“Dek, belikan dulu aku rokok…”, goda pria berbadan besar, berwajah bandit itu
dengan seringai genit.
“Mana duitnya ?”,
jawab gadis itu tegas, pendek tapi sopan penuh kewibawaan.
“Dekatlah sini sama aku, duduk dulu sebentar…”, bola mata si lelaki ini penuh aroma kemesuman,
lalu sedikit mengeser pantatnya dan menepuk tempat disebelahnya.
“Lho minta dibeliin rokok khan, sini saya beliin.
Kalau duduk saya engga mau…”, gadis itu menunjukan air wajah yang lebih garang. Nada suaranya tetap penuh kepercayaan
diri.
“Ih galak
banget sih, tambah cantik lho kalau marah…”, lalu pria itu mencoba menarik
tangan si gadis tadi.
“Eh-eh engga sopan ya… jangan macem-macem pak,
emangnya saya perempuan apa !!”, dengan ketus dikebaskannya tangan si pria tadi,
dan berlalu dengan muka galak. Pria itu
dan beberapa pria lain yang duduk saling
berhadapan terkekeh nakal bersama.
Namanya Painten, asal dari kota Palembang,
pendidikan D1 Secretaris. Menurut pengakuanya (setelah kami semakin berteman), dia
sebenarnya asli orang Sampang-Madura
yang orang tuanya ber-transmigrasi ke PTPN Oki Palembang. Kejadian tadi adalah sepenggal adegan tentang
ketegasan seorang TKW terhadap pengunjung/tamu
kantor yang coba menjahili.
Dan sikap perlawanannya tadi telah membuatku memberikan perhatian khusus padanya. Sampai akhirnya dia berangkat ke Singapore, aku merasa punya ikatan batin khusus dengan perempuan bernama Painten itu. Salah satu calon TKW yang punya nasib kurang baik, karena hampir 6 bulan tertahan dipenampungan.
Dan sikap perlawanannya tadi telah membuatku memberikan perhatian khusus padanya. Sampai akhirnya dia berangkat ke Singapore, aku merasa punya ikatan batin khusus dengan perempuan bernama Painten itu. Salah satu calon TKW yang punya nasib kurang baik, karena hampir 6 bulan tertahan dipenampungan.
Mungkin karena sejak pertama aku sadar memiliki
banyak persamaan dengan Painten. Kami cepat
menjadi teman. Dan aku juga senang menjadikanya
asisten untuk pekerjaan kantorku.
Sekalian membantunya membuang penat selama menunggu panggilan visa kerja sebagai
PRT Singapore.
Aku juga pernah membawanya sebagai ‘mbak’ kerumah aku yang 3x4meter. Padahal banyak yang menginginkanya, tapi dia hanya mau dirumahku. Pengertianya luar biasa, kejujurannya mengagumkan dan ketulusan dibalik ketegasannya dapat dirasakan semua orang.
Aku juga pernah membawanya sebagai ‘mbak’ kerumah aku yang 3x4meter. Padahal banyak yang menginginkanya, tapi dia hanya mau dirumahku. Pengertianya luar biasa, kejujurannya mengagumkan dan ketulusan dibalik ketegasannya dapat dirasakan semua orang.
Painten akan tanpa segan-segan mengatur kami demi
alasan pekerjaan rumah tangga-nya. Misalnya, “cepatan pada mandi aku mau nyuci”
ocehnya, atau “kak aku pusing kalau kerja diliatin orang, kakak keluar aja deh sama abang, nanti kalau sudah selesai
baru balik lagi”.
Sikapnya yang apa adanya dan jujur membuatku selalu menerima protes dan omelanya dengan lapang. “Kakak nih cerewet banget sih, kaya nenek sihir tau”, komentarnya tidak jarang, jika aku merepet panjang karena mengurus puluhan TKW yang terkadang malas dan susah diatur.
Sikapnya yang apa adanya dan jujur membuatku selalu menerima protes dan omelanya dengan lapang. “Kakak nih cerewet banget sih, kaya nenek sihir tau”, komentarnya tidak jarang, jika aku merepet panjang karena mengurus puluhan TKW yang terkadang malas dan susah diatur.
Pernah kami berdebat karena dia terus meledeki aku
dengan sebutan ‘bawel’ didepan banyak orang, aku menghardiknya dengan keras.
Berakhir dengan saling meminta maaf. Aku memprotes karena alasan ‘sikon’, dan dia mengaku tidak lagi sadar
dengan ucapannya dan lupa sikon karena kami yang sudah seperti
kakak-adik. Oooh,,,
Painten sempat kabur dari penampungan, dan ke-kabur-anya
membuat bosku benar-benar mengamuk, ketimbang pelarian seorang Atik beberapa
waktu kemudian. Seorang Satpam langsung dipecat pagi itu juga. Dengan keberaniannya
Painten menjebol dinding kamar mandi yang
bagian atasnya hanya tertutup seng.
Hebatnya seminggu kemudian dia kembali, dan memastikan bahwa dia tidak akan menyia-nyiakan waktunya yang sudah terbuang berbulan-bulan dengan tindakan bodoh. Dan alasan lainya, (katanya,,, karena aku tidak keburu melihatnya) adalah rambutnya yang mayang terurai sepinggang sudah diplontos habis seperti GI Jane.
Dengan sikap sportif dia meminta maaf serta menjelaskan penyebab ke-kaburan-nya, yang adalah karena mengantar temannya yang sakit kerumah saudara terdekat yang ada di jakarta. Painten memang datang bersama seorang lagi dari kota yang sama. Tapi karakter mereka 180° berbeda. Dan seminggu kemudian setelah si teman lebih baik, Painten dan temannya kembali ke penampungan.
Hebatnya seminggu kemudian dia kembali, dan memastikan bahwa dia tidak akan menyia-nyiakan waktunya yang sudah terbuang berbulan-bulan dengan tindakan bodoh. Dan alasan lainya, (katanya,,, karena aku tidak keburu melihatnya) adalah rambutnya yang mayang terurai sepinggang sudah diplontos habis seperti GI Jane.
Dengan sikap sportif dia meminta maaf serta menjelaskan penyebab ke-kaburan-nya, yang adalah karena mengantar temannya yang sakit kerumah saudara terdekat yang ada di jakarta. Painten memang datang bersama seorang lagi dari kota yang sama. Tapi karakter mereka 180° berbeda. Dan seminggu kemudian setelah si teman lebih baik, Painten dan temannya kembali ke penampungan.
January 2004 aku kenal Painten. Dan secara khusus
mengaguminya karena adegan ‘godaan’ itu. Hampir 8 tahun yang lalu sudah
kejadiannya. Dan masih membuatku sedikit menitikan air mata setiap kali mengingat
seorang Painten.
Perempuan cantik yang pendek (makanya susah jadi TKW ke Singapore), yang pintar, yang baik hati, yang cerewet, yang tulus, yang gampang sewot, yang selalu mendukungku, yang sering memprotes aku, yang sering menasihatiku, dan selalu aku rindukan. Painten sudah kuanggap sebagai adik, sebagai teman, sebagai bagian dari perjalanan sejarah seorang Mawar ditahun 2004. Sejarah yang tidak akan pernah lekang oleh waktu.
Perempuan cantik yang pendek (makanya susah jadi TKW ke Singapore), yang pintar, yang baik hati, yang cerewet, yang tulus, yang gampang sewot, yang selalu mendukungku, yang sering memprotes aku, yang sering menasihatiku, dan selalu aku rindukan. Painten sudah kuanggap sebagai adik, sebagai teman, sebagai bagian dari perjalanan sejarah seorang Mawar ditahun 2004. Sejarah yang tidak akan pernah lekang oleh waktu.
Where
are you sist… I miss you Inten,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar