Sebagai remaja tahun
90-an, nama Rano Karno begitu melekat kuat dihati dan kepala saya. Selain
aktingnya yang brilliant. Wajahnya yang ganteng abis (tentu… pada masa itu),
juga latar belakang kehidupannya sebagai artis besar yang nyaris tidak pernah terseret
masalah ‘aneh-aneh’ membuat saya dan keluarga begitu mengaguminya. Majunya beliaupun
di kancah perpolitikan tidak menunjukan gelagat banting stir atau cari
popularitas semata, disaat usinya tidak lagi muda dan mulai tergeser namanya sebagai
actor kenamaan.
Beberapa hari ini,
kita digemparkan dengan kasus narkoba yang melibatkan anak seorang pejabat.
Begitu media membuat headline. Terlihat
hobah bin heboh. Tidak terlalu lama kemudian nama Rano Karno tercuat. Bukan
karena urusan politiknya. Tetapi, ternyata eh ternyata anak pejabat yang
dimaksud ini adalah anak (angkatnya) si bang Doel, Rano Karno. Artis kesukaan
saya itu.
Kasus ini begitu
ringan dan enak diikuti (menurut saya lho). Anak yang dimaksud tidak terlihat
berkelit, bersembunyi juga menafik ceritanya. Berita yang tertulis di koran dan
terlihat di tivi/internet juga menyampaikan berita yang sama. Yap, dia memang
pemesannya dan dia pesan dari orang Malaysia.
Dan yang luar
biasanya lagi, bang Doel dengan lapang dada segera unjuk muka dan mohon maaf
kepada rakyat dan juga si anak. Simple dan pendek ya? tidak seperti
berita-berita lainya yang bikin kita eneq, mabok tapi penasaran tapi emosi. Saling
lempar statement dan putar balik kalimat.
Terlepas soal ‘legowo’-nya
seorang Rano Karno dan khilafnya seorang RW. Sebagai pemirsa tivi dan segala
macam media, saya sangat terganggu dengan kalimat “anak angkat” yang selalu
saja disisipkan setiap kali berita ini diangkat.
Ayolah dunia!!! Kalimat
“anak angkat” itu bukan sekedar statement “sesuatu” atau “alhamdulilah” yang
menambah rasa (lebay) dalam berita. Kalimat anak angkat ini hanya menambah
beban dikedua belah pihak. Rano Karno seperti mempertontonkan lakon sejatinya,
sebagai lelaki yang tidak bisa punya anak. Si anak pun diobok-obok dengan kesalahanya
dan “takdir”nya sebagai anak angkat.
Lalu, apa hubunganya gitu lho dengan narkoba ini??? Anak angkat yang tidak tau diri? Sekali lagi semua hanyalah opini saya, sebagai orang kampung yang biasa mendengar rumpian ibu-ibu dipagi hari sampai malam menutup hari. Tapi kalimat "anak angkat" itu memang seperti menggiring kami untuk mengucapkan kalimat itu. Padahal tidak kalah banyak anak-anak kandung yang kecanduanya lebih parah. Lalu koneksinya dimana??
Sebagai sebagai
seorang ibu yang kebetulan saya memperanakan 3 orang anak. Hal ini sangat
menyakitkan ketika seseorang kembali digedor-gedor dengan ‘kelemahan’nya yang ‘emang
sudah dari sananya’. Anak angkat Rano Karno, bapak angkat, anak adopsi pejabat…
apa sih??
Kenapa masalah ‘narkoba’
ini harus dilebarkan ke masalah jiwa. Kita taulah kalau pengakuan itu adalah
harga tinggi yang diinginkan manusia sebagai mahluk hidup, mahluk social. Ketika
nilai ‘pengakuan’ itu di sanding dengan masalah yang lain, ini khan tambah menyakitkan
sekali.
Jadi menurut saya, hai awak media “hentikan penggunaan kalimat ‘anak angkat’ ini". Mari bombardier kehidupan si RW sebagai anak muda yang khilaf dan terjerumus narkoba. Jangan ungkit ‘luka batin’nya sebagai anak angkat menjadi bahan pemberitaan utamanya, demi penambah rasa nama besar seorang Rano Karno.
Jadi menurut saya, hai awak media “hentikan penggunaan kalimat ‘anak angkat’ ini". Mari bombardier kehidupan si RW sebagai anak muda yang khilaf dan terjerumus narkoba. Jangan ungkit ‘luka batin’nya sebagai anak angkat menjadi bahan pemberitaan utamanya, demi penambah rasa nama besar seorang Rano Karno.
May..saya sangat terganggu bangat, kononnya saya jadi berfikir,dan teringat waktu saya lagi ngobrok kepada sorang ibu yg sdh 16 tahun menikah dan waktu itu saya bilang, tante gk ada niat untuk angkat anak?? kebetulan saya ada niat,dia bilang kita harus siap,karna dia py saudara angkat anak ternyata akhirnya anak ini membuat orangtua angkatnya menanggung malu tp, beliau bilang tp tdk semuanya anak angkat begitu, intinya kita harus bisa menerima apa pun akibatnya...nah sekrg dengan kata "anak angkat ini....saya jadi befikir 2 kale....deh...
BalasHapusjangan dunk say. Khan dah gue bilang diatas: ini bukan masalah adopsi apa bukan tapi karakter. nah hati2 sama muntap 'anak angkat', itu yg sebenarnya bikin anak luka batin trus bikin ulah. Maunya kalu punya anak adopsi harus siap mental diomonin sama jujur sama anaknya, gimanapun caranya. Thanks ya sudah mampir :*
BalasHapusblognya mantap, kelihatan suka baca dan menulis
BalasHapussalam kenal
www.latteung.wordpress.com
Salam kenal ito, silahkan sering-sering mampir :p, hehehe
BalasHapus