5 Jan 2012

Air Tajin buatan Kakak Jane



Masa aku kecil air tajin merupakan makanan (atau minuman kah?? Hehehe) yang tidak bisa melulu dibilang makanan orang susah. Biasanya air tajin ini kami nikmati bukan sebagai pengganti susu atau kalsium sebangsanya tapi lebih seperti makanan selingan, sama juga dengan beras aking. 

Mamaku suka menjemur nasi yang tidak habis kami santap (kadang bisa juga nasi ini sudah basi tapi setahuku tidak begitu parah basinya) lalu kalau sudah kering akan digoreng sampai kering lalu disantap setelah dilumuri gula merah. Gula merah ini optional sih, karena aku bukan penyuka manis biasanya aku lebih suka ‘nasi kering’ goreng tok. 

Oh ya, kami biasanya menyebut manakan ini “nasi kering”. Istilah nasi aking baru aku tau setelah masa-masa krisis moneter ditahun 1997-ke atas, dimana banyak masyarakat yang terpaksa makan makanan bebek –ternyata namanya aking-- ini.

Entah sadar atau tidak aku memang sering menceritakan bagaimana enaknya air tajin ini, toh tanpa diberi gulapun biasanya rasanya sudah nikmat, nah apalagi setelah ditambah gula, memang rasanya hampir sama dengan susu tapi wanginya lebih khas. Dan dari beberapa kali percakapan suamiku juga punya cerita sendiri soal rasa air tajin ini.

Air tajin adalah air yang diambil dari beras yang ditanak sebelum  menjadi nasi, ketika beras akan bertransformasi ke nasi maka air yang tadi dituang 2-3 gelas itu akan mendidih dan menjadi seputih susu pucat, nah inilah namanya air tajin,, Soal ini perlu lah aku sedikit  mengajarkan karna aku tau pasti banyak diantara kita yang tidak tau mengolah ini. #sombong# hehehe,,,

Sore itu sebelum berbenah rumah aku menyuruh si kakak masak nasi, dan aku melihat dia mengerjakanya, setelahnya aku mandi.  Keluar dari kamar mandi suamiku tergeleng-geleng   sambil tertawa kecil kemudian memberi minum bayi Grace
“Kenapa dede?” kataku,
“Jane kasih air tajin” jawab si kakak dengan sumringah.
Suamiku sambil mesem menjelaskan “masak kakak masak air cucian beras terus dikasih adeknya, kata dia itu air tajin”.   

Walau melotot dan memperingatkan bahwa tindakanya tidak tepat, aku tersenyum sendiri membayangkanya. Bisa dibilang ini Kesalahan kami juga karena sering berceloteh tapi tidak menjelaskan “prosesnya” tapi kemudian ada kebanggaanku, paling tidak si kakak berusaha mencari tau walau dengan ‘caranya’ sendiri toh memang di masanya ini "air tajin" bukan suatu yang familiar..

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar