7 Feb 2012

Si Putri yang memilih

 Saya masih terus terheran-heran bin tercengang-cengang dengan beberapa,, yeah engga beberapa kali, tapi emang lumayan banyak komen-komen orang mengenai kasus Si Putri yang terjerat pidana korupsi. Anehnya (kan udah saya bilang dari pertama tuh, heran): kenapa orang-orang terus saja mengkomentari  agamanya. Sumpah saya risih abis (mana gak pake sabun sirih pula, apa sih, hihihi).

Kesel aja gitu lho, kenapa konteks-nya jadi jauh banget sama tema. Banyaknya orang yang mendukung si Putri gara-gara agamanya. Oke-oke some people memang punya pandangan yang beda soal agama (dan soal alasan agama yang tidak saya anut, saya pilih no comment),  tapi sebagai seorang kristiani saya lebih  heran lagi dengan orang-orang ‘seiman’ saya yang koment (lebih mirip ‘mensyukuri’ *in bad meaning) sambil kotbah-in soal Firman Tuhan, ‘maksa’  bahkan ‘marah-marah’ agar Si Putri balik ke agama lamanya.  

 Are you to smart or to stupid actually??, hallooo…. apakah ada yang bisa menunjukan ke saya, satu ayaaaat aja yang menunjukan kalau ‘begitu’ cara Tuhan minta di 'bantu' sama kita, adakah Tuhan minta dibela dengan menggunakan Fiman Tuhan yang ‘maksa’.

Saya kenal  Si Putri, (ceilee, salah tulis bisa dipanggil pengadilan nih saya,, hohoho) sekitar tahun 2002-2003. Tidak lama setelah dia menang jadi putri tercantik sejagat Indonesia. Sumpah mampus waktu itu, saya heran dengan ‘criteria’ cantik yang disematkan ke sang Putri, but  juri gak mungkin salah dunk,, hmm, mungkin gak sih?? Hehehe…  Tapi akan tetapi nih, melihat semua track record  Si Putri yang jebolan sekolah luar negeri, bahasa ingrisnya yang faseh padahal wajah original Indonesia  (secara saya suka keki dengan ‘kehebatan’ Bahasa Inggris putri-putri lain dan selanjutnya yang  selalu dibanggain padahal mereka (emang) blasteran,, aneh gak siy?? Air laut mash gak usah digaramin juga dah asin kaleeee). 

Back to  Putri, walau Saya termasuk yang  awalnya tidak setuju dengan ‘klasifikasi’ cantik-nya itu, saya salah satu orang yang sangat-sangat setuju dengan tingkat kecerdasan dan jiwa social Si Putri ini. So  saya termasuk yang bangga,  –waktu itu– Indonesia punya putri yang walaupun hanya ‘agak’ cantik saja tapi punya otak brilian. Selanjutnya, Si Putri  masuk dunia politik. Wah, makin tak perlu diragukan lagi kecerdasan Si Putri ini, pikir saya.

2002-2003 (di blog sebelumnya sudah saya tulis, ini adalah masa saya lagi ‘ngambek’ berat sama Tuhan). Maka undangan KKR (*Kebaktian Kebangunan Rohani, seperti ibadah Kristiani pada umumnya tapi acaranya tidak liturgis) dari  sebuah gereja di kawasann Senen saya abaikan, tapi suami saya berharap sekali menghadirinya. Waktu itu ada thema komunitas Manado berdoa, dan salah satu tamunya adalah Si Putri dan seorang ex-announcer stasiun TV swasta terbesar (sekitar tahun itu lho). Maka pulang dari KKR itu suamiku membawa’ sukacita’ yang besar dan kebanggan yang kemudian diimpartasikan kepada saya. Karena –menurut cerita suami– si putri ini lebih cantik aslinya, mulus dan kinclong abis, baik-hatinya, anggun tuturnya dan tulusnya bukan rekaan semata dan teristimewa  dia cinta Tuhan.
  
Duh.. duh.. duh, pikir saya (waktu itu) gue aja yang miskin, muka pas-pas an masih suka ngambek sama Tuhan. Sedangkan dia yang sudah mendekati kesempurnaan sangat cinta Tuhan. Somehow, somewhere but clearly Si Putri terlanjur menanamkan ‘kekaguman’ saya yang luar biasa kepadanya. Ditambah lagi tidak lama kemudian, si Putri mengeluarkan buku yang isinya kurang lebih: cantik bukan segalanya, otak yang terutama. Duh.. duh.. duh, lagi-lagi saya sumbang 4 jempol.

Ketika kemudian berpindah keyakinan, karena urusan asmara (atau politik kah??) let’s only heaven knows. Saya juga merasa sakit hati, marah, kesal dan shock. Sok banget  sih, emang siapa pula elo buat dia?? (iya sih nyadar juga sampe kesitu) but just feel this close to her *pasang kuku jempol diujung jari telunjuk. Hehehe, cuih-cuih  :p

Tapi hidup khan pilihan, hidup kan persepsi masing-masing, dan jangan lupa, sederet kepintaran dan prestasi (juga perlu dicatat: Si Putri keturunan orang pintar yang kenamaan ditanah asalnya), so enggga mungkinlah dia salah pilih #dalam persepsinya.  Menurut saya, sampai hari ini.

Nah sekarang ketika si putri jatuh, saya sama sekali tidak BERSYUKUR, apalagi ikut-ikutan nyumpahin  mampus, dan juga engga minat kotbah-kotbahin agar dia kembali ke jalan Tuhan. Khan dia sudah memilih ‘Tuhan’-nya, so mau dibalikin kemana lagi??? Biarkan saja  Si Putri menerima takdirnya dengan segala konsekwensi atas pilihanya. Kalaupun mau protes dan menghina, hinalah kelakukanya, cacilah tindakanya  –yang katanya– mencuri milik rakyat (masih tersangka belum terdakwa, kata tipi sih begitu, hargai azas praduga tak bersalah,,,hohoho).

Tapi jangan mengungkit-ungkit  agama, jangan HARUS mengait-ngaitkan semuanya karena ‘agama’, bukan pula harus narik-narik si putri yang  (saya sudah bilang berkali-kali) pintar dari sananya, untuk mengikuti agama kita (lagi).  Biarlah waktu menjawab, biarlah dia menikmati keikhlasan dan ketawakalannya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan caranya sekarang. Biarlah pengadilan berjalan dengan baik. Biarlah kita yang percaya mukzizat itu nyata mendoakan dari jauuuuuuh, tanpa perlu menjadi hakim atas agamanya.    

1 komentar: