3 Jun 2011

3 Idiots

3 Idiots…
Untuk ke-2 kalinya aku menonton film India ini, dan perasaan yang sama kembali membuncah waktu aku melihat adegan per adegan. Pertama, hebatnya film ini adalah dimainkan oleh actor  kawakan India yang (pada jamannya-katakanlah aku -) bisa  dibilang paling ganteng, Amir Khan. 

Hebat ya, diusia kepala 4-an.. dia diubah jadi Rancho yang umurnya 20an. Tidak ada kesan maksa, tidak ada pula pias ketuaan pada wajah si ganteng itu.. Jalan ceritanya luar biasa, akting alami dan pesannya masuk akal, sedikit bikin sirik, banyak bikin kesal tapi sumpah I love it.. I Love it..and, I love it.

Apa yang membuat film ini istimewa?, buat aku pesan yang disampaikan “hampir” atau kalau mau jujur siy aku bilang "semuanya" (tapi kesanya aku kok  kayak sok tehe banget ya?? Hehehe)... persis apa yang aku pikirkan selama ini. Ketika (sering kali) Sekolah Tinggi itu Cuma jadi ajang  “harga diri”, kemudian mengesampingkan “nilai belajar” itu sendiri. Ketika kamu sesuai trend, ini disebut pintar tapi ketika kecerdasanmu diatas rata-rata orang justru akan bilang “kamu bodoh” bahkan ada yang bilang “bahaya”. 

 Lama aku hidup dalam pemikiran bahwa aku merasa cukup pintar dengan semua ‘kebisaan’-ku. Merasa aku pekerja keras, penuh inisiatif, siap dengan tantangan, tidak takut dengan tanggung jawab dan satu kelebihanku yang (tidak jarang) jadi kelemahanku juga adalah.. aku merasa berani memutuskan segala seuatu. Aku berani memutuskan sesuatu bahkan yang beresiko. 

Aku berfalsafah bahwa tidak ada kebenaran atau kesalahan yang abadi. Lalu yang perlu aku lakukan hanya-lah “memutuskan”, lalu kemudian biarkan waktu yang menjawab.

Tapi kemudian aku sadar cuma dengan bekal ijasah SMA, kepintaran-ku tidak akan pernah mengintip pintu lain untuk diberi kesempatan untuk memperlihatkan ‘apa yang bisa aku lakukan'. Sekolah tinggi tetap akan menjadi ‘syarat mutlak’, yang sampai hari ini pun aku masih menganggapnya sebagai suatu kemutlakan yang sangat bias..

Tahun 2007, aku putuskan untuk kuliah. Dengan harapan: sesuai dengan budjet-ku dan yang juga ‘sesuai keinginanku’... Ternyata sulit. Kemudian pilihan mengerucut pada 2 hal: biaya atau minat. 

Ketika kita memilih dalam kondisi yang sudah tidak sendiri lagi, banyak hal yang harus aku pikirkan... Dan klise, biaya menjadi pilihan utama. Lalu berharap suatu saat nanti dengan berbekal Sekolah Tinggi ini aku akan berjumpa dengan bidang ‘minat’ ku…

Banyak kalimat dalam film 3 Idiots yang membangkitkan gairah jiwa, tapi hanya sedikit yang sempat ku tulis. Kita perlu menantang hidup, karena kita buka robot... Hampir sama dengan kalimat Pastor Stephen Tong, hanya ikan mati yang ikut arus, ikan hidup akan melawan arus. Bukankah Salmon merupakan salah satu ikan paling mahal dan apa yang membuat Salmon begitu istimewa padahal didaratan kanada ikan ini begitu berlimpah?? (kalau lihat di chanel National Geographic, ini bahkan jadi santapan beruang). Salmon begitu dikenal sebagai ikan yang melawan arus, dia akan mencari hulu air terjun untuk menetaskan telur-telurnya.. Wahhh, ikan pintar khan?? (apa kurang kerjaan ya?? Hehehe.. cool).

Masalah tidak selalu selesai, tapi paling tidak kita tidak takut menghadapi masalah… keren khan?. Menikah muda, ‘terpaksa’ mandiri, hidup pas-pas-an, harus 'bisa'... semuanya sudah aku jalanani. Bahkan lebih banyak lagi dan sekarang aku telah sampai pada pemikiran ini.. masalah emang gak akan selesai, maka tabrak aja. 

Kembali mengutip kalimat ibu gembala Cipinang, “sepanjang manusia hidup, akan kontrak mati dengan persoalan!!”.  So what should I worried about?... 

Kyaa, gak seindah itu juga sebenarnya, banyak kali aku merasa takut dan bimbang. Tapi kemudian aku mencoba membangun diri dengan kalimat itu, “semua akan berlalu, masa expired masalah akan tiba segera”... kalau 3 Idiots bilang, “semuanya akan baik-baik saja”.

Kenapa kita mesti bersekolah hanya demi sebuat “gelar”? kasihan.  Fenomena yang umum terjadi saat ini. Kenapa kita tidak mencoba member makna pada gelaran S1 itu, kenapa kita tidak memberi nilai pada tiap buku yang kita baca, kenapa kebanyakan kita takut ‘bersuara’, kenapa kebanyakan kita bangga jadi follower sejati, bangga dengan sensasi yang tidak bermutu, kita takut dengan provocative yang tidak melulu salah, kebanyakan kita takut keluar dari zona nyaman… dan bla..bla... Kita banyak takutnya.

Aku merasa menjadi Rancho di film 3 Idiots ini. Rancho dengan segala sikap dan cara pandangnya terhadap hidup dan sekolah, kecuali  tentunya tingkat kecerdasan-nya jauh diatas aku. Hmmm. Ini mengingatkanku juga pada tokoh Lintang di buku Laskar Pelangi. Manusia-manusia dengan tingkat kecerdasan yang luar biasa seperti ini selalu melekat dihatiku, bukan karena kepintaranya semata tapi bagaimana mereka memaknai kepintaranya.

Yah, mungkin Lintang tidak seberuntung Rancho (maklum film, semua harus happy ending..)... tapi aku tetap merasakan kesan yang kuat dari film ini. Kepintaran seakan mengangkat derajat manusia satu level dari yang lainya, tapi bukan kepintaranya yang membuat Rancho menjadi ‘istimewa’.  Dia hebat, selain karena dia orang miskin yang cerdas  adalah karena dia mau belajar, dia mau menjadi lebih dari yang dia bisa tanpa mejadi arogant. Akhir film juga tidak menggambarkan Rancho yang yang jadi pengusaha kaya raya karena ijasahnya, tapi dia bertambah pintar karena dia terus belajar.

Aku bermimpi dalam dunia nyata, aku dan kamu, dan kamu dan kamu… dan banyak dari kita mempunyai semangat Rancho. Semangat untuk pintar, untuk bisa, untuk tahu secara nyata.. bukan hanya nama dan gelar diatas selembar ijasah. Tapi dengan kepalan semangat untuk maju... dan tentunya tanpa harus menjadi sombong...

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar