Di peradaban –atau peradatkan
kah?– orang Batak, ada sebuah konvensi yang menjelaskan bahwa seseorang yang
sudah menikah apalagi kemudian punya anak, PANTANG untuk dipanggil nama aslinya. Misalnya saya
nih, nama kecil saya adalah Lenchu. Setelah menikah dan kemudian punya anak,
maka ‘sebaiknya’ saya dipanggil dengan ditempeli nama anak saya. Mama Jane.
Ini diberlakukan untuk
semua orang, bahkan kepada orang yang lebih tua daripada saya sekalipun. Apakah
dia sepantaran mama saya bahkan sampai setua opung saya. Malahan, tante atau teman atau saudara saya yang
lainya, walaupun misalnya umurnya jauh diatas saya, alangkah ‘tidak sopan’nya
jika dia masih memanggil saya dengan nama asli.
Kebetulan, walau saya
orang yang tidak pernah percaya adanya ‘kebetulan’ dalam hidup ini. Kakak saya
berjodoh dengan nyong Ambon. Dimana
mereka punya gaya hidup dan tradisi pemanggilan yang bertolak belakang dengan kebiasaan
Batak. Kedua keponakan saya biasa
memanggil saudaranya yang lebih tua bahkan sampai nenek/kakek dengan namanya. Seperti,
“Oma Santi, Opa Yan, tante Mery, tante Ciang”… Yah, pokonya ada nama tersisip dibalik
embel pemanggilan itu. Looks not so big
deal? In Batakness it’s a horrible man. :p
Maka Nona dan Nyong itu sering memanggil saya “tante Lenchu”. Meskipun bukan
keluarga yang saklek dalam tradisi,
jelas ini menganggu kenyaman mama saya. “Ai
aha do halak on, hera dang maradat. Pese-pese dope nga manggoari”. Yang artinya
kurang lebih: kalian ini gak sopan banget, masak anak kecil juga manggil nama. Hmmm,,,
Adalah si Caroline
kami yang mulutnya ceriwis setengah hidup. Anak Karo yang ibu-bapaknya pendiam
kelas berat. Bingung khan?? Wong saya
aja masih suka heran tuh anak dapat ilmu bawel dari mana. Hehehe...
Demi sok
kebarat-baratan, mungkin begitu orang akan menilainya. Tapi niat saya dan mama
Oline adalah membuat ‘gaya khas’ sendiri. Maka kami mengajari Oline kecil untuk
memanggil saya Aunty daripada Mamatua.
Karena dia punya dua orang Mamatua.
Antara latah dan
keblibet dengan pemanggilan 2 anak ambon tadi, dan entah siapa yang memulai.
Apakah Oline atau 2 anak kakak yang Ambon. Mereka jadi memanggilku dengan
sebutan: mama Aunty.Ini belum begitu aneh
kedengaranya khan? Mereka juga memanggil
suamiku dengan sebuatan: Om Papa. Hahaha…
So, inilah mark kami didepan semua
saudara. Mama Anti dan Om papa.
Kami memanggil suami si
kakak juga dengan pemanggilan 'ala'
Ambonse..
Lebih puluhan kali
mama sudah mengingatkan. Bahkan beberapa saudara ada yang menaggapinya dengan
enteng, walau juga ada yang berkomentar ‘berat’
sekali. Sampai berlanjut dengan ceramah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar