena ada imbal balik didalamnya. Tapi KASIHI perempuan, karena
memang TUHAN CIPTAKAN perempuan sebagai pendamping hidup. perempuanlah
pendamping anak-anak, perempuanlah pendamping laki-laki, perempuanlah pelengkap
kehidupan ini. Aku perempuan, aku ibu dan aku (juga seorang) anak,, Dan aku ingin dicintai sebagai perempuan!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar