Tulisan ini
terinspirasi setelah aku membaca salah satu blog penulis yang paling diminati
di Indonesia, namanya ada dari 10 daftar blogger paling laris. Blog-nya
menuliskan kisah pertemanan para pemain
film Sex and the city yang keakraban persahabatanya terlihat begitu dalam. Bener gak sih ada yang
begitu ??
Bahkan setelah jarak dan status berubah dalam
kehidupan mereka, pertemanan ke 4 wanita
cantik ini masih saja mulus dan lancar, semulus wajah-wajah mereka dilayar
bioskop, hehehe. Mereka masih saja menyisakan waktu yang sedikit itu diantara
urusan keluarga dan problematikanya, pekerjaan dan target-targetnya untuk bertemu,
berbagi dan pastinya memperlihatkan temuan-temuan baru mereka baik dalam ide
maupun fesyen.
Ini yang kemudian
aku ingin komentari: it’s just a movie.
Karena didunia yang
aku tinggali ini, kamu akan segera diabaikan! they will just ignore you when you stepped out from the community. For
a moment, okelah akan seperti pertemanan yang tiada akhir tapi kemudian
entah bagaimana dan kenapa it wil out of
memory dan mulailah saling menunggu (lu sih gak sms gue, lu engga bilang,
lu engga..lu engga) then,,, blame each other and this for absolute.
Sedikit menilik kisah diatas berbanding nasibku baru
saja. Bagus cuma diabaikan, aku malah yang dimusihi (ada yang bilang siy begitu…)
dengan alasan: karena pernah tanpa tedeng aling-aling aku membuat tulisan yang mengambarkan
teman-teman –yang tidak banyak ini- dalam sebuah blog. Hehehe,
Isinya adalah deskripsi soal mereka dalam kacamata jujur aku dan isinya juga fair kok, ada hal buruk juga baik -yups ada baiknya lah, masak berteman cuma ingat buruknya aja-,,, #relative lah#. Ispirasinya adalah Andrea Hirata dalam Laskar Pelangi yang dengan enaknya menuliskan bagaimana karakteristik ke-10 anak pedalaman itu dalam bahasa yang lugas, langsung dimengerti dan dikenali, la wong pake nama toh…
Isinya adalah deskripsi soal mereka dalam kacamata jujur aku dan isinya juga fair kok, ada hal buruk juga baik -yups ada baiknya lah, masak berteman cuma ingat buruknya aja-,,, #relative lah#. Ispirasinya adalah Andrea Hirata dalam Laskar Pelangi yang dengan enaknya menuliskan bagaimana karakteristik ke-10 anak pedalaman itu dalam bahasa yang lugas, langsung dimengerti dan dikenali, la wong pake nama toh…
Ternyata (masih kata
teman ini) mereka sangat marah dan kecewa, bahkan menolak aku secara Pribadi,
karena aku telah “menuliskan dengan
keterbukaan yang terlalu tajam” bahkan e-mail soal toleransi yang sering aku
kirimkan –kata si teman lagi- kepada teman-teman yang lain ternyata telah membuat mereka gerah … hmmmm.
Pikirku sih tadinya:
khan setiap orang punya kacamata yang tidak bisa disamakan dan semua kacamata
pasti punya pandangan untuk dilihat hanya saja sebagian ada yang lebih suka menyimpan kacamatanya dengan
diam-diam dan yang lain dibuka. Dan yang paling penting,, dan alasan kenapa aku
belum “sadar juga” mereka tidak pernah bilang apa-apa, bersikappun normal,
tidak terlihat ada ‘penolakan’… omong kosong kalau mereka mendadak menilai “aku
tidak terima komplen”, untuk ukuran orang setegas aku, siapapun bebas menilai
dan mengomentari sikapku, baik secara
langsung maupun pemberitahuan tertulis. Dan ini sudah sering terjadi.
Yeah, aku tidak
bilang aku tidak salah sih… mengaku salah, mungkin nilai toleransi beberapa
orang beda, pengambaran tiap orang akan dirinya selalu melebihi kejujuran orang
lain tapi kok tragis banget ya nasib ku.. DITOLAK, diharap agar TIDAK DATANG
diacara XXXXX dan beberapa acara lain yang biasa kami bertemu, si temen sih bilangnya “mereka yang bilang”.
Siapa “mereka”,, aku pilih pura-pura tidak tau. Walau sempat engga yakin juga setelah pertemanan yang -menurut aku- sih gak kalah daleem sama kisah pertemanan Sex and the city itu,,, tanpa peringatan tanpa sindiran tanpa nasihat tanpa teguran,, I am not allow to follow this community for more.. but si teman ini engga pernah bohong kok?? Hope so,, hehehe
Siapa “mereka”,, aku pilih pura-pura tidak tau. Walau sempat engga yakin juga setelah pertemanan yang -menurut aku- sih gak kalah daleem sama kisah pertemanan Sex and the city itu,,, tanpa peringatan tanpa sindiran tanpa nasihat tanpa teguran,, I am not allow to follow this community for more.. but si teman ini engga pernah bohong kok?? Hope so,, hehehe
What
can I say, blog udah kutulis (awalnya –sumpah- tidak ada niat
untuk dibaca publik) tapi udah terbaca
(oleh tokoh yang aku jelek-jelekan, istilah teman begitu..) lalu keluarlah UU
(karena sakit hati massal).. I must stay away from them…*herder kali
gue, hahaha* permintaan maaf ku di 2x lebaran sudah tidak mempan, semua tawaran
pertemanan juga sudah tidak berguna
lagi,, so here I am,, facing reality,
menahan sejuta tanya yang tidak tau akan dikirimkan kemana dan kepada siapa.
Blog kutulis di awal 2009, aku resign 2010 dan aku baru tau “dosa” ini diakhir
tahun 2011,,, hhmmm…
Setelah baca blog si
Mba- yang menurut aku bagus-, kok kemudian aku seperti dibangunkan dari tidur
ya. Aku mendapat pencerahan yang terang benderang. Aku saja yang selalu berlebihan,
berharap semua hal terus berjalan seperti dulu ketika aku memulai dengan para
teman-teman yang priceless ini,
berharap diusia –yang tidak muda ini- tetap menikmati persahabatan seperti masa
SMA, menghayalkan persahabatan seperti dikebanyakan sinetron-sinetron (jahat
bersama, baik juga berjamaah, yaela).. karna kenyataan membuktikan, sedekat apapun
persahabatan ketika status berganti, misal dari belum menikah ke menikah pasti
akan ada jarak yang tercipta, pindah sekolah, naik kelas, ganti komunitas,
pindah daerah,sampai pindah rumah.
Dan aku sudah pindah kerja pula, sebenarnya tanpa alasan “blog yang –katanya- menyakiti hati itupun I will ignore sooner or later. So apa yang kelihatan di Sex and the city ya Cuma sedikit dari “mukzizat” yang diciptakan manusia *mencontek nasihat “tuhan” pada Bruce yang bermimpi menjadi “almighty”.
Dan aku sudah pindah kerja pula, sebenarnya tanpa alasan “blog yang –katanya- menyakiti hati itupun I will ignore sooner or later. So apa yang kelihatan di Sex and the city ya Cuma sedikit dari “mukzizat” yang diciptakan manusia *mencontek nasihat “tuhan” pada Bruce yang bermimpi menjadi “almighty”.
All
I need to do now is change my paradigm up to 180°, aku menanggapi
pertemanan dengan semua orang seperti anak SD, when you close it’s must be real close, when you share it’s must be a
real share, friendship will never die, friends are everything,, it’s too much
actually karna dalam tiap fase (belajar dari blog si Mba yang nulis gini: Aku
yakin, seiring usia kita yang bertambah, seiring pendidikan yang kita serap,
juga seiring jenis ‘community’ dimana kita bergaul, maka ‘definisi’ teman atau
sahabat yang kumiliki pun berubah dari tiap level kehidupan (misal: kanak-kanak
(SD), remaja (SMP-SMA), awal dewasa (kuliah), dan setelah itu.) Maka jika
ditanya, “what kinda ‘friends’ have you got so far so that you ‘label’ them
friends?” tentu tidaklah mudah aku menjawabnya. But mungkin ada satu hal yang
mungkin semua orang akan setuju untuk kriteria ‘teman’: “nyambung ketika
ngobrol” tentang apa saja)
Then
my fault is nyambung gak nyambung, walau aku tau mereka
–sering- maksa (since I was so
berisik person dan beberapa dari
mereka so quite) I always put them as friend in my heart. Dan ketika
“pertemanan” tidak seperti yang aku definisikan, I just felt hurt. But now I got
it beibe,, teman kerja dan sahabat memiliki definisi yang berbeda, paradigm
pertemanan kala masa SMA dan SMP juga beda, karna dimasa itu kita melihat hidup
sama-sama dari kacamata tulus dan pertemanan semata, dan diusia matang dunia
bekerja kita sama-sama sudah punya kacamata kehidupan yang lebih nyata maka
nilai pertemanan itu ‘memang sudah sepantasnya’ memiliki degree-nya sendiri. And my
second fault is : I don’t have degree, semua pake bahasa hati,, hmmm
lebaydotkom.
Hatiku jadi jauh
lebih legowo dengan ‘penolakan teman-teman’ itu sekarang, gak ada yang salah
dengan mereka, semua hanya masalah waktu dan kejujuran hati. Dan senang aku
sudah mendapat jawabanya lebih cepat dari yang aku duga,, “Avoid people who
make you feel insecure to be yourself.” (kutipan Mba Nana yang –katanya-
beliau juga mengutip-nya, hehehe). At
list I proud of my self, I show them only the REAL ME, tidak pernah ada
kemunafikan apalagi ‘keterpaksaan’ dan ‘kepura-puraan’…
Mengutip lagi sebuat
quote (nemunya di bbm jadi gak yakin sumbernya, hahaha..)
Don’t
Trush Too Much, Don’t Love Too Much, Don’t Hope Too Much Because That Too Much
Can Hurt You So Much,,
Diakhir aku ingin
berkomentar: Thanks Mba Nana, your blog
inspired me a lot… (padahal doi gak kenal gue juga sih, cuma iseng-iseng
pengen baca blog terkenal dan nemu deh tulisannya, hahaha..)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar