Alasan
pertama gue pakai rok bukanlah alasan ‘kewanitaan’ tapi alasan TENAGA. Sebagai
perempuan bekerja tanpa pembantu, selepas bekerja dikantor gue masih harus disibukan
lagi dengan pekerjaan rumah tangga. Mencuci adalah bagian kecil yang lumayan
berat diantara setumpuk pekerjaan berat rumah tangga lainnya. Dengan perhitungan
logika gue: 1 potong celana sama dengan 3 potong rok untuk ‘berat baju kotor’ itulah sebabnya mengapa gue memakai rok dan akhirnya menjadi terbiasa dan
ternyata I am in love with rok dan
kemudian banyak orang mengenali gue dengan ‘seragam’ rok.
Sampai
hari inipun gue masih ‘berdebat’ alot soal rok dengan suami,,, iya sih jauh
agak garing dari pada 10 dan 5 tahun yang lalu, super alot, sangat ulet,
benar-benar kalit dan akan selalu berakhir di debat kusir. Thank God apa Why God I don’t
have a model body —karena menurut
gue semua rok yang gue pakai
akhirnya (harus) yang standard dan cenderung ke’emak-emak-an (sesuai body cyin,
hehehe)—coba kalau body gue yahudd.. hmm, berasa Kim Kardashian kalee, maka besar kemungkinan gue bakal hobi dengan rok-rok
sepan pendek,, kwkwkw *semoga yang
bagian ini tidak terbaca suami*,,#luf you dear... hihihi
So thank God
khan??
Apa
yang salah dengan rok?? tidak ada yang
salah kecuali dipakai ditengah-tengah laki-laki yang matanya jelalatan: Kata
suami gue. Kisah gue: beberapa orang
dinamai berbeda tapi terkadang terdengar lafalnya sama. Misalnya: waktu gue SMP, adalah teman gue
bernama Anwar, Anshor dan Anhar sedangkan nama gue Mawar.. terlihat jauh di
ejaan khan, tapi waktu dipangil kita semua sering lho kesaru (tanpa NG ya,
saru,,) lu mau bilang gue budek, cobalah ada disana -mid of 90’an- bahkan teman-teman yang mendengar juga sering salah
menunjuk. Weee,,, :p
Artinya:
seperti alaminya kami menjawab ketika bunyi itu ter-lafal padahal sebenarnya
beda (sama sekali), demikianlah naluri laki-laki ‘suka’ melihat rok bahkan
ketika kami perempuan tidak ada minat menggoda. Seperti gue tidak bisa mengkontrol setiap mata
yang melihat gue, kalian para lelaki juga tidak bisa semudah itu ‘membatasi’
kami (gue-lah dalam hal ini) soal pakaian.
Ini
juga. Dada perempuan memang Tuhan ciptakan dengan bentuk menyembul,, gak ada yang salah
khan? toh dari bayi kita sudah melihatnya.. (tentunya) dengan kacamata yang
berbeda, nah ini masalahnya ketika kacamata maunya dicocokin dengan ‘selera’ pribadi.
Terjadilah clash itu,, Beberapa orang
bahkan ketika sudah berpakaian ‘sopan’ pun sering tanpa sadar ‘memperlihat’kan
daerah sensual ini… Lalu kenapa, apakah ini kesalahan, keteledoran (some maybe yes…), tapi tidak sedikit ini
hanyalah ‘kecelakaan’ dan please jangan MENILAI KAMI PEREMPUAN
hanya dari potongan kecil dari
keseluruhan kesopanan yang sudah kami bentuk dengan bersusah payah,,,
Ketika
gue bergerak, sesekali rok memang akan menghadirkan sensasi sendiri buat para
lelaki untuk menoleh.Tapi buat gue —sekali lagi menurut gue— sejauh ini rok
yang gue pakai adalah masih dalam batasan rok kerja kok, gak sampe 10-15cm
diatas lutut, dan (biasanya) suami gue akan komplen “waktu kamu jalan rok akan
ikutan terangkat”.. ya betul, tapi memang begitulah cara kerja rok bertemu
dengan gerakan kaki, toh kerjaan gue bukan jalan-jalan dikantor.
Lebih sensasional kalau naik turun tangga, kalaupun gue harus naik-turun tangga sesekali dan beberapa kali ‘mata iseng’ melihat what can I do. I am not going to have a fashion show at the stair man!!! Dan gue tidak bekerja diatas tangga. Ganti ke celana panjang dan jeans, setuju but Dear.. gue cewek dan rok is my nature’s call, dan untuk kesekian kalinya “gue masih (akan selalu) menikmati memakainya”. Salah kah??
Lebih sensasional kalau naik turun tangga, kalaupun gue harus naik-turun tangga sesekali dan beberapa kali ‘mata iseng’ melihat what can I do. I am not going to have a fashion show at the stair man!!! Dan gue tidak bekerja diatas tangga. Ganti ke celana panjang dan jeans, setuju but Dear.. gue cewek dan rok is my nature’s call, dan untuk kesekian kalinya “gue masih (akan selalu) menikmati memakainya”. Salah kah??
Please
dey ini bukan adegan Mr. Bean yang ketuker celana panjangnya dengan rok orang
di tempat laundry dan kemudian dia harus mengatur jalannya supaya rok tersebut
kelihatan seperti celana. That’s the way of Rok, that’s the way of
woman when we want to look more feminism, dan (seperti) kami juga
‘terpaksa’ memaklumi mata-mata kalian laki-laki yang tidak kami undang. So maklumi kami yang masih mengenakan
rok (dalam batasan yang masih normal) ini.
—kalau mau membahas soal celana super pendek
dan rok super pendek yang musim sekarang— when
my heart beating I will share my opinion. Memang secara naluri, gue
termasuk perempuan yang cukup terganggu dengan pemakaian pakaian yang super
mini ditempat-tempat yang terlalu umum.
TAPI generally ini
'TETAP' bukan alasan untuk menjadikan perempuan sebagai Objek !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar