4 Jan 2012

Njlimet atau simple ???


Beberapa orang bilang gue ribet dan pemaksa yang njlimet, tapi menurut gue, sebenarnya gue cuma simple mind and act as I can do. Dan banyak hal yang gue lakukan sesungguhnya bukan karena ke-jlimetan dan pemaksaan tapi justru karena gue melihanya dengan sudut pandang yang mudah.

Soal body gue yang agak –hard to say- melebar, mungkin orang akan berprediksi I am an eater kelas berat, actually engga banget, why karena jika dipagi hari gue sudah sarapan maka the lunch akan jadi jam 12an keatas dan malamnya gue bisa –seringannya sih- engga makan. Ngemil juga engga gila abis lah –melihat beberapa teman yang punya body smaller than- waktu gue lihat dia punya menu makan,, Oh Gosh,,, save the queen,, hehehe apaan coba. 

Selain karena idealisme gue you know why gue gak pernah “ngotot” mengecilkan body,, because my hubby never complaint about it. Big is beautifull  kata dia, but for me: it’s make me laziest. But most of all Suami gue engga pernah ‘mengecilkan’ gue hanya karena urusan body ini. lucky me or bad for me???

Suatu kali seorang temen komplen dan bilang “lo gak anggap gue temen ya, to put none of my name in the list”… maka dengan simple mind gue berfikir: owh, I should write hers once dan tentunya dalam kapasitas pertemana gue dengan dia.. terjadilah seperti yang gue rencanakan. Ting nong,, tidak lama kemudian gue terima komplen keras –karena kemudian ini melebar kemana-mana-. Jangan terlalu sembarang bikin nama orang, ini bukan milik elo sendiri dan FYI some people juga engga terima bla bla !! ups.. sumpah mampus gue speechless,  padahal gue cuma mengartikan dengan simple ‘permintaan’ itu. (sekarang gue sadar itu bukan permintaan). 

Ketika ternyata salah, gue cuma bisa bilang “ya maaf deh gak ada maksud apa-apa” dan God for shake emang gak ada NIAT apa-apa, dan entah kenapa dia menganggap ini 'apa-apa', karena yang gue tulis juga bukan “kejahatan”.. anyway hak dia toh, dan gue cuma penasaran “kemarin maksudnya apa ya??” hmmm...  #basa-basi yang absurd,, hik hiks

Sering beberapa teman klaim bahkan sampai menjudge gue perempuan ‘kejam’, karena memang sejak melahirkan sampai punya 3 orang anak, gue punya kapasitas bangun malam gak sampe 30%. How come?? Karena suami dan mertua gue telah melakukanya buat gue. 

Percaya atau tidak, hanya sekitar 6 bulanan sejak punya bayi pertama gue kehilangan berat badan lumayan banyak, tapi sesudahnya tidak pernah lagi. Karena memang gue gak pernah melek malam secara khusus buat jaga bayi. Semua akan dilakukan oleh suami gue, dia ganti popok bayi malam, dia buat susu bayi malam, dia yang iyung-iyung waktu anak-anak sakit de el es be,, bahkan waktu gue masih bertetangga dangan mertua, (sekarang sih udah satu rumah).

Kalau anak-anak sakit maka mertua gue akan datang dan begadang jaga anak-anak bersama anaknya –suami gue maksudnya, hehehe-. Lalu kok bisa ya gue dengan tanpa dosanya cuek aja??.. awalnya adalah karena mertua dan suami punya pandangan yang sangat beda soal anak sakit sama gue. Buat gue biarin aja dia nangis dan gelisah karena memang rasa sakit itu engga nyaman, cukup ditemanin dan dijagain ajah. Akan tetapi suami dan mertua punya prinsip bayi sakit pantang ditaroh dengan alasan takut setep, so  karena memang mereka mau bekerja keras,  kubiarkalah mereka apa adanya dan terpujilah Tuhan, kebiasaan itu terjadi sampai hari ini,,, what you say it?? Lucky me or lazy me?? Hahaha...

Sampai hari ini gue engga bisa bawa motor, ada temen yang komen “segitu premannya elu gak bisa naik motor?” hah, apa hubungannya ya sebenarnya?.. tapi gue cuma mesem-mesem aja. Bukan 1-2 kalimat ‘engga nyambung’ gini yang gue terima karena perihal “gue gak bisa naik motor”... tahun 2004 pertama kali kerja jauh, suami gue dibekali kendaraan operasional Vesva tua yang gagah dan gue sudah berkali-kali diajarin, kemudian jawab gue “entar aja kalu udah punya bebek”, thank God kemudian ter-kreditlah motor bebek, waktu diajarin di lapangan kosong sih okey-okey aja tuh, mencoba membawa motor pulang dari Rawamangun ke Pondok Kopi jam 1 pagi (pulang dari rumah teman) gue bisa kok. 

Tapi untuk sehari-hari bawa motor dan beraktifitas sendiri, I cannot  dan guenya juga engga pengen maksa bisa, why: karena suami gue selalu ada setiap detik gue butuhin… sekarang sih dia udah agak sibuk gak bisa 100% selalu ada, tapi 90% itu akan selalu ada. Waktu duluuuu menikah, tanpa hp dan pager gue suka pengen ke wartel, dengan baik hati dan tidak sombongnya suami gue akan selalu bilang “aku antar” atau kalau dia sedang kerja “tar sore aja, aku antar pulang kerja”. Padahal waktu itu kita belum punya kendaraan apa-apa loh, dan antarnya juga sama-sama by sikil tapi suami gue selalu mau nemenin gue!! Dan tau gak sih Wartel itu Cuma berjarak 50meter dari rumah yang agak jauhan Cuma 200meteran kok. Halahh,, pertama-tama sumpeknya setengah ampun, gue paling gak suka dikawal-kawal tapi lama-lama ini jadi habit bahkan addict gue.

Waktu kerja di Pluit, kalau sudah pulang jam 8 gue pasti tidak akan kebagian kereta dan kalau lagi malas jalan gue akan minta suami jemput ke Pluit. He will just come, tidak jarang cuaca lagi hujan. Bekasi to Pluit @night. Waktu akan kerja di Karawang pun demikian, memang ada jemputan di titik tertentu tapi demi mengantisiapi kejadian diluar dugaan, suami gue jauh-jauh hari sudah survey lapangan. Melihat bagaimana posisi perusahaan ke jalan raya dan sebagainya. Dan dia Cuma jalan kaki demi membaca ½ sikon kawasan industri sampai Karawang Barat, kota terdekatnya.

Penyakit paling parah gue adalah malas masak, maka jika mertua sedang tidak ada dirumah, menu pasti kami adalah: telur, mie, sop, sate dan chicken-chicken-an. Sering mama gue –yang bertetanggaan dengan gue ngurut dada, karena kasihan liat anak-anak gue dan suami-. Dan kemudian akan ‘menyumbang’ kami dengan masakannya. Suami tau gue malas masak, maka kalau libur konsentrasi gue akan lebih ke cucian kotor dan setrikaan (ini sih bawaan orok gue,, kwkwkw,) karena menyadari ‘kemalasan ini special case’ suami gue cukup logowo dan gak pernah komplen soal makanan,, that simple only toh.

Biasanya gue lebih mereply apa yang dilempar orang, kalu tidak suka ya just say it than I’ll stop it, kalu diam, gue sih mengartikanya setuju atau paling tidak abstain. Kalau kemudian ada keberatan bin protest,, ya sorry, gue emang gak bisa baca bahasa hati orang lain apalagi kalu didepanya semua manis seperti biasanya. 

Njlimetnya gue –menurut beberapa orang- mungkin adalah lebih ke cara gue memandang sesuatu yang kelewat in too depth. Tapi sebenarnya reply ini bisa gue dapat karena refleksi  tindakan pelakunya aja kok, cos sometimes eyes speak a lot,  gesture never lie and because I saw everything to depth then I can see this sight. Dan kebanyakan orang gak sadar kalau bahasa tubuh adalah bahasa yang mudah dikenali tapi sering tanpa sadar disampaikan kepada orang lain.     





Tidak ada komentar:

Posting Komentar