Seperti biasa kalau libur begini aku memilih untuk bangun siang.
Kebiasaan baru, mertuaku—yang biasanya jadi rekan tendemku dalam mengurus bayi Grace—sekarang
setiap sabtu malam, bahkan kadang-kadang jumat malam atau malah bisa juga
minggu siang pergi kerumah saudara yang rutin menghadiri pesta-pesta Batak. Intinya
beliau tidak ada di sabtu pagi itu.
Pagi itu suamiku akan pergi karena ada urusan. Sekitar jam 7-an kurang,
jauh-jauh sebelum berangkat dia sudah mengingatkan aku.
“Dek aku mau pergi, kakak udah jalan sekolah. Grace masih tidur tapi jangan sampe dia bangun duluan
dari kamu...”
“Hmmm,” jawabku sembarangan,
masih ngantuk.
Please deh jangan bilang I am a lazy mother—walaupun ini bukan kesan yang baik—hehehe. FYI ya, setiap pagi bus jemputan kantor sudah tiba antara jam 5.50 sampai 6.00 pagi, so sekitar 30 menit sebelumnya aku sudah harus berangkat dari rumah. Secara juga aku ‘kasihan’ kepada si mba tukang cuci, maka biasanya jam 4 sampai 4.30 pagi aku masih disibukkan dengan mencuci baju-baju yang kira-kira bisa masuk ke mesin cuci.
Makanya teori-ku selalu, sabtu seharusnya adalah hari libur. Time to wake up late, and this is for sure.
Sekali lagi sebelum berangkat suamiku ‘mengingatkan’ aku (lagi) soal
bangun ini, dia tau siapa aku dan kita seharusnya sama-sama tau bahayanya jika
bayi Grace bangun terlebih dahulu.
“Iya, jangan lupa tutup pintu,” pesanku lagi, masih juga
dengan kemalasan.
Sepertinya waktu belum lagi berjalan 5 menit sejak peringatan suamiku
tadi waktu kudengar suara teriakan dari
luar. Memang tidak bisa dibilang heboh
lah, tapi lumayan membangunkan aku yang masih tidur. Meloncatlah aku dari tempat tidur dan memburu
si suara tadi. Pintu depan sudah terbuka, dan eng ing eng…
“Kak si Grace tuh…,” sambut tetanggaku yang ABG
agak panic.
Yang dimaksud malah lari ketawa girang sambil meloncat lincah kecentilan,
Grace kabur menjauh dengan kaki tanpa alas. Kantuk ku langsung hilang,
pemandangan didepan mata begitu menyeramkan,,, hehehe #lebay mode on. Yang jelas bisa bikin tekanan darah
naik mendadak lah, :p.
Grace menuang semua makanan ikan ke aquarium, asal tau aja… makanan itu MASIH satu toples ukuran 600 ml penuh. Baru 2 hari yang lalu dibeli, isinya tumpah kesemua penjuru sekitar aquarium. Efek: bau amis dan banyak semut dimana. Hmm,,,
Semua perangkat (sepatu, helm, keset) yang ada ditempat lebih tinggi bertebaran dilantai. Semua itu kelihatan dijatuhkan dengan cara kasar, atau di seret kah atau di julek dengan pakai sapu kah?? Yang pasti berantakan dan kacau.
Sepatu kami memang sudah kehabisan space, bukan karena kami kebanyakan sepatu tapi memang kami tidak punya cukup space untuk menyimpan. Apalagi memisahkan, yang mana sepatu harian, mana sepatu gereja mana sepatu khusus, mana pula sepatu ½ rusak tapi belum tega membuangnya.
Halaah, all in here dan hari
itu Grace menyempurnakanya dengan ‘mengepel’ semua sepatu yang terjangkau kain
pel-an. Semua sepatu basah kuyup.
Disini, sepertinya dia mencoba hobbynya yang selama ini kami larang yaitu mencuci baju. Alhasil yang mana cucian yang mana kain lap semua teraduk jadi satu. Belum lagi sandal-sendal yang dia maksud bersihkan, mungkin lho? Ataukah dia memang menginjak-injak cucian itu (karena pernah melihat cara aku mencuci sprei/selimut tebal kah?). Semua kemungkinan aku praduga-duga…
Ini tutup aquarium, yang—menurut saksi mata, secara sekilas— diturunkan Grace dengan cara menaiki sepeda si kakak dan abang yang tersandar disamping aquarium.
Fuihh, ini bagian yang paling aku takuti setelah mencoba mengolah TKP. Ceilee, bagaimana coba kalau sepeda itu merosot, gimana kalau dia ketiban aquarium, gimana kalau kepalanya terantuk aquarium, gimana kalau… kemudian ketakutan ku menjadi Thanks God dan sorry my husband, I am sorry for my laziness. Hiks hiks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar