Saya masih
terus terheran-heran bin tercengang-cengang
dengan beberapa,, yeah engga beberapa kali, tapi emang lumayan banyak
komen-komen orang mengenai kasus Si Putri yang terjerat pidana korupsi. Anehnya
(kan udah saya bilang dari pertama tuh, heran): kenapa orang-orang terus saja
mengkomentari agamanya. Sumpah saya
risih abis (mana gak pake sabun sirih pula, apa sih, hihihi).
Kesel aja
gitu lho, kenapa konteks-nya jadi jauh banget sama tema. Banyaknya orang yang
mendukung si Putri gara-gara agamanya. Oke-oke some people memang punya pandangan yang beda soal agama (dan soal alasan
agama yang tidak saya anut, saya pilih no
comment), tapi sebagai seorang
kristiani saya lebih heran lagi dengan
orang-orang ‘seiman’ saya yang koment (lebih mirip ‘mensyukuri’ *in bad meaning) sambil kotbah-in soal Firman
Tuhan, ‘maksa’ bahkan ‘marah-marah’ agar
Si Putri balik ke agama lamanya.
Are you to smart or to stupid actually??, hallooo…. apakah ada yang bisa menunjukan ke saya, satu ayaaaat aja yang menunjukan kalau ‘begitu’ cara Tuhan minta di 'bantu' sama kita, adakah Tuhan minta dibela dengan menggunakan Fiman Tuhan yang ‘maksa’.
Are you to smart or to stupid actually??, hallooo…. apakah ada yang bisa menunjukan ke saya, satu ayaaaat aja yang menunjukan kalau ‘begitu’ cara Tuhan minta di 'bantu' sama kita, adakah Tuhan minta dibela dengan menggunakan Fiman Tuhan yang ‘maksa’.
Saya kenal Si Putri, (ceilee,
salah tulis bisa dipanggil pengadilan nih saya,, hohoho) sekitar tahun
2002-2003. Tidak lama setelah dia menang jadi putri tercantik sejagat Indonesia.
Sumpah mampus waktu itu, saya heran dengan ‘criteria’ cantik yang disematkan ke
sang Putri, but juri gak mungkin salah dunk,, hmm, mungkin gak
sih?? Hehehe… Tapi akan tetapi nih,
melihat semua track record Si Putri yang jebolan sekolah luar negeri,
bahasa ingrisnya yang faseh padahal wajah original Indonesia (secara saya suka keki dengan ‘kehebatan’
Bahasa Inggris putri-putri lain dan selanjutnya yang selalu dibanggain padahal mereka (emang)
blasteran,, aneh gak siy?? Air laut mash gak usah digaramin juga dah asin
kaleeee).
Back to Putri, walau Saya termasuk yang awalnya tidak setuju dengan ‘klasifikasi’ cantik-nya itu, saya salah satu orang yang sangat-sangat setuju dengan tingkat kecerdasan dan jiwa social Si Putri ini. So saya termasuk yang bangga, –waktu itu– Indonesia punya putri yang walaupun hanya ‘agak’ cantik saja tapi punya otak brilian. Selanjutnya, Si Putri masuk dunia politik. Wah, makin tak perlu diragukan lagi kecerdasan Si Putri ini, pikir saya.
Back to Putri, walau Saya termasuk yang awalnya tidak setuju dengan ‘klasifikasi’ cantik-nya itu, saya salah satu orang yang sangat-sangat setuju dengan tingkat kecerdasan dan jiwa social Si Putri ini. So saya termasuk yang bangga, –waktu itu– Indonesia punya putri yang walaupun hanya ‘agak’ cantik saja tapi punya otak brilian. Selanjutnya, Si Putri masuk dunia politik. Wah, makin tak perlu diragukan lagi kecerdasan Si Putri ini, pikir saya.
2002-2003 (di
blog sebelumnya sudah saya tulis, ini adalah masa saya lagi ‘ngambek’ berat
sama Tuhan). Maka undangan KKR (*Kebaktian Kebangunan Rohani, seperti ibadah Kristiani
pada umumnya tapi acaranya tidak liturgis) dari
sebuah gereja di kawasann Senen saya abaikan, tapi suami saya berharap sekali
menghadirinya. Waktu itu ada thema komunitas Manado berdoa, dan salah satu
tamunya adalah Si Putri dan seorang ex-announcer
stasiun TV swasta terbesar (sekitar tahun itu lho). Maka pulang dari KKR itu
suamiku membawa’ sukacita’ yang besar dan kebanggan yang kemudian diimpartasikan
kepada saya. Karena –menurut cerita suami– si putri ini lebih cantik aslinya,
mulus dan kinclong abis, baik-hatinya, anggun tuturnya dan tulusnya bukan
rekaan semata dan teristimewa dia cinta Tuhan.
Duh.. duh..
duh, pikir saya (waktu itu) gue aja yang miskin, muka pas-pas an masih suka
ngambek sama Tuhan. Sedangkan dia yang sudah mendekati kesempurnaan
sangat cinta Tuhan. Somehow, somewhere but
clearly Si Putri terlanjur menanamkan ‘kekaguman’ saya yang luar biasa
kepadanya. Ditambah lagi tidak lama kemudian, si Putri mengeluarkan buku yang
isinya kurang lebih: cantik bukan segalanya, otak yang terutama. Duh.. duh..
duh, lagi-lagi saya sumbang 4 jempol.
Ketika
kemudian berpindah keyakinan, karena urusan asmara (atau politik kah??) let’s only heaven knows. Saya juga
merasa sakit hati, marah, kesal dan shock.
Sok banget sih, emang siapa pula elo
buat dia?? (iya sih nyadar juga sampe kesitu) but just feel this close to her *pasang kuku jempol diujung jari
telunjuk. Hehehe, cuih-cuih :p
Tapi hidup
khan pilihan, hidup kan persepsi masing-masing, dan jangan lupa, sederet
kepintaran dan prestasi (juga perlu dicatat: Si Putri keturunan orang pintar
yang kenamaan ditanah asalnya), so enggga
mungkinlah dia salah pilih #dalam persepsinya.
Menurut saya, sampai hari ini.
Nah sekarang
ketika si putri jatuh, saya sama sekali tidak BERSYUKUR, apalagi ikut-ikutan
nyumpahin mampus, dan juga engga minat kotbah-kotbahin
agar dia kembali ke jalan Tuhan. Khan dia sudah memilih ‘Tuhan’-nya, so mau dibalikin kemana lagi??? Biarkan
saja Si Putri menerima takdirnya dengan
segala konsekwensi atas pilihanya. Kalaupun mau protes dan menghina, hinalah
kelakukanya, cacilah tindakanya –yang
katanya– mencuri milik rakyat (masih tersangka belum terdakwa, kata tipi sih
begitu, hargai azas praduga tak bersalah,,,hohoho).
Tapi jangan
mengungkit-ungkit agama, jangan HARUS
mengait-ngaitkan semuanya karena ‘agama’, bukan pula harus narik-narik si putri
yang (saya sudah bilang berkali-kali)
pintar dari sananya, untuk mengikuti agama kita (lagi). Biarlah waktu menjawab, biarlah dia menikmati
keikhlasan dan ketawakalannya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan caranya
sekarang. Biarlah pengadilan berjalan dengan baik. Biarlah kita yang percaya mukzizat itu nyata mendoakan dari
jauuuuuuh, tanpa perlu menjadi hakim atas agamanya.
Setuju...
BalasHapus