23 Apr 2012

I am Vertigo Now,,,

 “Mba, kayanya elo jarang sakit yach,” sebuah kalimat lama ini mendadak jadi signal baru dikepala saya. Kalimat ini dulu kala diucapkan oleh seorang teman—yang waktu itu masih gadis, tidak pula pekerja keras (apa hubunganya coba, hehehe)—tapi sering banget sakit. Memang sih sekedar sakit-sakit flue dan pusing, tapi menururut saya ini cukup mengganggu skejul saya juga.

Menganggu, maksudnya apa ya?? Ya kalau dia sakit, karena waktu itu dia adalah salah satu teman baik saya berbagi juga bertengkar—saya tidak pernah berdebat dengan dia, karena dia tidak sepandai saya berbicara. Tapi dia jago menyudutkan dan ‘memaksa’ orang untuk bercerita... maka sering akhirnya saya ‘terpaksa’ bercerita sambil marah-marah karena merasa kalah dengan desakanya, hihihi—maka jika dia absen,  bisa-bisa seharian dikantor saya hanya serius bekerja. Gak penting sih kelihatanya, tapi sebagai seorang story teller (bahasa halus untuk whisper blower alias biang gossip, hahaha) ini lumayan membuat mulut saya berbau untuk beberapa jam. Kebanyakan mingkem, :p.


Saya sering memarahi dia, karena hampir 2 atau 3 bulan sekali dia pasti mengambil cuti sakit. Mulai dari batuk, pilek, flue, sakit kepala dan penyakit ‘ringan’ lainnya. Biasanya dia memang kesal dengan komplen saya dan membalas, “Ih mba loe mah aneh, siapa juga yang mau sakit”.

Betul, otak waras saya  juga setuju dengan kalimat itu. Tapi menurut saya lagi nih, ada obat diatas obat, ada ‘non obat’ sebagai penyangkal penyakit ‘ringan’ yang sering diabaikan orang. Misalnya makanan, jangan stress dan jangan banyak ngelayap. Nah biasanya saya akan lanjut mengkotbahi-nya dengan dalil saya ini. Mesti ada yang dilalaikan, cerocos saya.

Soal sakit ini, dia hampir tidak pernah membantah saya. Dia mengakui kalau saya memang termasuk yang jarang sakit. Tanpa bermaksud mendahului kuasa Tuhan Yang Maha Esa, untuk ukuran bekerja selama 5 tahun lebih, rasa-rasanya saya bisa menghitung dengan jari tangan kanan saja berapa kali saya pernah cuti karena sakit.

Biasanya saya mengambil  cuti lebih karena alasan lain, seperti mengantar suami ke dokter, mengantar mama menjenguk saudara, iseng-iseng shoping ke blok M atau sekedar ada acara keluarga/gereja. Intinya saya hanya pernah 2x1 hari benar-benar mengambil cuti karena sakit. Selebihnya lebih ke ‘mencuri’ cuti haid untuk urusan Pribadi. Saya juga tidak hoby bohong pakai alasan sakit. Takut banget kualat.

Alasan saya merasa selalu sehat adalah, yang pasti dan pertama adalah, kebiasaan saya melahap semua jenis makanan. Kata mama saya, yang tidak suka makan—karena perokok dan pengopi berat—makanan apalagi nasi adalah obat pertama kalau sakit, makanya beliau termasuk yang jarang makan tapi kalau sudah sakit beliau akan ‘memaksa’ diri untuk makan teratur.

Kesibukan dikantorsebagai assistant alias pembantu beberapa orang sales dan marketing dan senangnya sekaligus susahnya, saya adalah tuan rumah di departemen ini, baik dari urusan ISO, form/surat/amplop/alamat, prosedural dan tetek bengek admin lainya. Ini mengharuskan saya harus sering-sering stand by dikantor demi customer satisfaction. Ceile, prikitew, hahaha. Dunia bekerja selalu meyenangkan kah?? Tidak juga (see my another previous blog ), gaji juga jauh dari kata cukup. Tapi memang tanggung jawab sepertinya ‘membuat’ saya terpaksa harus jarang sakit. Apa siyy??? :p

 
Kurang dari 6 bulan sejak bekerja diperusahaan ‘baru’ saya. Dengan kondisi pekerjaan yang jauh lebih baik, banyak teman—lebih banyak dari yang terdahulu—, privilege-nya lumayan lebih lumayan daripada lumanyun dulu, angkutan juga tidak sulit, makan pun ada pilihan, pekerjaanpun hanya 1 macam (beda dengan perusahaan terdahulu, dimana saya biasa multi tasking). Kebetulan juga bos disini ‘melarang’ saya melakukan tasking-tasking lain yang tidak berhubungan dengan admin ini.

Waw, bagi orang-orang yang suka kenyamanan, mungkin ini adalah pekerjaan impian semua orang. Hanya focus pada 1 path, wah wah wah… ini bakal menyenangkan, saya akan explore semua ilmu ke’admin’an yang saya bisa dengan lebih gigih. Batin saya waktu itu.

2 minggu pertama. Saya diare berat, setiap habis minur air kantor saya pasti ke toilet. Meeting dengan toto keramik, hehehe. Okelah, lama-lama saya mulai bisa beradaptasi dengan si air minum ini, yang beda merk dengan air mineral yang biasa saya konsumsi. Matter of  adjustment nampaknya.

Tidak sampai beberapa bulan, kapala saya sering pening. Ini tidak biasa saya alami dulunya. Hidung bisa meler sampai berminggu-minggu, tenggorokan cepat sekali panas dan meradang. Opss, ini menyebalkan sekali. And then, setelah seharian saya memaksa untuk bekerja, padahal badan sudah terasa sudah sangat ngilu dan kepala rasa berputar sejak kemarin-kemarin. Siang itu saya ijin cuti setengah hari.

Sepulang dari dokter dan seperti yang sudah saya duga sebelumnya, (dari banyaknya baca-baca dan buka internet) kata dokter tanda-tandanya jelas: vertigo. Iam vertigo now, Mawar got Vertigo.

Dan sejak di-duga vertigo itu, hampir setiap bulan kepala saya membawa saya untuk menikmati perputaran dunia dengan cepat dan serangan kelebat yang memaksa tenggorokan saya untuk memuntahkan isinya. And now, untuk kesekian kalinya lagi. Saya menolak ajakan serangan jaring laba-laba itu untuk beristirahat.

Memaksa diri untuk bangun dan beraktifitas seperti biasa. Dan setiap kali serangan itu datang, ia menarik mata saya untuk terpejam, dan reflek menekan telapak tangan dikepala. Kemudian kata-kata teman saya beberapa tahun yang lalu seperti sebuah radio usang  yang berusaha menghibur saya.

“Mba, kayanya elo jarang banget sakit ya?”. Yes I am darling, :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar