29 Mar 2012

Mereka memanggil saya


Di peradaban –atau peradatkan kah?– orang Batak, ada sebuah konvensi yang menjelaskan bahwa seseorang yang sudah menikah apalagi kemudian punya anak, PANTANG  untuk dipanggil nama aslinya. Misalnya saya nih, nama kecil saya adalah Lenchu. Setelah menikah dan kemudian punya anak, maka ‘sebaiknya’ saya dipanggil dengan ditempeli nama anak saya. Mama Jane.

Ini diberlakukan untuk semua orang, bahkan kepada orang yang lebih tua daripada saya sekalipun. Apakah dia sepantaran mama saya bahkan sampai setua opung saya. Malahan,  tante atau teman atau saudara saya yang lainya, walaupun misalnya umurnya jauh diatas saya, alangkah ‘tidak sopan’nya jika dia masih memanggil saya dengan nama asli.

Kebetulan, walau saya orang yang tidak pernah percaya adanya ‘kebetulan’ dalam hidup ini. Kakak saya berjodoh dengan nyong Ambon. Dimana mereka punya gaya hidup dan tradisi  pemanggilan yang bertolak belakang dengan kebiasaan Batak.  Kedua keponakan saya biasa memanggil saudaranya yang lebih tua bahkan sampai nenek/kakek dengan namanya. Seperti, “Oma Santi, Opa Yan, tante Mery, tante Ciang”… Yah, pokonya ada nama tersisip dibalik embel pemanggilan itu. Looks not so big deal?  In Batakness  it’s a horrible man. :p


Maka Nona dan Nyong itu sering memanggil saya “tante Lenchu”. Meskipun bukan keluarga yang saklek dalam tradisi, jelas ini menganggu kenyaman mama saya. “Ai aha do halak on, hera dang maradat. Pese-pese dope nga manggoari”. Yang artinya kurang lebih: kalian ini gak sopan banget, masak anak kecil juga  manggil nama. Hmmm,,,

Adalah si Caroline kami yang mulutnya ceriwis setengah hidup. Anak Karo yang ibu-bapaknya pendiam kelas berat. Bingung khan?? Wong saya aja masih suka heran tuh anak dapat ilmu bawel dari mana. Hehehe...

Demi sok kebarat-baratan, mungkin begitu orang akan menilainya. Tapi niat saya dan mama Oline adalah membuat ‘gaya khas’ sendiri. Maka kami mengajari Oline kecil untuk memanggil saya Aunty daripada Mamatua. Karena dia punya dua orang Mamatua.

Antara latah dan keblibet dengan pemanggilan 2 anak ambon tadi, dan entah siapa yang memulai. Apakah Oline atau 2 anak kakak yang Ambon. Mereka jadi memanggilku dengan sebutan: mama Aunty.Ini belum begitu aneh kedengaranya khan?  Mereka juga memanggil suamiku dengan sebuatan: Om Papa. Hahaha…

So, inilah mark kami didepan semua saudara. Mama Anti dan Om papa.

Papa Oline super pendiam. Orang Karo yang modern apa kampungan kah model begitu? Saya tidak tau mendefinisikanya. Hehehe.  sewaktu dia masih pacaran dengan adik saya. Semua anak-anak biasa memanggilnya Om Bakti. Demi sulitnya memulai komunikasi tentang kepantasan pemanggilan dengan si Om Bakti ini. Sampai hari ini, setelah anaknya- 2 pun, kami bersaudara dan anak-anak memanggilnya dengan om Bakti.


Kami memanggil suami si kakak juga dengan pemanggilan  'ala' Ambonse..

Lebih puluhan kali mama sudah mengingatkan. Bahkan beberapa saudara ada yang menaggapinya dengan enteng,  walau juga ada yang berkomentar ‘berat’ sekali. Sampai berlanjut dengan ceramah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar