2 Apr 2012

Dangdut is the music of...


 Sesungguhnya lagu dangdut begitu melekat dihati saya. Hmm, sedikit sombong yah… walaupun muka saya agak-agak kebule-bulean lho (karena rajin ngecat rambut maksudnya), hahaha. Tapi, sesungguhnya musik dangdut itu memang sangat dekat dengan kehidupan saya.

Pertama transmigrasi ke Jakarta, kami bertetangga dengan para mas-mas penjual mie ayam dan soto mie. Tanpa ada niat untuk mengecilkan golongan penikmat musik dangdut ini, ehem ehem *goyo ne rek. Mereka memang benar-benar pendengar setia musik dangdut lho.

Kebetulan, mama saya orang yang bertoleransi tingkat dewa, kalau sama orang lain. Jadi walaupun tetangga biasa menyetel lagu sekeras-kerasnya mama tidak pernah komplen, apalagi membalas memasang lagu pop dan Batak kesukaanya dengan rese. Sama sekali tidak!.  Padahal posisi rumah kami saling menempel dengan tembok setengan bilik dan separo triplek. Kalaupun  tiba-tiba di ‘selip’ dengan dangdut yang menggangu, sekalipun, padahal, kami yang lebih dulu memasang musik. Mama akan menyuruh kami mematikan tape.

Yang ada, sepanjang mulai memasak maka para pedagang itu akan menyetel lagu dangdut. Kami baru bisa aman sekitar jam 9 sampai 3 atau 4 sore. Karena begitu kembali, para mamas dan mamang ini akan melakukan aktifitasnya dengan diiringi lagu dangdut lagi. Hai hai hai, bukan Cuma dangdut bro…  juga ada irama lagu-lagu tarling. Oh man!!! :-p.


Artis yang paling sering disebut-sebut adalah; Rhoma Irama, Mansyur S, Hamdan ATT, Megi Z dan Evitamala. Nama-nama artis besar melayu ini begitu akrab ditelinga saya. Akan tetapi, karena di era 80 sampai 90-an lagu dangdut itu begitu berkesan ‘kampungan’, setengah mati saya coba mengingkari bahwa saya tau banyak lagu dangdut.

Ada kisah yang agak unik soal dangdut ini pula. Sebegitu kesohornya seorang Rhoma Irama,   kami (sekeluarga) paling alergi sama artis satu ini.  Trademark-nya sebagai seorang ‘pencinta wanita’ berbungkus  polygami membuat kami sekeluarga menghindari apapun yang berbau Rhoma Irama. Percaya atau tidak, tapi bapak dan mama pasti akan selalu mematikan tivi ketika beliau muncul. Bapak dan mama saya anti kejahatan kelamin. Begitu saya mengistilahkanya. Hehehe,,,

Jadi, walaupun saya tau kalau Rhoma Irama punya banyak lagu–selain dengar  dari radio tetangga, juga ‘curi-curi’ nonton film bang Oma di tipi–. Saya tidak pernah khusus ‘kenal’ lagu si abang  Haji ini. Kalau lagu-lagu mansyur S malah jauh lebih terngiang ditelinga saya. Begitu juga dengan keunikan syair-syairnya seorang  Megi Z.

Belasan dan puluhan tahun kemudian.

Okey… Sejak ABG sampai menjadi ibu-ibu saya masih keranjingan dengan lagu-lagu Barat. Di SD lagu Wind of change-nya Scorpio adalah band barat pertama yang saya gandrungi.  Tambah umur, tambah gaya, tambah sok tau dan tambah pula artis barat yang saya gandrungi. Malah dimasa-masa ini bisa dibilang musik  favourite saya ya barat. Musik  barat dan barat. Lagu Indonesia aja emoh apalagi dangdut.

Maka lupalah saya sama-sekali, malah seperti tak punya memori sama sekali soal dangdut. Nyebut namanya aja berasa kampungan apalagi menyanyikannya. Oh, sory  dory  mory  strobery cuyyy... hahahaha.

Suami saya khas anak muda tahun 90-an. Penyuka lagu-lagu Iwan Fals (kayanya semua angkatan  emang suka bang OI kali yaks…hmmm),  selebihnya dia cuma tau beberapa lagu yang sedang nge-top abis. Tapi kalau saya bisa gambarkan, kayanya dia gak tau lah itu lagu-lagu pop ‘cewek banget’ tahun 90-an.

Setelah berumah tangga, saya masih tinggal diaerah ‘kampung’. Lagi-lagi lagu dangdut mengelilingi saya dengan hangatnya. Walah sekarang dengan tambahan baru, yaitu lagu kasidahan. Tapi kasidahan pop ini  lumayan ‘tidak’ terlalu Islami, jadi saya masih sering juga mendengungkannya.

Saya mulai bekerja dan pergaulan agak-agak naik kelas ke menengahan dikiiiit, ceile :p. Sering saya terlibat dalam beberapa acara sebagai emsi dan–kadang– sebagai penyanyi juga. Sebagai orang yang (masih) keranjingan lagu barat, jelas lagu barat selalu jadi andalan saya. Beberapa applause sering bikin kepala agak bengkak.

But, akan tetapi, namun demikian… However, ternyata acara selalu hidup dengan lagu dangdut. Nyanyian saya bisalah membuat orang senyam-senyum sebentar,  tapi lagu dangdut yang gak jelas dan patah-patah dan gak hapal dan gak pasti syairnya itulah yang selalu membuat acara hidup. Sepenggal-sepenggal-nya lagu dangdut PASTI  membuat semua orang akan bangun dan berhippi-hippi ria.

Kemudian teringatlah saya dengan kata-kata suami ketika kami baru menikah. “Aku suka lho lagu-lagunya Rhoma Irama”, katanya waktu tetangga menyetel CD-nya Soneta. Membuat saya membeliakkan mata dengan penuh kejijikan. “Coba deh sekali-kali kamu dengerin, lagu-lagu Soneta emang beda dengan lagu dangsut pada umumnya. Musiknya bagus, kata-katanya bagus, m emang lagu Rhoma Irama  bukan dangdut kampung, music dia itu melayu dangdut.

Cibiran saya memanjang dan telapak tangan berpindah ke jidat, OMG… my husband likes music dangdut. “Dia layak disebut Raja Dangdut, karena dia belajar sampai ke Amerika. Dan menurut aku Rhoma Irama memang tak tergantikan”.  Saya Speechless, suami sedang promo Rhoma Irama. Sang artis yang  sedari kecil,  kami dilarang ‘mengenalnya’  oleh bapak dan mama.

Paham suami ini mulai agak saya lunak-kan, ketika saya membaca buku Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata. Dimana ke-Raja Dangdut-an seorang  Rhoma Irama telah meninggalkan dampak besar dalam kehidupan per-idola-anya.  So,  saya sempat berfikir…  mungkin karegory ‘hebat’ nya suami saya ya sama seperti pemikiranya si Ikal ini.

Now, ketika kerajinan saya di per-emsi-an (walaupun kelasnya masih kalangan sendiri) semakin melebar. Kok saya mulai berfikir ya… I need dangdut, I have to know dangdut more and more, I must sing dangdut.

Karena  saya juga memang bukan penyanyi, maka gak penting sebenarnya ketidak selarasan dayu-dayu dan oktafisasi suara saya. Yang saya butuhkan adalah  lagu dengan ‘energy’.  Saya butuh ‘mantra’  yang membuat semua orang merasakan sensasi yang merakyat. Dan itu bisa saya dapatkan dari musik dangdut.


Kemudian saya teringat masa lalu saya, puluhan tahun yang lalu. Dimana sesungguhnya musik  dangdut itu begitu dekat dengan kehidupan saya.
Rhoma Irama is big parts of my childhood and memories, kata suami saya berkali-kali. 
Oh, Dangdut:-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar