15 Feb 2012

Saya memanggil dia,,, BABE


When I was just a kid, I saw my sister as a wise guy. Mungkin karena saya sadar diri sebagai orang yang temperamen dan gak sabaran. Which is  karakter ini berbanding terbalik sama my sista yang not so talkative  dan banyak ngalahnya. Contohnya, saya punya banyak temen biasanya berawal dari dia. Teman-teman dia pasti akan mengenali saya sebagai “adiknya Maria ya??”, lalu kami berteman. Banyak ejaan-ejaan baru yang saya dapat dari dia, banyak pula istilah-istilah yang saya contek  sesungguhnya dari dia. Mungkin karena dia punya pergaulan yang sebegitu luasnya, maka dia bisa mengetahui banyak bahasa gaul dan istilah dalam pertemanan. Belum lagi analisa-analisa pendeknya yang sering  akhirnya  ‘memaksa’ saya untuk setuju dengan pemikirannya.

Salah satu hal lagi yang sangat saya ingat dari my sist ini  adalah kesukaanya pada film-film  fabel.
Dan buat saya it’s such a dummy things actually. But  –mengingat TV dirumah hanya ada satu–, kami terbiasa melihatan siaran TV yang sama. So kalau tidak suka,, ya derita elo deh,, hehehe
Salah satu film yang dia sukai adalah film  BABE, Pig in the city.  Kisah si babi dan si angsa ‘kerajinan’ yang hidup damai disebuah peternakan.

Setau saya,, sebelum jaman-jaman ‘anak 4l4Y’  sekarang menjamur dengan homogennya, memanggil pacar dengan sebuatan sayang atau ayang adalah sebuah hal yang ‘sinetron’ bangetts, agak-agak sungkan, lebay dan biasanya cuma dilakukan oleh segelintir pasangan yang punya nyali alias PD lumanyan tebal. Dan menurut saya sih –duluuu–, saya sama sekali bukan tipe sok imut begitu, dan gak bakal bisa membuka mulut untuk bilang “sayang”..apalagi “cinta”NO!!  Ooopss.

 Akan tetapi, berawal dari keisengan saya yang hoby ngoceh dan my ex-boyfren yang sama sekali gak suka dipanggil namanya (terdengar kurang merdu katanya). Mulailah saya iseng manggil-nya  Peyang,  seperti   “woi Peyang pulang yuk”.. Kenapa peyang? Ya karena bahasa gaol kita waktu itu “pala lo peyang!!” hohoho…  Yes, I am so sarcastic man that age…  sesungguhnya itulah awalnya saya manggil my ex dengan sebutan ‘sok imut’, kemudian mulai berputus di kalimat  yang, sampai akhirnya jadi  sayang. Jiahhh,,, orang yang kenal saya dengan baik pasti akan berucap: “ elo tuh War yang ngomong!!”,, Upss.

Kami tidak lama menggunakan panggilan  sayang ini, karena memang tidak lama setelah pacaran kami merrit. Sebenarnya alasan utama 'juga' adalah,  karena saya selalu berasa rikuh jika keluarga besar sedang rame, lalu saya memanggil suami dengan panggilan “sayang..”  hadooh, rasanya semua mata (seperti) mendelik.  Yes I know.     It may just my imagination,  tapi tetep aja berasa  gak nyaman.

Lalu teringat sebutan “babe”, nama untuk tokoh  the piggy di film  Babe  –my sist‘s  fav one–.  Kembali aku iseng manggil suami dengan sebutan babe.  Seingat saya my sist pernah bilang “that's a cute name for pig”. Lagian menurut saya tidak banyak orang yang akan ‘ngeh dengan panggilan babe. It’s not yet common that time.  Serius deh,,, ini awalnya hanya sebuah panggilan konyol (dalam pengertian saya), tapi kebetulan suami mengartikanya tetap in good perspective. I really call him babe, never been baby, beibeh, or that another sweet caller. Saya benar-benar memanggilnya babe karena alasan ‘jahat’ dalam tanda kutip besar dan kemudian berlanjut sampai menjadi label panggilan ‘imut’ kami untuk waktu yang lama. :p

Sampai kemudian banyak ABG yang saya kenal dan lihat, intinya --ABG 4L4y sekarang--, senengan-nya memanggil pacar dengan panggilan agak-agak sok sendu dan berbau kebarat-barat-an. Tanpa ada instruksi khusus, saya dan suami akan saling berpandangan tiap kali melihat atau mendengar  ABG  yang kami kenal memanggil  manja “beibs”.  Apaan sih, sok imut banget kesanya!! Komentar saya. They  are just a kid, dan saya gak yakin mereka paham ‘arti’nya.


Tapi kemudian ‘memaksa’ saya mengucapkan  our ‘babe’  in the hiding place,, kyaaaa… malu sendiri berasa seperti teen 4l4y, tapi TETEP gak mau kalah #berasa pemegang hak cipta duluan sih,,, Hahaha.. I love you babe,,  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar