9 Feb 2012

Painten, I miss you,,,,


“Dek, belikan dulu aku rokok…”,  goda pria berbadan besar, berwajah bandit itu dengan seringai genit.
“Mana duitnya ?”,  jawab gadis itu tegas, pendek tapi sopan penuh kewibawaan.
“Dekatlah sini sama aku, duduk dulu sebentar…”,  bola mata si lelaki ini penuh aroma kemesuman, lalu sedikit mengeser pantatnya dan menepuk tempat disebelahnya.
“Lho minta dibeliin rokok khan, sini saya beliin. Kalau duduk saya engga mau…”, gadis itu menunjukan air wajah yang lebih  garang. Nada suaranya tetap penuh kepercayaan diri.
“Ih  galak banget sih, tambah cantik lho kalau marah…”, lalu pria itu mencoba menarik tangan si gadis tadi.
“Eh-eh engga sopan ya… jangan macem-macem pak, emangnya saya perempuan apa !!”, dengan ketus dikebaskannya tangan si pria tadi, dan berlalu dengan muka galak.  Pria itu dan beberapa pria lain  yang duduk saling berhadapan terkekeh nakal bersama.

Namanya Painten, asal dari kota Palembang, pendidikan D1 Secretaris. Menurut pengakuanya (setelah kami semakin berteman), dia sebenarnya  asli orang Sampang-Madura yang orang tuanya ber-transmigrasi ke PTPN Oki Palembang.  Kejadian tadi adalah sepenggal adegan tentang ketegasan seorang  TKW terhadap pengunjung/tamu kantor yang coba menjahili.  

Dan  sikap perlawanannya tadi telah  membuatku memberikan perhatian khusus padanya. Sampai akhirnya dia  berangkat ke Singapore, aku merasa punya ikatan batin khusus dengan perempuan bernama Painten itu. Salah satu calon TKW yang punya nasib kurang baik, karena hampir 6 bulan tertahan dipenampungan.

Mungkin karena sejak pertama aku sadar memiliki banyak persamaan dengan Painten.  Kami cepat menjadi teman. Dan aku juga  senang menjadikanya asisten  untuk pekerjaan kantorku. Sekalian membantunya membuang penat selama menunggu panggilan visa kerja sebagai PRT Singapore. 

Aku juga pernah membawanya sebagai ‘mbak’ kerumah aku yang 3x4meter.  Padahal banyak yang menginginkanya, tapi dia hanya mau dirumahku. Pengertianya luar biasa,  kejujurannya mengagumkan dan ketulusan dibalik ketegasannya dapat dirasakan semua orang.

Painten akan tanpa segan-segan mengatur kami demi alasan pekerjaan rumah tangga-nya. Misalnya, “cepatan pada mandi aku mau nyuci” ocehnya, atau “kak aku pusing kalau kerja diliatin orang, kakak keluar  aja deh sama abang, nanti kalau sudah selesai baru balik lagi”.

Sikapnya yang apa adanya dan jujur membuatku selalu menerima protes dan omelanya dengan lapang. “Kakak nih cerewet banget sih, kaya nenek sihir tau”, komentarnya tidak jarang, jika aku merepet panjang karena mengurus puluhan TKW yang terkadang malas dan susah diatur.

Pernah kami berdebat karena dia terus meledeki aku dengan sebutan ‘bawel’ didepan banyak orang, aku menghardiknya dengan keras. Berakhir dengan saling meminta maaf. Aku memprotes karena alasan  ‘sikon’, dan dia mengaku tidak lagi sadar dengan  ucapannya dan lupa  sikon karena kami yang sudah seperti kakak-adik. Oooh,,,

Painten sempat kabur dari penampungan, dan ke-kabur-anya membuat bosku benar-benar mengamuk, ketimbang pelarian seorang Atik beberapa waktu kemudian. Seorang Satpam langsung dipecat pagi itu juga. Dengan keberaniannya  Painten menjebol dinding kamar mandi yang bagian atasnya hanya tertutup seng. 

Hebatnya seminggu kemudian dia kembali, dan memastikan bahwa dia tidak akan menyia-nyiakan waktunya yang sudah terbuang berbulan-bulan dengan tindakan bodoh. Dan alasan lainya, (katanya,,, karena aku tidak keburu melihatnya) adalah rambutnya yang mayang  terurai sepinggang sudah diplontos habis seperti GI Jane. 


Dengan sikap sportif dia meminta maaf serta menjelaskan penyebab ke-kaburan-nya, yang adalah karena mengantar  temannya yang sakit kerumah saudara terdekat yang ada di jakarta. Painten memang datang bersama seorang lagi dari kota yang sama. Tapi karakter mereka 180° berbeda. Dan seminggu kemudian setelah si teman lebih baik, Painten dan temannya kembali ke penampungan.

January 2004 aku kenal Painten. Dan secara khusus mengaguminya karena adegan ‘godaan’ itu. Hampir 8 tahun yang lalu sudah kejadiannya. Dan masih membuatku sedikit menitikan air mata setiap kali mengingat seorang Painten. 


Perempuan cantik yang pendek (makanya susah jadi TKW ke Singapore), yang pintar, yang baik hati, yang cerewet,  yang tulus, yang gampang sewot, yang selalu mendukungku, yang sering memprotes aku, yang sering menasihatiku, dan selalu aku rindukan.  Painten sudah kuanggap sebagai adik, sebagai teman, sebagai bagian dari perjalanan sejarah seorang Mawar ditahun 2004. Sejarah yang tidak akan pernah lekang oleh waktu.

Where are you sist… I miss you Inten,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar