27 Jan 2012

Setengah hati yang lain


Teringat percakapan  dengan beberapa teman yang adalah ibu-ibu dimeja makan kantin beberapa hari belakangan ini, membuatku merasa seperti manusia setengah dewa (setengahnya lagi iblis dong?? hehehe). 

Sesungguhnya perasaan ini bukan ada karena terpancing omongan para ibu-ibu baik itu dijam makan siang. Karena pada dasarnya sejak pertama kali kejadian di Tugu Tani dibicarakan dan aku menyaksikan (di tivi) bagaimana dasyatnya akibat yang telah diakibatkan oleh sipelaku, aku (masih) sempat memikirkan: bagaimana ya perasaan oranguanya??

Dan ini jugalah yang akhirnya dilontarkan beberapa teman kerja yang adalah ibu-ibu dijam makan siang kami, sambil terus menyaksikan siaran tivi yang masih saja gencar menyiarkan berita ini. Apa gerangan yang dihati si ibu, bagaimana gejolak perasaanya waktu tahu anaknya sudah menwaskan 9 orang,, bagaimana jiwanya menerima semua ini??

Bagaimana ya perasaan si ibu, perempuan yang selama ini mengenal anaknya sebagai anak yang baik, bahkan merupakan contoh bagi si adik (begitu kata berita lho). Bagaimana luka diatas luka, takut diatas takut dan khianat diatas khianat. Demi Tuhan!! seperti geramnya aku pada pelaku, aku juga merasakan bulu kudukku meremang membayangkan hantaman kekecewaan dan kaget-nya si ibu ini. 

Sempat juga aku coba menafikan perasaan iba ini dengan bermacam praduga pura-pura (tradisi di Indonesia, ibu-ibu jualan air mata dan kerudung didepan media jika sedang ditimpa masalah), tapi tetap saja isak si ibu membuatku ikutan menitikan air mata. Masya Allah, isak si ibu berkali-kali. Serasa begitu berat tanggungannya.

Teman-teman sesama ibu-ibu kembali menyadarkan ku (yang tadinya mencoba pingsan, hmm). Perasaan semua ibu memang sama, perasaan perempuan memang akan meleleh jika melihat  perempuan lain terluka. Ku coba bayangkan perasaan si ibu yang sudah dibohongi, padahal ibu sudah mencoba memahami anaknya dengan baik, katanya: saya kenal teman-temanya, mereka semua baik-baik walaupun mereka suka pulang malam tapi itu hanya karena pekerjaan. Begitulah kira-kira bela sang ibu. 

Si sudah ibu dihianati, segumpal kotorang paling najis telah dilemparkan si anak wajah ibunya yang masih juga memikirkan yang terbaik, sebongkah batu bata telah dengan telak dilempar si anak ke kepala ibunya, dan si ibu tidak juga kehilangan keyakinan (dengan tetap memberika dukungan pada si anak).

Seperti pepatah Job Steve: sometimes life hits you in the head with a brick – don’t lose faith. Dalam segala marah dan dendamku (entah untuk apa dan untuk siapa, aku hanya merasa masih marah pada si pelaku, si anak jahat ini). 

Tapi sisi lain ku, sisi perempuanku yang juga ibu membuatku ingin berbisik kuat ditelinga si ibu baik hati ini: don’t lose faith mom… 

Karena aku tau dukungan adalah hal paling utama yang diperlukan seorang perempuan yang gundah, andai aku bisa ikut memeluknya, merasakan sedikit getir yang terus mebuncah dihatinya, memegang tangannya dan bilang “saya juga ibu..saya juga ibu, dan saya tau doa ibu buat anaknya”,,,

1 komentar:

  1. may, lagi kau marahin ya...kasian bangat tuh fotonya..lagi sdih dan mengaduh entah ma siapa,....meja kalee..he he he..salam buat grace ya.

    BalasHapus